Suara Kasih: Menciptakan Ladang Berkah
Judul Asli:
Menciptakan Ladang Berkah dan Membabarkan Dharma
Menghimpun benih-benih cinta kasih untuk membantu korban bencana
Kegiatan baksos kesehatan berskala besar meringankan penderitaan pasien
Operasi pemisahan kembar siam mengembalikan harapan anak-anak
Menciptakan ladang berkah dan membabarkan Dharma
Lihatlah, sebuah badai tropis dapat mengakibatkan banyak orang kehilangan tempat tinggal serta hidup dalam kecemasan dan ketakutan karena mereka tidak tahu bagaimana meneruskan kehidupannya. Meskipun demikian, terdapat juga warga yang walau hidup dalam kondisi kurang mampu, namun hatinya penuh dengan cinta kasih sehingga dapat menjadi benih Tzu Chi di Honduras.
Relawan ini menetap di Honduras selama lebih dari 20 tahun dan telah berkeluarga di sana. Meski kondisi ekonominya kurang baik, namun hatinya penuh dengan cinta kasih. Di mana pun bencana terjadi, ia senantiasa ikut membantu. Meski kali ini ia juga tertimpa bencana dan tidak mempunyai makanan, namun ia tetap menyumbangkan barang-barang yang ia terima dari orang lain untuk menolong korban bencana. Inilah welas asih yang tumbuh di tengah penderitaan. Kita dapat melihat bahwa kita mempunyai dua benih relawan di Honduras yang senantiasa bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati.
Insan Tzu Chi di Guatemala mulai menyalurkan bantuan pada tanggal 7 Juni. Meski tak banyak insan Tzu Chi di Guatemala, namun mereka senantiasa memerhatikan warga kurang mampu dalam jangka panjang. Ketika bencana terjadi, kita harus berterima kasih atas dukungan warga Tionghoa setempat dan pengusaha Taiwan yang turut menyediakan barang bantuan dan memerhatikan korban bencana.
Pada bencana kali ini, seluruh insan Tzu Chi di El Salvador telah bergerak untuk meninjau lokasi, menyurvei kondisi korban, dan mempersiapkan penyaluran bantuan. Sungguh, ajaran Buddha bertujuan untuk membentangkan jalan cinta kasih di dunia. Di dunia ini harus ada cinta kasih yang tersebar ke semua tempat di setiap waktu agar jalan yang lurus dan lapang dapat terus terbentang.
Selama belasan tahun ini telah terkumpul sekitar 20.000 relawan yang berpartisipasi dalam pembuatan bacang dan kue cinta kasih. Kegiatan ini merupakan metode terampil untuk menjalin jodoh dan memperkenalkan Tzu Chi. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Tiongkok yang telah bersungguh hati berjalan di jalan Bodhisatwa dan terus menginspirasi banyak orang. Hal ini sungguh menyentuh.
Tentu saja, kita di Taiwan juga bisa terus menyebarkan benih cinta kasih agar benih cinta kasih kita ini dapat lebih banyak tersebar dan semua orang semakin terinspirasi untuk turut berbuat bajik. Inilah yang kita lakukan di Taiwan dalam menjalankan empat misi Tzu Chi secara bersamaan.
Saya sungguh berterima kasih. Misi kesehatan dimulai di wilayah timur Taiwan. Demikian pula dengan misi pendidikan. Selain menjalankan misi amal dan misi kesehatan, Rumah Sakit Tzu Chi juga memikul tanggung jawab menolong pasien-pasien dari negara lain.
Baik di daerah tengah, selatan, dan utara Taiwan banyak relawan telah menjadi penemu. Sebanyak apa pun botol plastik di posko, mereka tetap bekerja memipihkannya sampai kaki mereka terasa nyeri sehingga kerap membuat mereka tak bisa tidur. Namun, ada seorang relawan yang meski pendidikannya tidak tinggi, tetapi mampu mengembangkan alat. Ia terus mengembangkan alat tersebut hingga model kelima. Kita tinggal meletakkan botol-botol plastic dan menekan pedalnya baik dengan tangan maupun dengan kaki.
Alat ini sungguh meringankan pekerjaan. Botol-botol itu bahkan bisa dipipihkan sekaligus sehingga mengurangi ruang yang diperlukan. Alat-alat ini mereka kembangkan sendiri.
Contohnya, kembar siam dari Filipina yang menjalani operasi di Taiwan. Kini sudah tujuh tahun berlalu. Lihatlah, kini mereka hidup dengan leluasa dan tumbuh sehat. Selain pandai dan sehat, mereka juga sangat baik hati. Mereka mengikuti orang tuanya melakukan kegiatan daur ulang. Mereka juga turut menggalang dana dan bersumbangsih lewat celengan bambu. Lihat, mereka adalah benih-benih cinta kasih. Setelah operasi berhasil, mereka menjalani kehidupan yang sehat.
Kini ada lagi sepasang kembar siam. Pada 5 Juni lalu kakak beradik ini telah menjalani operasi. Saya sungguh berterima kasih. Misi amal Tzu Chi telah berjalan lebih dari 40 tahun. Misi kesehatan berjalan lebih dari 20 tahun. Insan Tzu Chi di wilayah timur Taiwan ini tak hanya menjaga kesehatan warga setempat, melainkan juga membuka ladang berkah agar orang-orang dapat bersumbangsih bagi dunia.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan