Suara Kasih: Mempersiapkan Upacara Waisak

.
 

Judul Asli:

 

Mempersiapkan upacara Waisak tanpa membedakan agama

      

Mempersiapkan upacara Waisak tanpa membedakan agama
Berbakti dan berdana demi membalas tiga budi luhur
Tidak mencelakai makhluk hidup hanya demi ketamakan akan harta
Semua makhluk hidup harmonis dan saling mendukung

Kita melihat insan Tzu Chi terus-menerus berlatih untuk mempersiapkan peringatan Hari Ibu, Hari Kelahiran Buddha, dan Hari Tzu Chi. Semua orang harus bersungguh hati. Sungguh, untuk memperingati 3 hari besar ini, kita harus menunjukkan ketulusan hati yang terdalam. Mengenai ketulusan, banyak orang berkata, "Sudah, saya sudah sangat tulus." Akan tetapi, ketulusan yang sesungguhnya berarti harus saling bekerja sama dengan harmonis. Dengan demikian, barulah ketulusan ini dapat terlihat.
 
Buddha berkata bahwa Dharma begitu dalam dan luar biasa. Ajaran Buddha sungguh dalam. Yang terpenting dalam ajaran Buddha adalah mengendalikan pikiran. Pikiran makhluk awam sangat kompleks. Pemahaman dan pandangan setiap makhluk awam juga berbeda satu sama lain. Dengan demikian, cara pikir mereka juga sangat beragam. Beragamnya pola pikir setiap orang akan membawa kerumitan. Dengan adanya kerumitan dalam diri manusia, kondisi masyarakat kita secara alami juga menjadi kompleks. Jadi, untuk menampilkan kemurnian, kebenaran, kebajikan, dan keindahan, kita harus terlebih dahulu menaklukkan tabiat masing-masing. Ini dapat dilihat dari apakah gerakan setiap orang saling selaras.

Kita juga melihat di Filipina, selain mengadakan upacara Waisak, insan Tzu Chi juga mengadakan pembagian beras bagi 5.000 kepala keluarga. Mereka mengadakan pembagian beras, juga upacara Waisak. Upacara waisak harus khidmat dan teratur, sedangkan pembagian beras harus lancar. Dari dua kegiatan ini, yang satu bertujuan menampilkan kebenaran dan kebajikan ajaran Buddha, yakni dengan membagikan beras bagi warga kurang mampu sebagai praktik berdana, sedangkan yang satunya lagi bertujuan untuk menampilkan keharmonisan, mengingat akan ada 10.000 orang lebih yang akan mengikuti upacara Waisak demi menampilkan keindahan ajaran Buddha. Mereka harus berusaha keras.

Kita semua tahu bahwa cuaca di Filipina sangat panas dan mayoritas warga di sana bukan beragama Buddha. Lihatlah, di sana banyak umat Katolik dan Kristen yang akan turut memperingati Hari Waisak. Ini sungguh mengagumkan. Jika  setiap orang tidak dapat melepaskan kemelekatan terhadap pandangan sendiri, tidak dapat membuka hati dan berpartisipasi dengan penuh  ketulusan, rasa  hormat, dan rasa syukur, bagaimana mungkin mereka mencapai keharmonisan?

Di Filipina, insan Tzu Chi tidaklah sebanyak di Taiwan. Untuk  menyelenggarakan acara besar seperti itu, amatlah tidak mudah bagi mereka. Pertama, mereka harus mengatasi perbedaan agama agar setiap orang mau membuka hati dan turut berpartisipasi dengan penuh rasa hormat dan syukur. Untuk itu, mereka terus mesosialisasikan bahwa itu bukan semata-mata peringatan Waisak, melainkan juga merupakan Hari Bakti untuk mengingat budi luhur orang tua. Orang tua berjasa membesarkan kita, maka setiap orang harus berbakti dan  membalas budi luhur orang tua, terutama ibu. Insan Tzu Chi mengundang semua orang untuk bersama-sama hadir dalam acara itu sebagai wujud rasa syukur terhadap ibu. Saya juga mendengar bahwa bahkan wali kota Marikina beserta jajarannya akan turut hadir pada hari itu dan mencuci kaki orang tua mereka. Mereka ingin memberikan teladan nyata untuk menyebarkan pentingnya berbakti.

Selain itu, Buddha berjasa menumbuhkan kebijaksanaan kita. Insan Tzu Chi menjelaskan bahwa Hari Waisak adalah hari lahir Yang Maha Sadar yang mulia. Karena itu, kita harus membangkitkan ketulusan untuk memperingati Hari Kelahiran Buddha ini. Dalam peringatan Hari Ibu, Hari Waisak, dan Hari Tzu Chi Sedunia ini, setiap orang diharapkan dapat menampilkan sebuah keindahan. Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha terus mengatakan bahwa Dharma sangatlah dalam dan luar biasa serta tak dapat dibabarkan dengan kata-kata. Untuk menampilkan wujud Dharma ini, kita harus menerapkannya dalam tindakan nyata. Jika tidak, sebaik apa pun dijelaskan, orang tetap tak dapat melihat kebenarannya. Mereka hanya mendengar pembabaran Buddha, tetapi belum dapat memahami cara untuk mengendalikan pikiran.

Contohnya, pada tahun lalu dan tahun ini, saat pementasan adaptasi Sutra, baik dalam memperagakan isyarat tangan, melantunkan syair lagu, maupun  menampilkan drama, setiap orang sangat bersatu hati sehingga pementasan terlihat sangat indah. Dibutuhkan hati yang tulus untuk dapat menampilkan semua ini. untuk dapat menampilkan semua ini. Banyak orang telah menaklukkan diri , Contohnya salah seorang pengusaha ini.

“Saya mengimpor pakaian dan aksesori. Kira-kira sepuluh tahun lalu, saya mulai mengimpor bahan kulit dan bulu. Setelah pementasan Dharma bagaikan Air, seperti biasa saya menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan. Setelah hasilnya keluar, dokter mengatakan bahwa saya menderita kanker payudara dan perlu dioperasi. Saat berada di kamar pasien setelah operasi, saya bermimpi dikelilingi banyak binatang. Mereka semua melihat ke arah saya. Saat itu, kebetulan saya baru menerima pesanan produk kulit dan bulu. Saya lalu meminta staf saya untuk menyampaikan kepada pelanggan bahwa kami membatalkan semua pesanan produk kulit. Sesungguhnya, bahan katun juga hangat. Bahan sintetis lain juga masih banyak. Contohnya, botol plastik yang kita daur ulang juga dapat dijadikan bahan pakaian dan hangat saat dipakai. Kita tidak harus mengambil bahan dari binatang, membunuhnya, atau mengambil kulitnya hanya untuk membuat pakaian. Jika suka memakai pakaian dari kulit hewan, kelak Anda mungkin terlahir sebagai hewan itu. Singkat kata, ini sangat menakutkan, dan semuanya bermula dari pikiran.”

Singkat kata, pascapementasan adaptasi Sutra tahun lalu, banyak orang telah melihat Dharma. Tidak hanya mendengar Dharma, mereka juga dapat melihatnya. Setelah mendengar dan melihat Dharma, mereka sungguh menyerapnya ke dalam hati dan mampu berintrospeksi diri. Singkat kata, kita harus tahu bahwa Dharma amatlah dalam. Karena itu, kita harus memanfaatkan momen tahunan seperti ini untuk berbagi Dharma.

Pada momen ini setiap tahunnnya, insan Tzu Chi di seluruh dunia selalu bergerak untuk mengetuk ketulusan hati setiap orang. Dalam rangka Hari Waisak tahun ini, mereka juga mensosialisasikan vegetarianisme. Jasa kebajikan ini sungguh tak terhingga. Ini telah dilakukan di beberapa negara. Demikian pula di Filipina. Mereka yang akan berpartisipasi dalam upacara Waisak diharuskan untuk bervegetarian dalam 108 kali makan. Insan Tzu Chi setempat mensosialisasikan hal ini dari rumah ke rumah. Bahkan mereka juga mengajak para penerima beras untuk melakukan hal yang sama. Jadi, acara kali ini sungguh merupakan acara besar bagi mereka. Ini bertujuan untuk menunjukkan ketulusan.

Saya sungguh berharap setiap orang menggunakan hati yang paling tulus dan penuh syukur untuk berterima kasih  dan berbakti kepada orang tua serta berterima kasih kepada Buddha yang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Selain itu, setiap orang juga harus saling berterima kasih atas sumbangsih satu sama lain. Kepada seluruh insan Tzu Chi, saya juga ingin berterima kasih. Karena itu, 13 Mei nanti juga diperingati sebagai Hari Tzu Chi sebagai wujud rasa syukur insan Tzu Chi terhadap satu sama lain.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -