Suara Kasih : Menciptakan Berkah Dunia


Judul Asli:
Menyelami Dharma dan Menciptakan Berkah bagi Dunia

Jalan Bodhisatwa harus dipraktikkan di dunia
Bersama-sama pulang ke kampung halaman batin untuk menyelami Dharma       
Melewati keseharian tanpa hambatan adalah berkah
Menghargai waktu dan giat memutar roda Dharma

Lihatlah, kini di Taipei terdapat insan Tzu Chi dari 30 negara yang pulang untuk menghadiri pelatihan. Mereka sangat bersemangat. Pada tanggal 21 Juni lalu mereka mengikuti jadwal kelas yang padat. Mereka semua sangat bersungguh hati. Meski berasal dari berbagai negara yang jauh, namun memiliki satu tekad dan satu hati untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa dengan semangat untuk terus maju.

Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Secara geografis kalian berada sangat jauh dari saya. Namun, secara batin hati kita senantiasa dekat satu sama lain. Setiap saat saya berdoa semoga dunia bebas dari bencana dan penderitaan agar setiap Bodhisatwa dunia dapat mempelajari prinsip kebenaran dengan tenang.

Di mana pun bencana terjadi, kita dapat melihat para Bodhisatwa dunia. Kalian senantiasa bergerak ke lokasi bencana untuk bersumbangsih, merangkul dan menghibur para korban bencana. Untuk itu, saya sungguh berterima kasih dan senantiasa merasa tersentuh.

Para Bodhisatwa sekalian, kalian telah pulang. Tzu Chi bermula di Taiwan. Kita semua sungguh beruntung karena dapat berada di tempat lahirnya Tzu Chi. Jadi, kita harus lebih giat dan bersemangat, serta lebih bersungguh-sungguh. Pikirkanlah, waktu berlalu dengan sangat cepat. Waktu berputar hari demi hari, minggu demi minggu dan terus berjalan tanpa henti. Waktu terus berjalan tanpa henti hari demi hari, detik demi detik.

Segala yang berkondisi senantiasa berubah. Dalam Sutra Hati disebutkan bahwa Lima Agregat pada hakikatnya kosong. Salah satu dari Lima Agregat adalah Samskara atau segala yang berkondisi. Bayangkan, setiap waktu yang singkat maupun setiap detik terus berlalu. Tanpa disadari, 24 jam dalam sehari terus berlalu. Karena itu, kita harus bersungguh hati dan menghargai waktu karena setiap detik yang ada tak akan pernah terulang. Jika detik ini telah berlalu, maka detik berikutnya akan berbeda dengan detik yang lalu.

Jadi kita harus menghargai setiap waktu yang sangat singkat. Waktu terus berlalu, namun niat terus timbul dalam pikiran manusia. Jika pada detik ini pikiran kita menyimpang dan niat buruk timbul, maka dampaknya akan sangat besar bagi kehidupan seseorang. Jadi, seiring berjalannya waktu, niat dalam pikiran kita pun terus timbul. Niat ini dapat timbul dalam sekejap. Karena itu, kita harus senantiasa menjaga pikiran pada setiap saat dan setiap detik. Meski hanya timbul sekejap saja, niat tak boleh dibiarkan menyimpang.

Waktu terus berlalu, namun pikiran yang menyimpang akan mendatangkan dampak yang besar dan akan berpengaruh pada kehidupan kita. Kita mungkin merugikan diri sendiri maupun orang lain. Ini semua akan menjadi bencana bagi dunia. Selain waktu yang terus berjalan dengan cepat, manusia dan segala sesuatu di dunia pun terus mengalami perubahan. Setiap saat kita berhubungan dengan banyak orang dan hal, tak peduli di mana pun kita berada, namun kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Contohnya, manusia. Kita sering melihat orang-orang yang berteman baik, pergi makan dan minum minuman keras bersama. Mereka berteman baik. Namun, ketika terjadi pertengkaran mereka akan saling berkelahi sehingga menyebabkan bencana bagi banyak orang. Manusia, hal, dan benda materi terus mengalami perubahan. Kita harus senantiasa meningkatkan kesadaran dalam berinteraksi dengan orang lain, mengerjakan segala hal, dan menggunakan suatu benda.

Karena itu, saya sering berkata bahwa untuk hidup dengan damai dan tenteram, kita harus memiliki rasa syukur. Dengan adanya rasa syukur, barulah kita dapat hidup damai dan tenteram. Kita harus mengetahui bahwa kehidupan yang bebas dari hambatan adalah berkah. Kita sering berkata, “Seminggu telah berlalu, sekarang sudah hari Senin lagi.” Ini berarti 7 hari itu telah kita lewati dengan aman dan tenteram. Setiap hari yang terlewati tanpa rintangan adalah berkah.

Kita sungguh mempunyai berkah karena dapat melewati setiap saat tanpa ada rintangan, sangat lancar dan penuh kedamaian. Inilah yang dinamakan kedamaian. Selanjutnya, hidup tenteram berarti bebas dari segala bencana. Inilah yang dinamakan berkah. Contohnya, jika saat berjalan kita tidak tersandung atau terjatuh, kita tidak tersandung atau terjatuh, itu sudah merupakan berkah. Suatu hari, saya berjalan di ruang konferensi. Karena banyak orang di belakang yang terus melambaikan tangan, saya pun menjadi sedikit lengah dan tersandung sesuatu. 

Meski tersandung, saya tidak terjatuh. Ini juga merupakan keberuntungan. Karena itu, saya dapat berbagi di sini sekarang. Ini merupakan berkah. Untuk itu, dalam kehidupan sehari-hari kita harus senantiasa bersyukur. Meski suatu hal terlihat sepele, namun dapat terjadi kapan pun dan membahayakan. Kelengahan seketika dapat menimbulkan masalah. Namun, tak terjadi apa-apa dengan saya. Saya cukup beruntung. Inilah yang dinamakan berkah. Inilah kehidupan yang penuh berkah. Untuk itu, kita harus bersyukur. Banyak hal yang harus kita syukuri dalam kehidupan ini.

Para Bodhisatwa sekalian, kita harus senantiasa memanfaatkan waktu yang ada saat ini, mempertahankan niat baik dan merealisasikannya dalam keseharian. Inilah yang harus diterapkan oleh insan Tzu Chi setiap hari. Tak hanya setiap hari, melainkan setiap detik. Janganlah lengah dalam kondisi apa pun.

Segala yang berkondisi akan terus berubah tanpa henti, seperti matahari dan bulan yang terus berputar tanpa berhenti sedetik pun. Demikian pula dengan kehidupan kita. Seiring dengan berjalannya waktu, tubuh kita pun mengalami perubahan dan terus menua. Singkat kata, kita harus memanfaatkan waktu yang ada. Terima kasih kepada kalian yang senantiasa mawas diri dan menciptakan berkah bagi dunia. mawas diri dan menciptakan berkah bagi dunia.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
 Foto: Da Ai TV Taiwan
 
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -