Suara Kasih: Mempraktikkan Enam Paramita di Dunia

 

 

Judul Asli:

Mempraktikkan Enam Paramita di Dunia

Mengimbau setiap orang agar kembali pada ladang pelatihan batin
Tidaklah sulit untuk berdana satu, saat memiliki sepuluh
Berharap semua orang bisa mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari
Mempraktikkan Enam Paramita di dunia

Pada saat ini setiap tahunnya, relawan Tzu Chi di seluruh dunia berkumpul bersama di Taiwan untuk mengikuti pelantikan. Tak peduli kalian berasal dari negara mana, saya menaruh harapan yang sama terhadap kalian. Saya berharap setiap orang bisa giat mempraktikkan ajaran Jing Si dan membangun ikrar luhur. Untuk mempraktikkan Jalan Kebenaran ini, kita harus membangun Empat Ikrar Agung Bodhisatwa. Berikrar menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung; berikrar melenyapkan noda batin yang tiada akhir; berikrar mempelajari semua metode Dharma yang tak terhingga; berikrar mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Inilah ajaran Jing Si.

Sebagai praktisi Buddhis yang masuk ke pintu mazhab Tzu Chi, kita harus memiliki semangat untuk senantiasa berjalan di arah yang benar. Kita harus membangun ikrar agung untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung dari penderitaan. Tadi kita telah melihat Kilas Balik Tzu Chi Tahun 2012. Dimulai dari bulan Januari, kita sudah melihat bantuan Tzu Chi di Haiti. Kita melihat Si Cheng, relawan Amerika Serikat, di dalam tayangan itu. “Yang terpenting bagi saya adalah apa pun yang ingin dilakukan oleh Master, saya sebagai murid harus berusaha melakukannya.” Ucapnya. Lihatlah dia begitu mendedikasikan diri. Dia melakukan hal yang ingin saya lakukan, dia mengasihi orang yang saya kasihi.

Pascagempa di Haiti pada tahun 2010, insan Tzu Chi menetap di sana selama lebih dari 100 hari. Setelah itu, kita mulai merencanakan pembangunan tiga gedung sekolah milik biarawati Katolik. Kini proyek pembangunan itu sudah hampir rampung. Setiap kali terjadi bencana, insan Tzu Chi selalu bergerak paling awal dan pulang paling akhir dalam menyalurkan bantuan. Pada saat bersamaan, kita juga menyebarkan benih cinta kasih dan menginspirasi warga setempat untuk menjadi relawan Tzu Chi. Dengan adanya Bodhisatwa dunia di sana, barulah ada orang yang memikul tanggung jawab. Contohnya relawan Tzu Chi di Afrika Selatan. Saat kita mengirimkan lebih dari 600 ton beras ke Afrika Selatan, insan Tzu Chi setempat membaginya dan menyalurkannya ke beberapa negara, termasuk Swaziland dan Lesotho.

Saat melihat relawan dari Afrika Selatan, banyak orang yang merasa ragu karena sebagian besar warga Afsel juga hidup kekurangan. Sebelum barang bantuan tiba di negara setempat, para relawan Afrika Selatan menghadapi banyak kesulitan. Meski demikian, para relawan tetap membangkitkan hati Bodhisatwa dan menjadi guru yang tak diundang. Dengan sikap rendah hati, hati penuh cinta kasih, dan kesabaran, mereka berkomunikasi dengan warga setempat. Usai pembagian barang bantuan, ada penerima bantuan yang bertanya, “Kapan kalian akan kemari lagi untuk membagikan barang bantuan?” Dengan penuh kebijaksanaan, relawan Tzu Chi Afrika Selatan menjawab, “Kami bukan ingin memberikan bantuan materi kepada kalian, yang ingin kami berikan adalah kekayaan batin.” Bersumbangsih bukan hanya hak orang berada. Sumbangsih orang kurang mampu akan lebih bermakna dan lebih mengagumkan.

Kali ini, sekelompok relawan suku Zulu juga kembali untuk dilantik. Saya berkata kepada mereka bahwa Tzu Chi tidak memiliki ladang pelatihan yang besar, tetapi di dalam hati kita semua terdapat ladang pelatihan batin yang tak berwujud. Kali ini, hampir 2.000 relawan luar Taiwan kembali untuk menjalani pelantikan. Di dalam hati setiap orang terdapat ladang pelatihan batin. Buddha berkata bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan, setiap orang bisa mencapai kebuddhaan. Hanya saja, saat timbul kegelapan batin, kita akan terbelenggu oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Tiga akar kegelapan batin itu bisa menciptakan banyak bencana di dunia. Bencana akibat ulah manusia dan alam terjadi akibat ketamakan manusia. Saat punya satu, manusia merasa kurang sembilan. Saat punya 100, manusia merasa kurang 900.Saat punya 1.000, berapa yang masih kurang? "9.000" seru para murid, 9.000. Banyak orang yang selalu merasa kekurangan dan tidak pernah merasa puas. Jika bisa mengubah pola pikir, maka kita akan merasa punya sepuluh dan bisa bagaimana? Menyumbangkan satu. Taiwan tidak memiliki harta berharga selain kebajikan dan cinta kasih para warganya. 

Badai Sandy yang menerjang Pesisir Timur Amerika Serikat kali ini sungguh mendatangkan bencana yang sangat besar. Para insan Tzu Chi di Amerika Serikat berdiri di jalan-jalan dan di depan hotel sambil membawa kotak dana. Mereka membungkukkan badan dengan penuh hormat meski orang-orang hanya mendonasikan koin. Melihat itu, saya mulai mengimbau insan Tzu Chi di seluruh dunia bisa bergerak untuk menggalang dana dan menghimpun cinta kasih. Insan Tzu Chi Taiwan menyambut imbauan saya dengan sangat antusias. Banyak orang yang berdana dalam jumlah besar.

Selama puluhan tahun ini, perekonomian di Taiwan sangat berkembang, batin para warga Taiwan juga sangat kaya. Ini semua membuat saya merasa Taiwan sungguh baik. Semoga dengan hati Buddha ini, setiap orang bisa melatih diri dengan baik. Semoga setiap orang bisa mempraktikkan ajaran Buddha lewat sumbangsih di tengah masyarakat.

Bodhisatwa sekalian, kita tidak memiliki ladang pelatihan yang besar, tetapi di dalam hati kita terdapat ladang pelatihan yang sangat luas dan tidak memiliki pembatas. Ini disebut ladang pelatihan batin. Saat kembali ke negara masing-masing, bawalah sebersit hati yang murni ini dan segala hal yang kalian pelajari dan dengar saat menjalani pelatihan dan pelantikan kali ini. Kalian bisa membawa ini semua pulang tanpa harus melewati pengecekan bagasi. Kalian bisa menyimpan ladang pelatihan ini di dalam hati dan membawanya pulang ke negara masing-masing. Saya harap setiap orang bisa mempraktikkan ajaran Buddha dalam keseharian. Saya juga berharap setiap orang bisa bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Inilah harapan saya selama ini. Semoga setiap orang bisa menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri, semoga semua makhluk bisa memahami Jalan Agung, semoga setiap orang bisa mendalami ajaran Buddha, semoga semua makhluk dapat hidup harmonis dan saling menginspirasi. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -