Suara Kasih: Meneladani Orang yang Memiliki Jiwa Kebijaksanaan

 

 

 

Judul Asli:

Meneladani Orang yang Memiliki Jiwa Kebijaksanaan Tak Terhingga

Bodhisattva daur ulang giat mengumpulkan barang daur ulang
Sepasang relawan lansia mengumpulkan barang daur ulang dengan gerobak
Meneladani orang yang memiliki jiwa kebijaksanaan tak terhingga
Mewariskan ajaran Jing Si dan membangun tekad untuk kehidupan mendatang

”Ajaklah saudara-saudara untuk melakukan daur ulang bersama. Membantu orang sangat baik. Menginspirasi orang juga sangat baik. Terima kasih, Master. Master, terima kasih karena telah mengimbau kami melakukan daur ulang. Master bilang dengan mengurangi penebangan pohon, tanah longsor juga akan jarang terjadi. Dengan begitu, bumi akan menjadi sehat. Kami melakukannya segenap jiwa. Suamiku, mari kita mengangkut barang daur ulang sekarang. Ini semua berkat berkah dari Master. Master telah melindungi kami. Saya bilang padamu, tangan ini yang memberimu berkah. Kelihatan oleh Master tangan saya yang bengkok. Ini tangan yang bekerja keras.” Lansia ini adalah Bibi A-tong. Setiap tahun, jika saya berkunjung ke Yunlin, pasti terdengar suaranya yang lantang. Setiap kali ada dia, orang–orang selalu tertawa tanpa henti. Mereka adalah sepasang suami istri yang sangat ceria. Tahun ini, mereka telah berusia 89 tahun. Bibi A-tong telah melakukan daur ulang selama 21 tahun. Saya sering mendengar dia berbagi rasa sukacitanya saat melakukan daur ulang. Saya sulit menceritakan ulang kata-katanya, tetapi dia telah meninggalkan rasa sukacita di dalam hati setiap orang. Dia membuat kita merasakan bahwa kebahagiaan hidup bukan terletak pada materi, melainkan pada kondisi batin.

Kesehatan atau keselamatan seseorang bukan hanya bergantung pada kondisi tubuh, namun juga pada kondisi batin. Selama dua puluh tahun terakhir ini, kondisi lututnya tidak begitu baik. Ini mungkin karena sejak kecil, dia sudah bekerja di perkebunan. Sejak kecil hingga paruh baya, pundaknya sudah memikul beban yang sangat berat. Dia harus menopang kehidupan keluarga dan bekerja di perkebunan yang luas. Akibat beban yang dipikul oleh tubuhnya, kerangka tulangnya mulai berubah bentuk. Meski demikian, dia tetap sangat optimis dan bahagia. Hingga saat berusia 60-an tahun, anaknya berkata kepada mereka, “Master tengah mengimbau kita agar melindungi bumi.” Dia segera bertanya kepada anaknya, “Apa kata Master?” “Bagaimana cara kita melindungi bumi?” Dia begitu polos. Apa pun yang saya katakan, dia selalu melakukannya dengan giat. Dengan mendaur ulang 50 kilogram kertas, kita bisa menyelamatkan sebatang pohon besar. Jika semua orang bisa bekerja sama mengumpulkan barang daur ulang, maka penebangan pohon akan berkurang, tanah longsor akan semakin jarang terjadi, dan bumi akan menjadi sehat. Anda mengerti tidak? Anda mengerti dengan semua itu? Mengerti.

”Anak saya yang beri tahu saya. Saya mengingatnya dalam hati. Saya bekerja sambil tersenyum. Dahulu, saya jarang tersenyum. Setiap hari, saya sudah sangat lelah bekerja, mana mungkin bisa tersenyum lagi. Kini saya bisa tertawa dengan gembira, makan dengan senang, tidur dengan tenang, dan bekerja dengan sehat. Saya tertawa dengan gembira dan makan dengan senang.” Akan tetapi, pada tahun 2008, dia didiagnosis menderita kanker hati. Dia berkata, “Saya sudah berusia lanjut.” “Itu tidak apa-apa.” “Saya akan terus bekerja.” “Master bilang bisa bekerja merupakan berkah.” “Saya akan menghimpun berkah pada kehidupan ini.”

Saat saya memegang tangannya, dia berkata, “Maaf, bentuk tangan saya begitu buruk.” Saya berkata padanya, “Sepasang tangan Anda ini sangat bernilai.” Sepasang tangan suami istri itu bagaikan permata. Selain telah menopang kehidupan satu keluarga, mereka juga telah menyiapkan tanaman pangan untuk masyarakat dengan sepasang tangan mereka. Selain itu, selama 21 tahun ini, dia telah mengumpulkan betapa banyak barang daur ulang.

Suatu kali, saat sedang mendorong gerobak daur ulang, dia tergelincir hingga jatuh ke selokan. Saat bangun, dia masih tertawa dan berkata, “Beruntung saya masih bisa bangun.” Lihatlah, dia begitu dipenuhi rasa syukur. Setia kata-katanya penuh dengan pengetahuan hidup. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Akan tetapi, kehidupan manusia tak luput dari hukum alam. Pada tanggal 4 Juni lalu, dia meninggal dengan damai. Bibi A-tong meninggal pada usia 89 tahun. Banyak relawan daur ulang di komunitasnya menghadiri upacara untuk mengenang kebajikannya. Banyak orang yang memujinya. Begitu pula dengan Yu-lan. Pada kehidupan ini, dia hidup melajang. Dia bergabung dengan Tzu Chi saat berusia 40-an tahun. Berhubung hidup melajang, dari tahun 2006 hingga 2008, dia tinggal di Sri Lanka. Pada tahun 2008, saat Sichuan, Tiongkok diguncang gempa bumi dahsyat, dia juga menetap di sana selama beberapa waktu. Dia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Tzu Chi, bahkan saat sel kanker payudaranya telah menyebar hingga ke tulang dan menjadi kanker tulang.

Meski menderita sakit fisik, dia tetap keluar untuk mengikuti kegiatan dan berbagi dengan relawan lain. ”Pewarisan ajaran Jing Si sangat penting. Saya sering berbagi pengalaman saya dengan relawan lain agar mereka tidak berjalan menyimpang. Saya berharap saya bisa menggunakan hidup saya untuk menginspirasi relawan lain agar mereka lebih tekun dan bersemangat dalam mengemban misi Tzu Chi. Ini karena mereka memiliki tubuh yang sehat dibanding saya. Tubuh saya sudah tidak sehat.” Hingga belakangan ini, dia semakin lemah hingga tak bisa keluar rumah. dia semakin lemah hingga tak bisa keluar rumah. Akan tetapi, banyak relawan yang mengunjunginya.

Dia tinggal di rumah kakaknya. Kakaknya juga adalah anggota komite Tzu Chi. Setiap hari, insan Tzu Chi mendampinginya secara bergilir. Rumahnya juga selalu penuh dengan suara canda tawa. Selain itu, pasien penerima bantuan Tzu Chi yang pernah menerima perhatian darinya juga sering mengunjunginya. Mereka mengunjunginya secara bergilir. Mereka terus berkata padanya, “Kamu harus tetap bersemangat.” “Kami semua sangat mengasihimu.” Dia selalu menjawab, “Jika kalian mengasihi saya, setiap kali teringat pada saya, kalian harus segera berbuat baik.” “Bentangkanlah Jalan Tzu Chi dengan baik.” “Saya akan segera kembali.” Inilah pesan terakhirnya pada semua orang. Kita semua percaya bahwa dia akan segera kembali. ”Saya bertekad saat terlahir kembali, saya ingin pergi ke Sri Lanka. Saya sangat ingin ke Sri Lanka karena di sana sangat membutuhkan Tzu Chi. Dengan membangun tekad ini, saya yakin relawan di sana akan sangat gembira karena kami bisa bertemu lagi.”

Pada tanggal 7 Juni lalu,dia meninggal dengan damai. Pada tanggal 8 Juni, sekitar 600 orang relawan menghadiri upacara untuk mengenang kebajikannya. Pemandangan yang tercipta sangat khidmat. Yu-lan tidak menikah dan selalu mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membantu semua orang yang hidup menderita di dunia. Dia selalu dipenuhi rasa syukur dan dipenuhi berkah. Dia didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 1997, tetapi dia tetap bersumbangsih bagai tidak menderita penyakit. Meski menderita penyakit parah, dia tetap menginspirasi orang lain. Dia tetap melewati setiap hari dengan hati gembira. Dia tetap bersumbangsih setiap hari. Bahkan saat menjalani kemoterapi, dia tetap tidak berhenti bersumbangsih dan selalu merasakan kedamaian. Dia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk membantu setiap orang di sekitarnya. Intinya, manusia datang dan pergi sesuai dengan hukum alam. Kita harus membentangkan jalan di dunia dengan baikagar bisa terhubung dengan Jalan Bodhisattva yang lurus dan lapang sehingga kita bisa memasuki ajaran Buddha yang begitu dalam dan memperoleh kesadaran. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 

 

 

 
 
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -