Suara Kasih: Menciptakan Berkah

 

Judul Asli:

 

Mengungkapkan Rasa Syukur dengan Menciptakan Berkah

 

Mengulas kembali bencana yang terjadi di dunia
Mengungkapkan syukur dengan menciptakan berkah
Menciptakan kapal dwifungsi untuk membantu korban bencana
Pemurnian air cepat untuk menyiapkan makanan

Aula Jing Si di Kaohsiung sungguh khidmat dan penuh energi pelatihan diri. Di sini kita bisa melihat penyelaman Sutra, baik di atas maupun di bawah panggung. Mereka terlihat sungguh harmonis. Kita dapat merasakan bahwa Taiwan sungguh penuh berkah, terlebih kita dapat melewati tahun ini dengan aman dan tenteram. Kita harus bersyukur atas setiap hari yang kita lewati dengan selamat. Meski berada di Taiwan, kita dapat melihat semua peristiwa di dunia.

Di Australia turun hujan deras yang mengakibatkan banjir besar. Christchurch, New Zealand, diguncang gempa berkekuatan 6,3 skala Richter dan menelan lebih dari 100 korban jiwa. Setiap bulan kita dapat melihat ada begitu banyak bencana yang terjadi akibat ketidakselarasan unsur alam. Contohnya seperti Pakistan. Menjelang akhir tahun 2010 hujan deras mengguyur tanpa henti. Saya sungguh tak sampai hati melihatnya. Jadi, kita segera merencanakan penyaluran bantuan internasional. Melihat warga setempat tak memiliki tempat tinggal yang tetap, bahkan ada yang tinggal di rumah yang rusak dan tenda yang telah robek, kita pun segera bekerja sama dengan insan Tzu Chi Amerika Serikat dan Formosa Plastics Group.

Kita mendesain model kasur yang mudah dibongkar pasang sehingga memudahkan pengangkutan dari AS ke Pakistan. Setelah tiba, kasur dapat langsung digunakan. Model kasur ini agak tebal dan permukaannya datar. Dengan adanya bantuan ini, warga setempat dapat duduk atau tidur dengan nyaman. Bila kalian menyaksikan siaran berita Da Ai TV, kalian akan melihat pendistribusian dilaksanakan di sebuah tempat yang lapang dan hanya butuh satu orang saja untuk mengambilnya dan membawanya dengan cara menjunjung. Bantuan ini pun dapat bermanfaat bagi seluruh anggota keluarga. Setibanya di rumah, kasur bisa langsung digelar dan cukup dilapisi selembar plastik di atasnya.

Mereka terlihat sangat gembira. Kita dapat melihat 7 atau 8 orang dapat tidur di atasnya dengan nyaman. Inilah sumbangsih kita bagi warga Pakistan.

Tahun ini kita juga dapat melihat bencana kelaparan di Somalia. Setiap kali melihat tayangan seperti ini, kita sungguh harus berpuas diri dan bersyukur. Inilah alasan saya terus mengimbau agar semua orang cukup kenyang 80 persen saja sehingga yang 20 persen bisa didanakan untuk membantu korban bencana kelaparan ini. Lihatlah juga gempa dahsyat di Jepang. Bencana bertubi-tubi yang melanda Jepang sungguh membuat warganya menderita. Pascabencana bulan Maret lalu banyak orang meninggalkan Jepang. Akan tetapi, dengan penuh kesungguhan hati, insan Tzu Chi masuk ke lokasi bencana untuk menyiapkan nasi maupun mi yang hangat bagi para korban bencana. Makanan hangat yang ada di tangan mereka ini membuat hati mereka juga merasakan kehangatan. Kita juga membagikan selimut dan syal dan langsung dikenakan pada para lansia. Sementara di luar turun salju lebat, para insan Tzu Chi membagikan selimut hangat yang langsung dikenakan pada tubuh para lansia agar mereka merasa hangat.

Salah satu relawan dari Taiwan yang berangkat ke sana memeluk seorang Lansia dan menyanyikan lagu Doa untuknya. Pemandangan ini sungguh menghangatkan hati. Bencana juga terjadi di Thailand.Hampir 4 bulan lamanya Thailand direndam banjir. Saat masih di Griya Jing Si, setiap hari saya berkomunikasi dengan insan Tzu Chi di Thailand melalui konferensi video. Kita terus menyalurkan bantuan materi ke sana. Salah seorang anggota komisaris kehormatan Tzu Chi di Tainan adalah seorang pengusaha di bidang perkapalan yang perusahaannya berlokasi di Kaohsiung. Beberapa tahun yang lalu saya mulai berpikir bahwa pada saat kondisi cuaca yang ekstrem ini, lebih baik ada persiapan menghadapi bencana. Jadi, saya meminta dia untuk menciptakan sebuah kapal yang dapat dijalankan di perairan maupun daratan sebagai persiapan menghadapi bencana. Selama beberapa tahun ini dia terus bekerja keras untuk menciptakan sebuah kapal yang ringan dan mudah disimpan.

Jika saya pergi ke Tainan, ia akan membawa kapal itu dari Kaohsiung ke Tainan untuk ditunjukkan kepada saya. Selama beberapa tahun ini saya terus meminta dia untuk memodifikasi kapal tersebut. Dia terus berusaha menyempurnakannya hingga tahun kemarin saya pun puas melihat hasilnya. Akan tetapi, masih ada satu hal lagi. Untuk dijalankan d daratan yang memiliki sedikit ketinggian air, kapal ini harus dilengkapi dengan roda untuk mempermudah pengoperasiannya. Dia pun mulai bekerja keras lagi. Beberapa bulan yang lalu dia mengirimkan 4 buah kapal yang telah selesai dimodifikasi dari Kaohsiung ke Taipei. Pada saat itu warga Thailand yang mengalami banjir membutuhkan air minum yang bersih.

Sebelumnya kita telah bekerja sama dengan pihak Industrial Technology Research Institute (ITRI) Taiwan untuk menciptakan sebuah sistem pemurnian air. Kebetulan pada suatu hari saat sedang rapat, pihak ITRI datang berkunjung ke Griya Jing Si. Saya memberi tahu dia bahwa yang paling dibutuhkan Thailand saat ini adalah alat yang kecil dan ringan yang dapat memurnikan air. Dia pun menjawab akan segera mengerjakannya. Saat berada di Taipei beberapa hari lalu, dia membawa dua alat untuk ditunjukkan kepada saya, yaitu alat pemurni air dan alat pemasak air yang dapat dibawa dengan 2 buah kapal guna menyiapkan makanan hangat.

Dia membuat 100 porsi nasi siap saji dalam waktu kurang dari 1 jam. Air apa yang digunakannya? Dia menggunakan air kolam yang ada di samping gedung Da Ai TV untuk membuat nasi siap saji tersebut. Sebelum dimurnikan, air kolam tersebut memiliki kandungan bakteri E-coli yang cukup tinggi. Setelah pemurnian, bakteri pun lenyap, bahkan menjadi lebih bersih daripada air yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Beberapa relawan langsung meminum air tersebut setelah proses pemurnian selesai. Pihak ITRI berkata kepada saya bahwa ia telah meminum air hasil pemurnian ini selama 3 hari berturut-turut dan kondisi tubuhnya tetap baik. Jadi, saya bisa merasa tenang. Akan tetapi, saya berkata kepadanya bahwa air banjir di Thailand mungkin mengandung bahan kimia bahkan racun. Mendengar perkataan saya ini, mereka segera menambahkan filter karbon aktif dan melakukan percobaan lagi. Ternyata hasilnya bagus sekali. Mereka lalu membuat nasi siap saji untuk saya dengan menggunakan air tersebut.

Saya sungguh bersyukur atas hal ini. Dengan adanya kedua alat ini, kita dapat menyiapkan makanan di atas kapal dengan menggunakan air apa saja. Di Tzu Chi, kita memiliki orang-orang yang berasal dari berbagai bidang profesi, seperti ilmuwan, peneliti, dan lain-lain. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka. Kita sungguh harus menggalang lebih banyak relawan. Taiwan adalah sebuah pulau yang tak besar, namun banyak warganya yang berhati baik. Taiwan adalah tempat asal Tzu Chi. Kita harus menyebarkan semangat cinta kasih dari tempat asal ini ke seluruh pelosok dunia. Semoga kita selalu dalam kondisi selamat sehingga dapat mengulurkan tangan bagi lebih banyak orang yang membutuhkan. Tentu saja, kita selalu berharap dunia ini bebas dari bencana. Akan tetapi, untuk mewujudkan hal ini, kita membutuhkan lebih banyak lagi orang berhati baik untuk bersama-sama menciptakan berkah dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Dengan demikian, kehidupan kita akan makin aman dan tenteram. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.  

 
 
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -