Suara Kasih: Mempertahankan Niat Awal untuk Menolong Dunia

 

Judul Asli:

Mempertahankan Niat Awal untuk Menolong Dunia

Mempertahankan jalinan jodoh Dharma serta kesatuan hati dan tekad
Tekun dan bersemangat untuk menyucikan noda batin
Topan Haiyan membawa kerusakan parah bagi Filipina
Menjalankan program upah lewat pemberian upah untuk membantu korban bencana Filipina

Saat acara pelantikan tadi, saya mendengar setiap relawan memberi tahu dengan jelas kepada saya tempat asal mereka. Meski berasal dari daerah yang berbeda, tetapi kita memiliki kesatuan hati. Dengan kesatuan hati ini, kita bisa memahami misi kita. Kita harus lebih memahami bahwa saat meninggal, kita tidak membawa pergi apa pun, kecuali karma yang telah terakumulasi dari kehidupan ke kehidupan.

Mungkin lebih dari dua ribu tahun yang lalu, saat Buddha membabarkan Dharma, kita pernah mendengar bersama-sama. Pada saat pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar, kita pernah belajar dan melatih diri bersama-sama.Kita pernah duduk bersama untuk mendengar Buddha membabarkan Dharma. Hanya saja, mungkin tekad pelatihan saya lebih kokoh. Mungkin saya selalu mempertahankan kesungguhan hati dan tekad selama masa-masa kehidupan saya. Kita juga terus menjalin jodoh baik dan menanam benih Dharma dari kehidupan ke kehidupan. Mungkin kalian lebih suka bermain. Meski berbuat kebajikan di dunia, tetapi kalian kurang berfokus. Akan tetapi, jodoh kita tetap sangat dalam.

Saat acara pelantikan, ada beberapa Bodhisatwa lansia mengatakan kepada saya bahwa mereka berasal dari Dazhou, Sichuan. Saat mendengarnya, saya sangat ingin memeluk mereka. Pascagempa di Sichuan lima tahun lebih yang lalu, sekelompok relawan setempat mulai membangkitkan tekad. Demi mempelajari Dharma, mereka menyewa sebuah apartemen di Chengdu. Dalam waktu satu bulan, setidaknya ada dua minggu mereka berkumpul di sana. Melihat sekelompok Bodhisatwa lansia begitu tekun dan bersemangat, saya merasa sangat tersentuh. Saya sangat menyayangi mereka. Mereka sungguh membuat orang tersentuh. Inilah yang saya lihat saat acara pelantikan hari ini. Insan Tzu Chi dari berbagai provinsi di Tiongkok kembali untuk menjalani pelantikan.

Korsase bunga teratai yang tersemat di dada mereka melambangkan hati yang suci tanpa noda. Kita juga mendengar kisah seorang relawan yang dahulu sangat gemar berjudi. Dia bahkan pergi ke Makau untuk berjudi. Dia berjudi hingga melupakan dirinya sendiri serta putrinya.

“Sepuluh tahun lalu, kehidupan rumah tangga saya gagal. Saya pun bercerai dan mulai mencari penghasilan. Setelah memiliki uang, saya pun mulai berubah. Saya berpikir karena kehidupan ini sangat singkat, saya harus menikmati hidup. Lalu, saya mengenal beberapa teman dan mulai kecanduan judi serta belajar banyak tabiat buruk. Selama 3 tahun, saya terus berjudi di Makau dan menyia-nyiakan banyak waktu. Bahkan sekolah anak saya pun terhambat. Pada akhir tahun 2007, saya mengalami kecelakaan lalu lintas. Seorang insan Tzu Chi memberi tumpangan kepada saya dan menceritakan Tzu Chi kepada saya. Karena jalinan jodoh inilah, saya masuk ke Tzu Chi. Sebelumnya, saya dan putri saya tidak akur. Putri saya sangat mendukung saya masuk ke Tzu Chi. Saya bekerja dengan penuh sukacita dan selalu berbagi dengannya. Kini, hubungan kami menjadi sangat baik dan sangat dekat,” ucapnya.

Beruntung dia bertemu Tzu Chi. Sesungguhnya, Tzu Chi sudah menolong berapa banyak keluarga dan sudah menyucikan hati berapa banyak orang? Sesungguhnya, ini bukan jasa saya, tetapi merupakan jasa semua insan Tzu Chi. Setiap insan Tzu Chi membangkitkan ikrar luhur dan bertindak secara nyata sehingga usaha keras mereka terlihat dan dirasakan oleh banyak orang. Karena itu, banyak orang yang bertekad untuk melakukan hal yang sama. Mereka mulai membangkitkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari. Inilah cara untuk merekrut Bodhisatwa dunia.

Di dunia masa kini, banyak orang yang hidup menderita. Bencana alam juga terjadi silih berganti. Mendengar laporan dari insan Tzu Chi Filipina, saya sungguh merasa tak sampai hati. Kondisi setempat sangat memprihatinkan. Penderitaan para korban bencana sungguh tak terkira. Kini para korban bencana masih sangat membutuhkan bantuan materi. Karena itu, kita terus mempersiapkan barang bantuan yang mereka butuhkan. Selain itu, mereka juga membutuhkan pelayanan medis. Para dokter Tzu Chi di Taiwan juga akan segera berangkat ke Filipina.

Saat melakukan telekonferensi, saya memberi tahu insan Tzu Chi Filipina untuk segera menjalankan program bantuan lewat pemberian upah karena seluruh kota itu sudah hancur. Daripada duduk termenung, lebih baik kita mengajak mereka untuk kembali bersemangat agar mereka tahu bahwa dengan kekuatan mereka, mereka bisa membantu proses pemulihan kota. Pada saat ini, nasi instan Tzu Chi sangat dibutuhkan oleh para korban bencana. Bantuan tahap pertama telah sampai di sana dan memberikan bantuan besar. Orang-orang di Griya Jing Si juga tengah bekerja keras mempersiapkan bantuan nasi instan tahap kedua. Intinya, bencana di Filipina kali ini sungguh membawa penderitaan besar bagi warga setempat.

Saat terjadi bencana yang menggemparkan, kita harus sadar dan memetik hikmah darinya. Hidup ini tidaklah kekal. Di tahun 2008, Sichuan diguncang gempa besar. Tahun ini, Ya’an juga diguncang gempa. Pascagempa di tahun 2008, kita membantu membangun 13 gedung sekolah di sana. Kini kita telah melihat harapan masa depan. Para guru serta kepala sekolah mendidik murid dengan sepenuh hati. Pascagempa di Ya’an pada bulan April lalu, penyaluran bantuan kita masih terus berlanjut hingga sekarang. Saya berharap semoga insan Tzu Chi Tiongkok bisa memegang teguh ikrar luhur yang kalian bangkitkan tadi.

Sangatlah mudah untuk membangun tekad, tetapi sulit untuk mempertahankannya. Karena itu, kalian harus mempertahankan niat baik ini hingga selamanya. Saat setiap orang dari kalian membangun ikrar agung di sini, saya sudah merekamnya. Saya berharap kalian bisa menjalankan ikrar kalian. Kalian harus bertindak secara nyata selamanya dan bukan hanya karena niat sesaat. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati. Waktu tidak akan menunggu kita. Saya sering mengatakan bahwa tidak ada waktu lagi. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap detik. Segala sesuatu dapat tercapai seiring waktu berlalu. Waktu juga dapat menyempurnakan pelatihan diri kita.

Mendengar kalian ada mendengar ceramah pagi, saya sungguh gembira. Ini karena kita tidak hanya harus menjadi orang baik di dunia. Saya sangat berharap setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa dunia dan menyerap Dharma ke dalam hati. Inilah kekayaan batin sesungguhnya yang akan tersimpan di dalam brankas hati kita. Kekayaan batin ini akan terus mengikuti kita dari kehidupan ini hingga kehidupan mendatang. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat giat melatih diri setiap saat. Selain menjadi orang baik yang menciptakan berkah bagi dunia, yang lebih penting adalah kita juga harus menjadi orang bijaksana yang mendalami Dharma. Inilah Bodhisatwa dunia yang memiliki cinta kasih berkesadaran. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -