Suara Kasih: Memenuhi Dunia dengan Cinta Kasih

 
 

Cinta kasih tersebar ke seluruh penjuru dunia
Menolong dan membimbing anak-anak terbuang
Memiliki kesamaan hati dan tekad dalam menjalankan misi amal
Dunia yang luas ini  dipenuhi cinta kasih insan Tzu Chi

 

Lihatlah di Eropa. Selain badai salju, banjir juga melanda wilayah itu. Di Bosnia,  genangan air telah setinggi 1 lantai rumah. Tanah longsor pun terjadi di sana. Kondisi iklim belakangan ini semakin tak stabil. Musim dingin masih akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan. Entah kapan salju akan mencair. Salju yang mencair terlalu cepat juga membuat cemas semua orang. Begitulah kehidupan di dunia ini. Kita cemas akan bencana alam, namun yang lebih mengkhawatirkan adalah bencana dalam batin manusia.

Lihatlah di Italia. Pada jam pergi dan pulang kerja saat jalanan dalam kondisi macet, sekelompok mahasiswa mengepung stasiun kereta sehingga kereta tak dapat beroperasi. Saat polisi tiba, bentrokan antara mahasiswa dengan polisi pun tak terhindarkan. Sementara itu di Inggris, karena krisis ekonomi, pemerintah berencana  menaikkan biaya pendidikan. Melalui internet, para mahasiswa di seluruh negara tersebut memberitahu bahwa mereka akan berunjuk rasa dalam waktu bersamaan. Kecanggihan teknologi masa kini dapat menciptakan bencana dalam batin manusia. Salah seorang mahasiswa berkata bahwa kaum muda berhak mendapatkan pendidikan. Jadi, tak seharusnya pemerintah  memberatkan orang tua dalam hal biaya. Benar. Pendidikan adalah hak mereka dan tak seharusnya orang tua terbebani. Perkataan ini tidaklah salah. Namun, sebagai anak yang telah beranjak dewasa, mereka seharusnya  dapat meringankan beban orang tua. Mereka dapat mencari pekerjaan paruh waktu atau setidaknya belajar dengan sungguh-sungguh demi membayar kerja keras orang tua mereka.

Belajar dengan giat merupakan bentuk balas budi terhadap orang tua. Namun, mereka hanya memperjuangkan hak tanpa tahu bersyukur. Buddha mengajarkan kita agar senantiasa bersyukur kepada 4 hal. Di antaranya adalah bersyukur kepada negara dan semua orang. Kemakmuran masyarakat dan negara adalah berkat kontribusi banyak pihak. Bila negara tak makmur, bagaimana kita dapat menikmati hak kita? Karena itu, kita harus bersyukur kepada negara dan semua orang yang telah berkontribusi. Kita juga harus bersyukur kepada orang tua dan para guru.

 

Setiap hari, kita harus menghadapi semua orang dengan hati penuh syukur. Kini yang paling mengkhawatirkan adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi sangat mudah dilanda “bencana batin”. Bila batin manusia “dilanda bencana”, mereka akan melakukan perbuatan yang salah. Bila prinsip moral telah luntur, mereka akan berjalan menyimpang. Kegelapan batin manusia akan berdampak buruk pada kondisi iklim. Bila nilai moral manusia telah luntur, bagaimana kondisi iklim dapat stabil? Karena itu, kita harus senantiasa menjaga moralitas dan selalu bersyukur, menghormati, dan mengasihi semua orang.

Di Inggris, meski insan Tzu Chi setempat tak banyak, namun mereka menjalankan misi Tzu Chi dengan penuh kesungguhan. Bahkan para tunawisma pun dapat merasakan kehangatan cinta kasih mereka. Karena itu, beberapa tunawisma kini menjadi donatur Tzu Chi. Insan Tzu Chi sungguh tak memandang perbedaan agama dan suku. Di Perancis, salah satu negara makmur di dunia, juga terdapat insan Tzu Chi. Kantor Penghubung Tzu Chi setempat

baru didirikan beberapa tahun lalu. Sumbangsih insan Tzu Chi setempat dimulai dari misi pelestarian lingkungan. Mereka bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mengadakan pembersihan di jalan-jalan serta mensosialisasikan kegiatan daur ulang. Mereka memberitahu semua orang bahwa botol-botol plastik adalah sumber daya alam yang dapat didaur ulang dan hal ini dapat mengurangi emisi karbon.

Di Paraguay juga terdapat insan Tzu Chi. Wilayah setempat sangatlah luas dan sebagian warga hidup dalam kondisi minim. Anak-anak mereka tak memiliki sepatu, bahkan pada musim dingin pun mereka tak mengenakan alas kaki.

Insan Tzu Chi yang tak tega melihatnya segera menyalurkan bantuan musim dingin. Selain merenovasi gedung sekolah setempat, mereka juga membantu dan membimbing suku asli yang ada di sana. Mereka mengajarkan cara bercocok tanam. Selain dapat menumbuhkan pepohonan yang dapat menciptakan oksigen, hal ini juga dapat membuat mereka
memiliki penghasilan demi menunjang hidup. Inilah kebijaksanaan insan Tzu Chi. Saya sungguh tersentuh melihat hal ini.

Insan Tzu Chi di Argentina juga demikian. Saya ingat belasan tahun lalu, insan Tzu Chi berkata kepada saya bahwa kasus yang paling sulit ditangani adalah kasus anak-anak terbuang. Saya bertanya kepada mereka apa yang dimaksud dengan “anak-anak terbuang”. Mereka menjawab bahwa “anak-anak terbuang” adalah  anak-anak yang tak tahu siapa ayah kandungnya, atau anak-anak yang dilahirkan namun tak sanggup dibesarkan oleh ibunya. Karena itu, anak yatim piatu di Argentina sangat banyak, dan ini bukan karena orang tuanya meninggal.

Suster pun menampung anak-anak ini. Namun, anak-anak yang harus dirawat  sangat banyak sedangkan Suster yang ada hanya 3 orang. Jadi, dalam merawat dan mendidik anak-anak ini, mereka mengalami banyak kesulitan.

Para Suster tersebut pun meminta bantuan kepada insan Tzu Chi. Setelah memahami kondisinya, mereka pun mulai membantu. Hingga kini, telah belasan tahun lamanya insan Tzu Chi membantu para suster tersebut. Beberapa waktu lalu, para suster berkata bahwa mereka kekurangan kursi dan meminta bantuan dari Tzu Chi. Insan Tzu Chi pun langsung mengiyakan dan segera mengirim  kursi berkualitas baik untuk mereka gunakan. Saya mengira Tzu Chi akan memberikan kursi bekas kepada kami. Namun tak diduga, kursi yang diberikan adalah kursi baru. Kami tahu kursi ini sangat mahal karena kami pernah menanyakan harganya dan tak sanggup membelinya. Jadi, kami meminta bantuan dari Tzu Chi. Sungguh, insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih selalu memberikan yang terbaik. Mereka mencurahkan cinta kasih sepenuh hati. Meski dunia sangat luas, cinta kasih telah tersebar ke setiap penjuru. Meski insan Tzu Chi tersebar di berbagai belahan dunia, namun mereka memiliki hati yang sama, yakni hati Buddha. Mereka juga memiliki tekad yang sama, yakni menjalankan tekad Guru. Mereka memiliki kesamaan hati dan tekad. Baik di belahan bumi utara maupun di belahan bumi selatan, semua insan Tzu Chi memiliki hati dan tekad yang sama. Cinta kasih yang terhimpun ini akan membawa kehangatan bagi semua orang di dunia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -