Suara Kasih: Menciptakan Harapan dengan Pikiran Benar

 

Judul Asli:

Menciptakan Harapan dengan Pikiran Benar

Ketidakselarasan iklim mengakibatkan kerugian besar
Mendaur ulang sampah menjadi barang yang baru
Menjaga kebersihan mulai dari sumbernya
Menanamkan pendidikan budaya humanis sejak usia dini

Kita harus bersyukur karena bisa hidup dengan aman dan tenteram. Namun, yang paling penting adalah kita harus selalu mawas diri dan berhati tulus. Kita telah melihat begitu banyak bencana yang terjadi di dunia. Saat mendengar berita tentang bencana yang terjadi di berbagai tempat, perasaan kita selalu bercampur aduk menjangkau lokasi bencana tersebut. Di sana tidak ada insan Tzu Chi. Meski mendengar mereka tengah dilanda bencana, kita hanya bisa merasa khawatir.

Beberapa hari lalu, kita mendengar berita tentang banjir dan tanah longsor yang terjadi di Burundi. Burundi adalah negara tertinggal. Hujan di sana diperkirakan masih akan turun hingga bulan April, sedangkan sekarang baru bulan Februari. Selain itu, bencana juga terjadi di AS. Meski AS merupakan negara kaya, tetapi bencana alam yang melanda juga mengakibatkan banyak penderitaan. Baru-baru ini, di berbagai tempat di AS terjadi bencana banjir, kekeringan, kebakaran, bahkan badai salju secara bersamaan. Dalam tahun ini, badai salju sudah berkali-kali melanda sehingga menyebabkan lebih dari 75.000 penerbangan dibatalkan. Hal ini sungguh mengejutkan dan telah mengakibatkan kerugian besar.

Kita harus benar-benar bersungguh hati. Ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin dalam alam semesta ini merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan Saat bencana melanda negara-negara miskin, kita merasa sangat khawatir. Namun, saat negara kaya dilanda bencana alam, sebenarnya mereka juga tidak berdaya. Kerugian mereka juga sangat besar. Di Kolombia, hujan deras yang turun mengakibatkan sebuah pertambangan runtuh. Selain itu, di Jepang, hujan salju yang deras mengakibatkan kerusakan di berbagai tempat. Lebih dari 10.000 rumah tidak mendapatkan aliran listrik, enam orang tewas, dan lebih dari 1.280 orang mengalami luka-luka. Ini semua disebabkan oleh hujan salju saja. Selain itu, lebih dari 100 unit rumah roboh karena beratnya tumpukan salju.

Kita dapat melihat bahwa ketidakselarasan iklim yang terjadi di negara mana pun dapat membawa malapetaka, bahkan di negara adikuasa sekalipun. Oleh karena itu, kita harus benar-benar berhati tulus. Ketulusan hati manusia bisa mendatangkan cahaya mentari di musim dingin. Lihatlah, di Sichuan, Tiongkok, penduduk setempat juga merayakan Festival Lampion. Insan Tzu Chi setempat mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan daur ulang di sana. Mereka berbagi kepada warga setempat mengenai botol plastik yang bisa didaur ulang menjadi selimut.

Mereka juga berbagi dengan orang-orang dewasa dan anak-anak bahwa kegiatan daur ulang dapat melindungi bumi. Selain itu, jika kita terlalu boros dan membuang sampah sembarangan, maka bisa melukai bumi, menghabiskan sumber daya alam, menciptakan polusi udara, dan mengakibatkan terjadinya bencana, dll.

Mereka menggunakan contoh sederhana untuk menjelaskan prinsip kebenaran yang ada. Di jalan-jalan, lokasi acara, dan berbagai tempat lainnya insan Tzu Chi dengan sabar menjelaskan hal ini kepada semua orang. “Dalam perayaan hari raya tradisional, kita harus memasukkan konsep-konsep pelestarian lingkungan agar masyarakat memahami bahwa jika setiap orang menyumbangkan sedikit tenaga, kita dapat mengubah kota tempat tinggal kita menjadi lebih indah,” ucap relawan Tzu Chi.

Inilah yang insan Tzu Chi Tiongkok lakukan  untuk menjaga bumi ini. Mereka mengimbau semua orang mengulurkan tangan untuk melestarikan lingkungan dengan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya. Gagasan mengenai pelestarian lingkungan ini kini telah digalakkan di Tiongkok. Kita telah melihat para relawan terjun ke jalan-jalan dan merendahkan hati untuk menjelaskan mengenai pelestarian lingkungan dan memungut sampah yang dibuang sembarangan. Tindakan memungut sampah ini juga dapat menyentuh hati orang. Oleh karena itu, kita harus bersungguh hati memberi teladan bagi orang lain melalui tindakan nyata sehingga mereka juga bisa tergerak melakukan daur ulang.

Kita juga telah melihat bahwa pendidikan tidak bisa ditunda. Insan Tzu Chi Guatemala dalam setahun telah beberapa kali membantu anak-anak dari keluarga kurang mampudengan membagikan alat tulis, tas sekolah, makanan kering, dll. Inilah salah satu yang kita lakukan dalam misi pendidikan kita di berbagai negara untuk membantu anak-anak yang membutuhkan. Di Malaysia, kita memulai pendidikan dari TK. Kita telah melihat anak-anak TK di sana sangat beruntung karena sejak kecil bisa mempelajari berbagai prinsip cinta kasih. Mereka mempelajari bagaimana cara bersumbangsih dan menghormati orang tua. Pendidikan Tzu Chi menanamkan bahwa melakukan kebajikan dan berbakti adalah dua hal yang tidak dapat ditunda. Mereka juga mengadakan acara Tahun Baru Imlek. Mereka sungguh menggemaskan.

Mereka seperti sebuah miniatur masyarakat. Para guru juga mengajari mereka bagaimana cara menjadi tuan rumah yang baik, bagaimana cara melayani dan menjamu tamu, serta bagaimana cara mengembangkan cinta kasih kepada sesama. Tampaknya, pendidikan kita memang harus dimulai dari kecil agar nilai-nilai kebajikan bisa mengakar sejak dini sehingga dapat menciptakan masyarakat yang indah bagai Tanah Suci yang murni di dunia. Intinya, melihat bencana yang terjadi, saya merasa sangat sedih. Melihat misi pendidikan kita, saya sungguh merasakan harapan di masa depan.

“Para guru, Tzu Chi, terima kasih. Terima kasih juga kepada UNHCR. Saya tidak pernah belajar, tak tahu apa pun. Sekarang anak saya bersemangat belajar, hati saya pun senang,” ucap orang tua murid.  

“Saya senang bisa membuat Ibu gembira. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak karena telah memberi tempat kepada orang seperti kami, dan saya ingin belajar, kalau bisa hingga ke perguruan tinggi,” ucap anak.

“Kita lihat kini mereka memiliki keterbatasan dan sulit memiliki peluang di masa depan, maka karena itulah mereka harus bersekolah,” tutur guru.

Ini semua bersumber dari pikiran manusia. Apakah kita ingin menciptakan masa depan yang harmonis dan indah melalui misi pendidikan, atau ingin memuaskan nafsu keinginan kita yang tiada habisnya dan menciptakan konflik antarsesama, atau memuaskan keinginan tak terbatas kita dengan terus memboroskan sumber daya alam dan menciptakan polusi udara, semuanya bergantung pada diri kita sendiri. Jadi, asalkan kita semua membangkitkan niat untuk melakukan kebajikan,  maka masyarakat pun akan damai dan harmonis. Jika kita membangktikan nafsu keinginan, maka akan muncul ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ini semua bergantung pada pikiran kita. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -