Suara Kasih: Meneladani Semangat Bodhisatwa Avalokitesvara
Judul Asli:
Mengenang upacara peletakan batu pertama Akademi Keperawatan Tzu Chi | |||
Hari ini pada 25 tahun yang lalu merupakan hari peletakan batu pertama Akademi Keperawatan Tzu Chi. Melalui tayangan, kita bisa melihat Bapak Du Shi-mian,Bapak Zeng dan Bapak Yang Si-biao. Saya sangat berterima kasih atas kontribusi mereka. Tanggal 17 Agustus 1986 adalah hari peresmian RS Tzu Chi Hualien. Jika dikenang kembali, dua tahun setelah peresmian RS Tzu Chi Hualien adalah peletakan batu pertama Institut Teknik Tzu Chi yang dahulu dikenal dengan Akademi Keperawatan Tzu Chi. Dari sini terlihat bahwa jangka waktunya sangat singkat. Setelah peresmian RS, kita sungguh merasakan sulitnya mencari tenaga medis di Hualien. Selain itu, saya juga pernah membaca berita tentang gadis di Taiwan wilayah timur yang kesulitan mendapatkan pendidikan. Karena itu, saya berpikir untuk mendirikan sekolah keperawatan demi membina insan berbakat di Hualien. | |||
| |||
Hingga sekarang, setiap kali bertemu dengannya, saya selalu dipenuhi kehangatan dan rasa syukur. Meski perjalanan kita dahulu sangat sulit, tetapi sekarang kita bisa melihat para perawat yang lulus dari sekolah kita sering mendapat pujian. Banyak rumah sakit yang menyukai perawat yang lulus dari sekolah kita. Murid angkatan pertama Sekolah Keperawatan Tzu Chi hanya berjumlah 108 orang. Namun, berapa banyak insan Tzu Chi yang datang memberikan doa? Apakah kalian masih ingat? Lebih dari 20.000 orang datang merayakan kelulusan 108 orang murid ini. Ini adalah jalan yang telah kita lalui. Para murid menerima cinta kasih dan doa dari banyak orang. 108 siswa itu sangat memiliki berkah. Catatan sejarah dapat menjadi saksi dari semua ini. Kenangan selama 25 tahun ini masih terasa dekat di mata. Para perawat yang kita lihat sekarang sungguh bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara. Di mana ada rintihan penderitaan, mereka akan segera bergerak untuk menolong. Pada masa sekarang ini, banyak orang yang mengatakan berbagai hal tentang kita. Akan tetapi, seperti yang saya katakan tadi pagi, dalam menghadapi berbagai suara di dunia ini, kita harus meneladani semangat Bodhisatwa. Kita harus memiliki semangat seperti Bodhisatwa Avalokitesvara yang mendengar segala jenis suara dengan sikap penuh pengertian. Saat mendengar rintihan penderitaan atau mendengar suara-suara yang kasar, kita harus tetap bersikap penuh pengertian dan membantu melenyapkan penderitaan itu. Para perawat lulusan Sekolah Keperawatan Tzu Chi sungguh bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara. Karena itu, kini banyak RS yang sangat mengagumi metode pendidikan kita dalam membimbing para perawat yang begitu polos dan murni. Pendidikan penuh cinta kasih ini telah menginspirasi setiap perawat kita untuk melayani pasien dengan sepenuh hati. Banyak orang yang memuji kerja keras kita. Untuk mengabadikan berbagai tayangan yang menyentuh ini, kita memerlukan bantuan relawan dokumentasi untuk merekamnya. | |||
| |||
Kita juga melihat setiap relawan dokumentasi memiliki kisah yang menarik. Contohnya, Relawan Xu yang berkontribusi sepenuh hati dalam pekerjaan dokumentasi. Ada pula kisah Relawan Huang dari Xiamen yang dulunya sangat suka berjudi dan lain-lain. Namun, setelah melihat relawan dokumentasi Tzu Chi yang mengandalkan sebuah kamera untuk merekam kisah yang indah di dunia ini dan melihat kontribusi para relawan Tzu Chi, pola pikirnya mulai berubah. Dia mulai memanfaatkan waktu untuk bergabung menjadi relawan dokumentasi. “Kita merekam banyak kisah yang menyentuh. Akan tetapi, kita agak jarang mempraktikkan pelajaran yang kita peroleh. Manusia sangat mudah tersentuh, tetapi jika diminta untuk melakukannya langsung, sepertinya tidak begitu mudah. Kemudian pelan-pelan merasa bahwa, Perlahan-lahan, saya mulai merasa, Kita bisa tersentuh karena orang lain, tetapi mengapa kita terus mengulangi kesalahan yang sama? Perlahan-lahan, saya mulai mengubah banyak tabiat buruk. Melalui pekerjaan dokumentasi, Saya terinspirasi untuk mempraktikkan apa yang telah saya pelajari,” ucap relawan Huang Jadi, pekerjaan dokumentasi juga merupakan sebuah pelatihan diri. Dia tidak hanya melihat dan mendengar, tetapi juga berusaha memanfaatkannya dalam menapaki Jalan Bodhisatwa demi memberi manfaat bagi umat manusia. Rasa syukur saya tak habis diungkapkan dengan kata-kata. Jadi, setiap tindakan benar yang kita lakukan akan menjadi sejarah yang abadi. Setiap tindakan yang keliru akan menambah noda batin dan membuat hidup kita berlalu sia-sia. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan. Selama sesuatu itu baik, maka lakukan saja. Kita harus memanfaatkan kehidupan ini untuk menjadi saksi sejarah zaman sekarang, menulis sejarah bagi umat manusia, serta mengukir sejarah bagi Tzu Chi. Rasa syukur saya sungguh tak habis diungkapkan dengan kata-kata. Karena ada relawan dokumentasi, maka kita bisa melihat gambaran Bodhisatwa di dunia. Saya sangat berterima kasih. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV) | |||