Suara Kasih : Memurnikan Hati Dengan Dharma

 
 

Tabiat yang buruk menciptakan kekotoran batin
Tekad yang mudah goyah sulit mempertahankan ikrar Bodhisatwa
Memurnikan fisik dan batin dengan bervegetarian
Kebijaksanaan yang bertumbuh mematahkan kekhawatiran

 

”Saya meminta dokter mengizinkan saya keluar rumah sakit 2 minggu lagi karena ingin ikut serta dalam pertunjukan. Setiap hari saya berdoa agar dapat segera keluar dari rumah sakit,” kata seorang relawan laki-laki.

”Terkadang saat membungkuk, duduk, atau mengambil sesuatu, punggung saya terasa sangat sakit. Bila sakitnya tak tertahankan, saya menempelkan koyo. Saya berharap setiap pertunjukan Sutra dapat menginspirasi banyak orang untuk bergabung dengan Tzu Chi,” kata seorang relawan perempuan yang lain.

”Bila saya tak memiliki kemauan yang kuat, mungkin saya telah tiada. Semua orang ikut serta dalam pementasan, mengapa saya tidak?” kata seorang relawan lainnya.

Buddha berkata bahwa hidup dan mati hanya sebatas tarikan napas. Kita tak tahu berapa lama kita akan hidup. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk melakukan hal-hal yang bermakna. Ketika terinspirasi, hendaknya kalian membangkitkan niat baik. Kini kalian telah memiliki niat baik. Saya ingin mengingatkan kalian agar senantiasa mempertahankan niat baik tersebut dalam hati.

Jika kalian dapat melakukannya, maka kebijaksanaan kalian akan berkembang. Namun, hal ini sungguh sulit dilakukan. Pikiran orang awam selalu terpengaruh oleh kondisi sekitarnya dan cenderung tidak stabil. Kini, kalian bersumbangsih dengan penuh sukacita. Namun, saat ada perkataan beberapa orang yang tidak kalian sukai, kalian langsung goyah dan berkata, “Saya tak ingin ikut dalam kegiatan lagi.” Bila tabiat ini tak dilenyapkan, tekad mereka akan selalu goyah. Saya sangat sedih akan hal ini. Tiada orang yang tak saya maafkan, tiada orang yang tak saya percayai, dan tiada orang yang tak saya kasihi. Saya percaya setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Inilah ajaran Buddha.

 

Saya yakin akan kebijaksanaan Buddha. Saya yakin akan perkataan Buddha bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Karena itu, saya percaya bahwa setiap orang memiliki hati yang baik. Namun, saya merasa tak berdaya dengan tabiat orang-orang yang buruk. Saya merasa sedih dan khawatir. Saya sungguh merasa khawatir. Dapat mengenal Dharma sangatlah luar biasa. Mengapa kita tak melatih diri agar memperoleh kesadaran? Sampai kapan kita akan menundanya? Apakah tabiat yang buruk ini akan kalian bawa hingga kehidupan berikutnya? Apakah kalian akan terus menjalin jodoh yang buruk? Apakah kalian ingin terus diliputi kekotoran batin?.

Kita harus menjalin jodoh yang baik. Dalam menghadapi orang yang bertabiat buruk, kita harus berlapang dada dan berpikiran murni. Kita harus berempati dan berusaha membantu mereka. Untuk itu, kita harus mempelajari 10 Tingkatan Bodhisatwa. Tingkat pertama adalah tingkat sukacita. Untuk memperoleh sukacita, kita harus melenyapkan pikiran yang suka membeda-bedakan. Janganlah kita menolak orang yang tak kita sukai. Kita harus melenyapkan sifat ini dan menumbuhkan sukacita dalam hati. Janganlah kita mengingat kesalahannya dahulu. Dengan demikian, kita akan bebas dari kemelekatan. Inilah proses pelatihan diri. Kita harus melenyapkan kekotoran dan kegelapan batin dalam diri kita. Dengan begitu, kita akan memiliki hati yang murni. Agar semua orang memiliki hati yang murni, saya berharap setiap orang dapat menyelami Dharma.

Saya tak tega melihat orang hidup tersesat. Saya berharap murid-murid saya dapat menyerap Dharma ke dalam hatinya. Mungkin hati kita pernah dipenuhi hal-hal yang kotor dan buruk. Namun, asalkan kita bersedia membersihkannya, maka hati kita akan kembali murni. Bagaimanapun, di tengah kehidupan bermasyarakat dan keluarga, banyak konflik yang tak terhindarkan. Sangatlah sulit untuk tidak terpengaruh. Namun, inilah yang disebut melatih diri. Bagaimana cara berjalan menuju pencerahan? Ada 2 cara, yakni menciptakan berkah dan mengembangkan kebijaksanaan. Bila kita melakukan kedua hal ini, maka kita akan sampai di tujuan dengan selamat. Inilah tingkat pertama, yakni menumbuhkan sukacita dalam hati. Jadi, janganlah ada kemelekatan. Bila kekotoran batin diri sendiri masih ada, bagaimana kita dapat menginspirasi orang lain? Jika kita masih memiliki karma buruk dan konflik dengan orang lain, bagaimana kita dapat memiliki hati yang murni?

Para Bodhisatwa sekalian, Empat Misi Tzu Chi dapat tercapai berkat kerja keras kalian semua. Kalian telah berbuat banyak bagi saya. Bagaimana cara saya membalas budi kalian? Saya sungguh berharap kalian semua menyelami Dharma sehingga kebijaksanaan kalian dapat berkembang. Dharma sangatlah luar biasa. Mengapa kita tak menyerapnya ke dalam hati? Bukankah ini sangat disayangkan?

Tahun ini Tzu Chi memasuki tahun ke-45. Setiap 5 tahun atau 10 tahun sekali, orang pasti merayakan sesuatu dengan meriah. Inilah kebiasaan di dunia ini. Peringatan besar selanjutnya adalah ultah Tzu Chi yang ke-50. Namun, apakah saya masih ada saat itu? Karena itu, saya ingin memanfaatkan ultah Tzu Chi yang ke-45 ini dengan baik dan berharap kebijaksanaan semua orang bertumbuh. Namun, bagaimana caranya? Saya berharap para murid saya di Taiwan giat mempelajari Dharma sehingga drama musikal Syair Pertobatan Air Samadhi dapat dipentaskan.

Kita telah melihat bencana yang sering terjadi di dunia akibat ketidakselarasan 4 unsur alam. Bila hati manusia tak harmonis, 4 unsur alam tak akan berjalan selaras dan bencana akan sering terjadi. Karena itu, kita harus terlebih dahulu memurnikan hati manusia. Saya sungguh berharap semua insan Tzu Chi dapat menginspirasi teman-teman maupun donaturnya agar mereka juga bertobat. Bertobat dengan mengintrospeksi diri. Kita harus mengintrospeksi diri dengan merenungkan apakah selama hidup ini kita pernah menjalin jodoh buruk dengan orang lain? Apakah kita pernah berbuat salah? Berapa banyak sumber daya alam yang telah kita gunakan? Dan berapa banyak emisi karbon yang telah kita ciptakan? Pikirkanlah juga, berapa banyak daging hewan yang telah kita konsumsi? Kita sungguh harus bertobat dan bervegetarian. Tahun ini, saya berharap semua orang dapat melenyapkan kebiasaan buruknya. Semoga tabiat buruk semua orang dapat berubah.

Saya percaya setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan, hanya saja kebiasaan buruknya belum berubah. Karena itu, saya merasa khawatir. Kalian selalu meminta saya untuk tidak khawatir. Saya tak berani mendengarnya. Para Bodhisatwa sekalian, agar saya tak khawatir, kebijaksanaan kalian harus bertumbuh. Saudara sekalian, saya berharap dapat terus tersentuh oleh kontribusi kalian. Tujuan kita tahun ini adalah menumbuhkan sukacita dalam diri setiap orang. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -