Suara Kasih:Memerhatikan Masalah di Dunia Setiap Hari

 

 

Judul Asli:

Memerhatikan Masalah di Dunia Setiap Hari

Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengucapkanselamat Tahun Baru lewat konferensi video
Menyadari ketidakkekalan hidupserta lebih giat melatih diri
Memerhatikan masalah di dunia setiap hari
Membantu mereka yang membutuhkan sertamembimbing yang mampu untuk turut membantu

 

Hari ini adalah hari ke-7 Tahun Baru Imlek. Sebagian besar orang sudah kembali ke rutinitas normal. Akan tetapi, ada pula sebagian orang yang masih berlibur selama 9 hari penuh. Sungguh liburan yang sangat panjang. Semakin panjang hari libur, orang juga akan semakin merasa sulit untuk kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Karena itu, sebaiknya kini kita mulai kembali menjalani rutinitas harian dan kembali bekerja seperti biasa. Dengan demikian, kita tidak akan terus bermalas-malasan.

Dari tayangan berita, saya melihat bahwa sebuah meteor memasuki atmosfer bumi dan meledak. Getaran ledakan meteor itu mengakibatkan lebih dari 3.000 unit bangunan roboh dan sekitar 1.000 warga mengalami luka-luka di Rusia. Kita semua tahu bahwa Rusia sangat besar. Jika meteor itu jatuh ke Taiwan, entah apa yang akan terjadi. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan, mawas diri, dan berhati tulus. Apakah kita tahu bahwa di alam semesta ini terdapat benda langit yang tak terhingga jumlahnya? Contohnya planet dan bintang. Ada yang berukuran sebesar bumi, tetapi yang lebih besar juga masih banyak. Kita mungkin merasa bahwa bumi tempat kita berpijak ini sangatlah besar.

Sesungguhnya, di alam semesta ini, masih ada banyak benda langit yang lebih besar daripada bumi. Planet kecil juga tak terhingga jumlahnya. Karena itu, Buddha berkata bahwa jumlah dunia di alam semesta tidaklah terhitung. Buddha juga mengatakan sebuah perkataan yang saya sadari saat Tahun Baru Imlek. Dalam Sutra Amitabha, Buddha berkata bahwa dalam waktu yang sangat singkat, makhluk hidup dapat memberikan persembahan kepada para Buddha yang berdiam pada miliaran Tanah Buddha. Artinya, dalam waktu yang sangat singkat makhluk hidup dapat mengelilingi banyak dunia untuk memberikan persembahan kepada Buddha.

Bayangkanlah, dalam beberapa hari ini, berkat pesatnya kemajuan teknologi, dalam waktu satu hari saya bisa bertemu dengan  insan Tzu Chi di beberapa negara, seperti Perancis, Inggris, Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan lain sebagainya. Saya “berkeliling” ke 8 hingga 9 negara, ke sekitar 40 tempat dalam waktu kurang dari satu jam. Saya bahkan bisa mengobrol dengan mereka dan dapat melihat insan Tzu Chi di berbagai tempat bersumbangsih bagi warga setempat. Mereka bersumbangsih dan merayakan Tahun Baru Imlek dengan penuh sukacita dan keharmonisan. Dalam kehidupan di dunia, janganlah kita terlalu perhitungan. Kita harus bersungguh hati untuk menolong orang yang membutuhkan. Kita tak tahu berapa panjang usia kehidupan kita. Akan tetapi, kita bisa mengembangkan nilai kehidupan kita dengan melakukan hal yang bermakna. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu. Insan Tzu Chi di Kanada setiap bulannya berkunjung ke panti jompo dan memasak masakan Tionghoa bagi para lansia. Tentu, selama rangkaian Tahun Baru Imlek ini, mereka juga mengucapkan selamat Tahun Baru kepada para lansia.

Kita juga melihat kisah penuh kehangatan tentang sekelompok nenek yang di antaranya ada yang sudah berusia 103 tahun. Mereka telah mempelajari Kata Perenungan Jing Si hampir 20 tahun lamanya. Mereka mempelajari Kata Perenungan Jing Si sambil menghafalnya. “Belajarlah untuk mengalah  dan mendengarkan pendapat orang lain, jangan belajar menggunakan kekerasan.” / “Hebat sekali. Berapa usia Anda?” / “103 tahun.” Meski sudah berusia lanjut, ingatannya masih sangat jernih. Dari sini, kita bisa melihat bahwa interaksi antara insan Tzu Chi dan para lansia terjalin begitu erat. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Kemarin, insan Tzu Chi dari Indonesia dan Vietnam kembali ke Griya Jing Si untuk  mengucapkan selamat Tahun Baru kepada saya.

Aula Jing Si di Indonesia diresmikan pada bulan Oktober tahun lalu. Setelah peresmian, sekitar bulan Januari, Jakarta dilanda banjir dahsyat. Aula Jing Si Indonesia memiliki kegunaan yang sangat besar karena bisa menampung ratusan orang pengungsi. Selain digunakan sebagai tempat untuk menyediakan makanan hangat bagi pengungsi, Aula Jing Si Indonesia juga digunakan sebagai pusat koordinasi bencana. Insan Tzu Chi Indonesia sangat berterima kasih kepada pihak militer dan warga setempat yang telah bersama insan Tzu Chi dalam mengevakuasi warga, mengantarkan makanan hangat, melakukan pembersihan pascabanjir, serta mengadakan baksos kesehatan. Dalam bencana banjir di Indonesia kali ini, beruntung ada sekelompok pengusaha lokal yang bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Berkat sumbangsih mereka, bencana banjir di Indonesia kali ini dapat dilalui dengan relatif aman.

Sumbangsih insan Tzu Chi Vietnam juga membuat saya sangat tersentuh. Sesunguhnya, selama 10 hingga 20 tahun ini, sumbangsih penuh cinta kasih mereka sungguh membuat saya tersentuh. Mereka juga membagikan bantuan dana pendidikan. Prestasi belajar anak saya sangat gemilang. Berhubung memiliki banyak anak, kehidupan kami sangat sulit. Bantuan dana pendidikan dari Tzu Chi bisa mengurangi beban keluarga kami, saya sangat berterima kasih. Pada tiap semester, insan Tzu Chi selalu membagikan bantuan dana pendidikan. Bantuan dana pendidikan ini telah membantu banyak siswa. Bagi warga yang kekurangan, insan Tzu Chi juga sering menggelar baksos kesehatan. Meski sebagian relawan di sana adalah pengusaha dari Taiwan, tetapi tidaklah mudah bagi mereka untuk menjalankan misi amal di sana. Beberapa pengusaha Taiwan yang juga adalah insan Tzu Chi sudah menutup bisnis mereka di Vietnam. Akan tetapi, saat ditanya kapan akan kembali ke Taiwan, mereka menjawab, “Jika kami kembali ke Taiwan, bagaimana dengan orang yang membutuhkan kami?” Benar.

Demikian pula dengan insan Tzu Chi di Afrika Selatan. Setelah menutup usaha di Afrika Selatan, mereka masih tinggal di sana dan terus membantu warga yang membutuhkan. Mereka tak tega melihat orang lain menderita. Lihatlah, bukankah mereka adalah Bodhisattva dunia yang merawat makhluk yang menderita di Dunia Saha ini? Bodhisattva datang karena adanya makhluk yang menderita. Di mana pun terdapat orang yang menderita, Bodhisattva akan mengulurkan tangan untuk membantu. Singkat kata, banyak hal yang tidak ketahui di dunia. Kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk membuat kehidupan lebih bermakna dengan bersumbangsih bagi dunia. Janganlah melewati hari-hari dengan sia-sia. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -