Suara Kasih: Mempertahankan Niat Baik

Judul Asli:

 

  Mempertahankan Niat Baik Selamanya

 

Saya sering berkata, kita harus memanfaatkan setiap detik dan waktu dengan baik. Manfaatkanlah waktu yang ada saat ini, pertahankanlah niat baik yang timbul seketika. Mempertahankan berarti menjaga selamanya. Saat sebersit niat baik muncul dalam hati, kita harus mempertahankannya serta mewujudkannya ke dalam tindakan nyata. Inilah yang disebut mempertahankan niat baik.

Saudara sekalian, bukankah saya sering berbagi kepada kalian tentang “Sejarah Tzu Chi Hari Ini?” Saat kita melakukan perbuatan baik, maka tindakan ini patut diwariskan dan dicatat dalam sejarah. Inilah kehidupan dan waktu yang bermakna. Semua ini berawal dari sebersit niat yang muncul. Bila hal itu benar, lakukanlah saja! Jika jalan kita sudah benar, teruslah berjalan ke arah itu. Dengan begitu, kita tak akan berjalan menyimpang.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa saya telah 50 tahun berada di Hualien. Saat pertama kali tiba di sini, hati saya dipenuhi sukacita dan terkesan dengan keindahan Hualien. Saat itu juga, saya memutuskan untuk menetap di sini. Semua ini berawal dari sebersit niat, dan saya mempertahankannya hingga sekarang.”Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk.”Misi ini telah saya jalankan selama 48 tahun. Pada 48 tahun yang lalu, guru saya memberikan 6 kata ini. Sebersit niat pun timbul dan saya berkata pada diri sendiri, saya harus dapat mencapainya. Keenam kata ini terus saya jalankan hingga sekarang. Empat puluh lima tahun telah berlalu. Semuanya berawal dari 6 kata yang guru saya ucapkan pada saat itu. Itulah permulaannya.

 

Jika kita melakukan perbuatan baik dan bermakna, maka hal ini dapat diwariskan sepanjang masa. Begitu juga dengan hati Buddha. Selama lebih dari 2.000 tahun, orang masih terus mewariskan Dharma yang dibabarkan oleh-Nya. Hati Buddha yang tercerahkan sangatlah lapang dan luas. Beliau memahami segala sesuatu di alam semesta ini. Karena itu, saya sering mengulas tentang empat fase alam.

 

Segala benda materi di dunia tak luput dari proses pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Begitu juga dengan tubuh kita yang mengalami proses lahir, tua, sakit, dan mati. Buddha berkata dunia ini penuh penderitaan. Karena itulah, Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Mulia kepada kita. Beliau menjelaskan bahwa lima agregat pada hakikatnya adalah kosong. Segala sesuatu di dunia ini terbentuk dari perpaduan sebab dan kondisi. Tak ada sesuatu pun yang dapat berdiri sendiri.

Hidup di dunia ini, kita sangat mudah terpengaruh oleh objek luar sehingga timbullah ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan dalam hati. Karena itu, noda batin kita terus bertambah tebal dan menimbulkan perselisihan dengan orang lain. Yang Buddha ajarkan pertama kali adalah penderitaan. Awal penderitaan adalah timbulnya noda batin akibat adanya kontak dengan objek luar. Saat pikiran bereaksi terhadap objek luar, maka akan timbul penderitaan di dunia ini. Jadi, inilah sebab penderitaan, yakni akumulasi noda batin dan karma buruk.

Karena itu, Buddha mengajarkan kepada kita cara untuk melenyapkan penderitaan, yakni dengan bertekad untuk berhenti menciptakan karma buruk serta tidak mempertebal noda batin. Dalam interaksi antarsesama, bila timbul prasangka buruk, kita harus mengingatkan diri sendiri dan segera bertobat. Dengan membuka hati, kita akan dapat bekerja sama dan berjalan di jalan yang benar, yakni Jalan Bodhi yang lurus dan lapang. Semua ini tergantung sebersit niat. Sebersit niat bisa mengubah jodoh buruk menjadi jodoh baik.

 

Bodhisatwa sekalian, ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran dan mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa dunia. Silsilah Dharma Jing Si dimulai dari Griya Jing Si. Tanpa sekelompok murid di Griya Jing Si ini, saya yakin Tzu Chi akan sulit bertahan hingga hari ini. Ini semua karena para murid menjalankan pelatihan diri dengan hati yang tulus tanpa noda. Mereka menjadikan ladang pelatihan ini sebagai kampung halaman batin setiap insan Tzu Chi. Tentunya, di kampung halaman batin ini tersedia makanan spiritual. Di sini, makanan dibedakan atas 2 macam. Yang pertama adalah makanan spiritual dan yang kedua adalah makanan bagi jasmani. Jadi, kita menyediakan makanan spiritual, juga makanan bagi jasmani.

 

Kita menggunakan Sutra Makna Tanpa Batas sebagai makanan spiritual. Dalam mempraktikkan jalan kebenaran yang merupakan dasar ajaran Jing Si, kita harus rajin dan tekun. Setiap harinya, musim apa pun itu, kami tetap bangun pukul 03.50 pagi. Saat itulah aktivitas dalam sehari yang sangat padat dimulai. Karena itu, jika ingin menjadi murid saya, tak boleh bermalas-malasan. Setiap orang harus memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Jika tidak demikian, bagaimana bisa kita menyelesaikan semua pekerjaan dan memikul tanggung jawab yang berat atas dunia ini? Jadi, kita harus giat dan bersungguh-sungguh dalam mempraktikkan jalan kebenaran. Kita harus terus melatih diri dan tak boleh lengah. Kita harus giat dan bersemangat. Inilah yang disebut tekun melatih diri. Kita harus berjalan di jalan yang benar, yakni Jalan Bodhisatwa. Bagaimana agar dalam menapaki jalan Bodhi ini batin kita tetap seimbang dan jiwa tetap bersemangat?

Dalam Sutra Makna Tanpa Batas tertulis, “Dengan hati yang hening dan jernih, serta tekad yang luhur; teguh tak tergoyahkan hingga masa tak terhingga.” Inilah ladang pelatihan dalam hati kita. Meskipun sibuk, batin kita harus tetap hening dan jernih. Demikianlah kondisi batin Buddha setelah Beliau mencapai pencerahan. Tentu saja, kita belum sampai pada tahap tersebut. Namun, setidaknya kita harus mempertahankan kondisi batin yang hening dan jernih dengan tak berpikiran negatif. Kita tak boleh goyah dalam hal yang benar. Kita harus berjalan maju dan mengatasi segala kesulitan.

Untuk itu, kita harus terjun ke masyarakat. Melalui praktik nyata di tengah masyarakat, kita akan dapat memahami ajaran Buddha yang mendalam. Kita harus menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Buddha datang ke dunia tak lain adalah membimbing semua makhluk agar menyadari kebenaran. Buddha terus menunggu kita sadar. Tak tahu Buddha harus menunggu hingga kapan. Saat setiap orang tersadarkan, maka masyarakat ini akan damai dan harmonis. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 

 

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -