Suara Kasih: Menapaki Jalan Bodhisatwa
Judul Asli:
Menapaki Jalan Bodhisatwa Membimbing dan menggalang Bodhisatwa dunia | |||
Saat melantik kalian satu per satu, saya berkata dalam hati, “Terima kasih. Bodhisatwa dunia bertambah satu lagi.” Dengan bertambahnya satu Bodhisatwa dunia, maka akan lebih banyak orang yang terinspirasi untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini karena setiap orang memiliki jalinan jodohnya masing-masing. Jika orang berjodoh dengan kita, ucapannya akan kita rasa mengandung Dharma. Akan tetapi, jika orang tak berjodoh dengan kita, maka semua ucapannya akan dirasa omong kosong. Ada sebagian orang yang kurang berjodoh dengan saya. Tak berjodoh dengan saya? Belum tentu. Untuk itu, saya membutuhkan bantuan orang lain. Siapakah yang akan membantu saya? Bodhisatwa dunialah yang akan membimbing orang-orang yang tidak berjodoh dengan saya. Karena itu, setiap Bodhisatwa dunia yang telah dilantik oleh saya mungkin bisa membimbing orang-orang yang kurang memahami Tzu Chi. Dengan adanya lebih banyak Bodhisatwa dunia, maka kita dapat menjalin lebih banyak jodoh baik dengan orang-orang di dunia. Pernahkah kalian mendengar kisah tentang Buddha dan seorang nenek miskin? Nenek ini terlahir sebagai rakyat jelata dan hidup di tengah kondisi minim. Buddha sangat ingin membantunya, namun nenek itu tak berjodoh dengan Buddha. Dia selalu bersembunyi saat melihat Buddha. Suatu hari, Buddha berkata kepada Ananda, “Ananda, nenek itu lebih berjodoh dengan engkau, tidak berjodoh dengan Aku.” Ananda pun menjawab, “Buddha, Engkau bahkan tak berjodoh dengannya, bagaimana aku bisa berjodoh dengannya?” Buddha pun menjawab, “Sekarang pergilah mencari nenek itu.” “Asalkan kau berjalan melewatinya, nenek itu akan mengikutimu ke sini.” Meski Ananda merasa tak mungkin, namun dia tetap menuruti perkataan Buddha. Saat melihat nenek itu, Ananda sengaja berjalan melewatinya tanpa menghiraukannya. Akan tetapi, saat nenek itu melihat Ananda melewatinya, dia merasa sangat senang dan terus mengikuti Ananda. Ananda pun berjalan ke hadapan Buddha sambil memberi penghormatan. Nenek itu juga mengikuti Ananda memberi penghormatan kepada Buddha. | |||
| |||
Dia berkata, “Kehidupan manusia tak luput dari lahir, tua, sakit, dan mati. Mengapa Anda masih menangis? Hentikanlah tangisanmu.” Petapa itu pun meninggalkannya. Wanita itu merasa petapa tersebut sungguh tak berperasaan.Kemudian, dia masih terus menangis. Petapa yang berada di belakang mengeluarkan sapu tangan dan berkata, “Hapuslah air mata Anda. Setiap manusia pasti akan mengalami proses lahir, tua, sakit, dan mati. Saat jalinan jodoh matang, kita bisa berkumpul bersama. Saat jalinan jodoh berakhir, maka akan saling berpisah. Menangis tak akan mengembalikan suami Anda. Hapuslah air matamu. Jangan menangis lagi karena akan merusak kesehatan Anda.” Petapa itu kemudian meninggalkannya. Perkataan petapa tersebut sungguh menggugah hatinya. Karena itu, wanita itu pun tersadarkan dan terinspirasi menjadi umat Buddha. Petapa yang berjalan di depan adalah Buddha, petapa yang berjalan di belakang adalah Ananda, sedangkan wanita itu adalah nenek miskin. Inilah hukum karma. Saat memberi sukacita kepada orang lain, maka berarti kita menjalin jodoh baik dengan mereka. Jadi, untuk membimbing orang lain, kita harus menanam benih baik dan menjalin jodoh baik. Dengan demikian, orang lain juga akan terinspirasi untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Karena itu, saya selalu merasa saya penuh dengan berkah. Dahulu kita telah menjalin jodoh yang baik sehingga kini bisa berkumpul di sini untuk mengikuti acara pelantikan, pemberkahan akhir tahun, serta melihat begitu banyak orang yang begitu rapi dan tertib. Ladang pelatihan ini sungguh merupakan sebuah ladang pelatihan Bodhisatwa yang sangat agung. Akan tetapi, mungkin saya pernah menjalin jodoh yang buruk dengan orang sehingga kini tidak dapat menginspirasi mereka. Karena itu, saya membutuhkan lebih banyak Bodhisatwa untuk menginspirasi dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jadi, menggalang Bodhisatwa dunia sangatlah penting. | |||
| |||
Kali ini, saat kita membutuhkan bantuan, Tuan Tsai juga segera menghubungi kedua perusahaan penerbangan ini. Tanpa berkata apa pun, mereka segera menyetujuinya dan berkata bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk membantu orang lain. Dalam waktu 4 hari, mereka mengirimkan 20.000 helai selimut ke Filipina. Untuk itu, saya sangat berterima kasih. Kegiatan penyaluran bantuan di Filipina sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Walikota beserta wakil walikota juga turut membagikan bantuan bersama insan Tzu Chi. Sebelum kegiatan pembagian bantuan, wakil walikota naik ke panggung untuk memeragakan isyarat tangan lagu “Satu Keluarga” bersama insan Tzu Chi. Usai memeragakan isyarat tangan, dia bersama dengan insan Tzu Chi memperkenalkan Yayasan Buddha Tzu Chi yang berdiri berkat sumbangsih penuh cinta kasih dari orang-orang di seluruh dunia. Mereka juga berbagi bahwa Tzu Chi bermula dari 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen setiap harinya ke dalam celengan bambu. Ini bertujuan agar semua orang mengetahui bahwa dana Tzu Chi berasal dari himpunan cinta kasih banyak orang di seluruh dunia. Mereka juga berbagi kepada semua orang bahwa selimut yang mereka terima adalah hasil daur ulang botol plastik. Wakil walikota berkata bahwa uang 5 sen juga bisa membantu orang lain. Orang yang kurang mampu juga bisa membantu orang lain. Usai mengucapkan kata-kata tersebut, dia pun membawa celengan bambu ke tengah keramaian orang guna mengumpulkan satu per satu koin. Untuk mengumpulkan koin. Meski dilanda bencana, namun mereka tetap bersumbangsih bagi sesama. Inilah cara insan Tzu Chi menyebarkan benih cinta kasih di seluruh dunia agar semua orang memahami bahwa asalkan memiliki niat, maka kita pasti bisa menolong orang lain dan menjadi Bodhisatwa dunia. Kita semua baik yang berada di Taiwan maupun Filipina harus bersatu hati agar dapat membantu lebih banyak orang. Inilah hati Buddha. Buddha memberi tahu kita bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Hakikat Kebuddhaan kita adalah hati yang penuh welas asih. Karena itu, mulai hari ini, setiap orang harus menumbuhkan cinta kasih dan welas asih. Hati welas asih adalah hati Buddha. Kalian juga harus menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri, yaitu harus menapaki Jalan Bodhisatwa dan mencapai Kebuddhaan. Kita harus terus menapaki Jalan Bodhisatwa agar dapat mencapai Kebuddhaan. Jadi, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.
| |||