Suara Kasih: Menciptakan Berkah

 

Judul Asli:

 

  Meningkatkan Kewaspadaan dan Menciptakan Berkah

 

Rumah Sakit Tzu Chi penuh dengan budaya humanis
Membimbing orang agar memiliki pandangan yang benar
Mengalami trauma akibat tertimpa bencana tsunami
Meningkatkan kewaspadaan dan menciptakan berkah

Saya sungguh berterima kasih kepada para relawan yang telah menjadi jembatan penghubung antara dokter dan pasien. Selain membantu mengobati penyakit fisik, mereka juga menenangkan batin pasien. Saya sungguh bersyukur atas cinta kasih tim medis yang tanpa mengenal lelah mencari cara agar para lansia dapat menerima penyuluhan kesehatan dengan penuh sukacita. Mereka membimbing para lansia untuk menjaga kesehatan sendiri dan meningkatkan kewaspadaan bila jatuh sakit. Inilah misi kesehatan yang berbudaya humanis. Misi kesehatan ini sungguh menghangatkan hati dan penuh cinta kasih.

Sungguh, tim medis selalu mendapat dukungan dari relawan Tzu Chi. Karena itu, kita sering melihat hal ini di RS Tzu Chi Dalin, Taipei, Hualien, dan Taichung, para dokter, perawat, dan staf dari berbagai departemen selalu merendahkan hati dan berterima kasih kepada relawan Tzu Chi. Contohnya Rumah Sakit Tzu Chi di Dalin. Kepala rumah sakit, dokter, dan staf medis dari berbagai departemen menyulam sapu tangan dan menggunakan jerami padi untuk membuat kerajinan tangan berbentuk sapu. Sapu itu adalah lambang untuk melenyapkan noda batin dan segala bakteri di dalam tubuh agar setiap orang dapat sehat.

Mereka sungguh kreatif dalam mendoakan setiap orang agar sehat secara fisik dan batin. Mereka bagaikan satu keluarga. Para staf medis dan relawan berinteraksi dengan penuh cinta kasih dan saling mendukung. Para staf medis pun mengungkapkan rasa syukur mereka dengan penuh ketulusan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Setiap rumah sakit mengungkapkan rasa syukur dengan cara mereka sendiri. Kita juga berdoa dengan tulus semoga akreditasi Rumah Sakit Tzu Chi Dalin dapat berlangsung dengan penuh sukacita dan lancar. Semoga mereka dapat melihat kelebihan dari budaya humanis misi kesehatan. 

 

Selain memiliki keterampilan, para tim medis juga melindungi kehidupan dan menjaga kesehatan warga dengan penuh cinta kasih. Semoga kelebihan-kelebihan ini dapat terlihat oleh setiap orang. Saya sungguh bersyukur. Saya juga sangat berterima kasih kepada tim bantuan Tzu Chi di Jepang. Tanggal 27 Juli lalu, sebanyak 62 relawan dari Taiwan tiba di Jepang untuk berkumpul dengan insan Tzu Chi setempat. Satu tim yang berjumlah lebih dari 100 orang berangkat ke Kesennuma untuk menyalurkan bantuan.

Pascabencana, para korban bencana sungguh merasa tak berdaya dan sangat menderita. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi yang telah berulang kali mengantarkan kehangatan ke sana.

Pada awal bulan Juli lalu, Tzu Chi membagikan bantuan dana tunai untuk yang ke-2 kalinya. Pada saat itu, ada seorang nenek berusia 81 tahun berbagi dengan kita tentang saat terjadinya tsunami. Saat tsunami tiba-tiba menerjang rumahnya, ia terjatuh ke lantai. Air laut menggulung dan melepas seluruh pakaiannya. Setelah air surut, ia segera berjalan keluar rumah dan memanjat ke tempat yang tinggi. Saat ia melihat ke bawah, gelombang tsunami kembali menerjang. Ia melihat sendiri gelombang tsunami yang kedua menyapu banyak tetangga dan rumah mereka. Ia melihat banyak orang yang panik dan meminta tolong, namun tiada orang yang bisa menolong mereka. Ia berkata bahwa pada saat itu ia sangat takut dan merasa sangat dingin karena bajunya telah terlepas oleh gulungan tsunami. Akhirnya, ia tertolong dan tinggal di rumah putrinya.

Selama lebih kurang 2 bulan, ia mengalami mimpi buruk setiap hari. Setiap kali memejamkan mata, ia melihat banyak orang yang meminta tolong dan berteriak. Setelah mendengar cerita nenek tentang kondisi saat itu, kita pun berpikir bagaimana nenek itu menjalani kehidupannya bila situasi saat tsunami melanda masih terbayang-bayang di dalam pikirannya. Intinya, kita tak bisa menghentikan ketidakkekalan dan kekuatan karma. Meski bencana telah berlalu, namun sulit bagi para korban bencana untuk melupakan situasi pada saat itu. Sungguh, kita harus menempatkan diri di posisi mereka. Sungguh sulit untuk melupakannya. Inilah kisah yang didengar oleh insan Tzu Chi saat berada di lokasi bencana.

Baiklah. Singkat kata, kita harus memahami bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita harus lebih berikrar luhur untuk menjadi orang yang segera menolong orang yang membutuhkan. Kini kita sudah memahami bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Belakangan ini, saya terus mengulas tentang penderitaan warga Somalia. Namun, sangatlah berbahaya untuk menyalurkan bantuan ke Somalia. Selain itu, perjalanan yang harus ditempuh juga penuh kesulitan. Karena itu, PBB mulai menyalurkan bantuan melalui udara. Melihat warga Somalia yang makan dalam kondisi seperti itu. saya sungguh merasa tidak tega. Demikian pula dengan Korea Utara.

Kali ini, pemerintah Korea Utara sudah meminta bantuan pangan. Tzu Chi sudah mulai mengevaluasinya. Mereka meminta Tzu Chi untuk menyalurkan bantuan di empat wilayah di Korea Utara.

Sungguh, karena krisis bahan pangan, harga beras terus mengalami kenaikan. Sungguh, harga barang bantuan kali ini mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibanding tahun lalu. Namun, sebagai organisasi kemanusiaan, kita harus terus melangkah maju dengan melakukan evaluasi. Kita juga dapat melihat Badai Nock-ten telah mendatangkan bencana di Filipina. Bencana itu menelan lebih dari 20 korban jiwa Selain itu, juga ada laporan orang hilang. Korban bencana telah mencapai sekitar 600.000 orang. Karena itu, insan Tzu Chi di Filipina terus mengamati kondisi dan mencari cara untuk menyalurkan bantuan. Sebagian besar korban bencana adalah warga kurang mampu.

Insan Tzu Chi di Filipina terus mengamati kondisi bencana. Setelah air surut, mereka akan mulai bergerak untuk menyalurkan bantuan. Kini, sebuah badai tropis lain juga mulai terbentuk. Diperkirakan akan ada beberapa badai di bulan Agustus. Saya sungguh khawatir melihatnya. Kita sungguh harus berdoa dengan tulus. Kita harus bersyukur karena beberapa badai topan di bulan Juli tidak berdampak buruk pada Taiwan. Setiap hari kita harus berdoa dengan tulus dan mawas diri. Saat menghadapi badai pada bulan Agustus nanti, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Semoga setiap orang dapat berhati tulus dan tidak lengah. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -