Suara Kasih : Menerapkan Pola Hidup Hemat
Judul Asli: Menerapkan Pola Hidup Hemat
Anggota Tzu Ching di seluruh dunia mensosialisasikan vegetarian
Bervegetarian demi mengurangi emisi karbon
Pembabaran Dharma memerlukan Catur Samgrahavastu
"Sosialisasi vegetarian mendapat tanggapan yang baik. Bervegetarian demi mengurangi emisi karbon. Lakukan lima kebajikan dalam sehari. Mari kita kerjakan bersama. Menghemat air dan listrik, bervegetarian, mengubah cara transportasi, dan senantiasa membawa peralatan makan ramah lingkungan," kata seorang anggota Tzu Ching.
"Dengan cara turun ke jalan, satu tim yang terdiri dari 3 anggota menjelaskan kepada orang-orang mengapa kita harus melakukan lima kebajikan. Semoga semua orang dapat turut berpartisipasi. Kita harus menghemat air dan listrik serta mengubah cara transportasi. Saya berharap semua orang giat dalam melakukan kegiatan daur ulang demi mengurangi karbondioksida. Tujuan kita adalah agar para guru dan siswa di sekolah ini dapat mulai bervegetarian sehari sekali, juga mensosialisasikan penggunaan peralatan makan ramah lingkungan dengan memberikan diskon. Kami berharap para siswa di sekolah ini dapat membawa peralatan makan sendiri setiap harinya. Kami mensosialisasikan vegetarian kepada warga di Perumahan Cinta Kasih Shanlin. Kami datang ke rumah mereka untuk memasak menu vegetarian bersama-sama dan membimbing mereka agar bervegetarian," jelas seorang Tzu Ching.
Lihatlah pola pikir kaum muda masa kini. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Anggota Tzu Ching kini sedang mensosialisaikan vegetarian. Kita harus berdoa dengan tulus agar dapat terdengar oleh para Buddha, dewa, dan Bodhisatwa. Kita harus berdoa dengan penuh ketulusan. Hal ini harus dimulai dari kehidupan kita sehari-hari. Kita harus memulainya dengan tulus hati.
Anggota Tzu Ching di seluruh dunia mulai mensosialisasikan pelestarian lingkungan dengan berkeliling di jalan-jalan besar maupun kecil. Mereka mensosialisasikannya dari rumah ke rumah dengan hati yang tulus dan murni. Hal ini membuat banyak orang tersentuh. Mereka bertekad untuk bervegetarian selama sebulan, seminggu, maupun beberapa hari saja.
Anggota Tzu Ching sungguh tak kenal lelah. Mereka merendahkan hati demi menyelamatkan bumi. Semua hal yang terjadi di dunia ini adalah tanggung jawab setiap orang. Kaum muda memikul tanggung jawab ini dengan cara yang polos dan sederhana. Tak hanya di Taiwan, anggota Tzu Ching di seluruh dunia juga melakukan hal yang sama. Lihatlah anggota Tzu Ching di Kanada. Pada bulan Maret kemarin mereka mementaskan pertunjukan drama musikal dengan isyarat tangan. Pertunjukan ini membuat banyak orang tersentuh. Mereka juga mensosialisasikan vegetarian.
Tak hanya anggota Tzu Ching di Kanada, pada awal Mei kemarin anggota Tzu Ching di Suzhou juga mementaskan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Pertunjukan tersebut juga membuat banyak orang tersentuh. Para pengajar berharap agar kegiatan serupa dapat diadakan setiap minggu. Mereka mengatakan bahwa acara seperti ini dapat menyentuh banyak kaum muda dan para orang tua. Hal yang paling dibutuhkan sekarang adalah berbakti kepada orang tua dan memiliki rasa syukur.
Di negara mana pun di dunia ini, anggota Tzu Ching memanfaatkan potensi mereka dengan cara yang polos dan sederhana. Menjadi teladan adalah cara mendidik yang paling baik. Kini para insan Tzu Chi di Kanada berkontribusi bagi warga Haiti. Semua orang mengetahui bahwa Haiti diguncang gempa yang dahsyat lebih dari 4 bulan yang lalu. Penderitaan warga Haiti tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Beberapa hari yang lalu selama 4 hari insan Tzu Chi menyalurkan bantuan berupa peralatan sekolah anak-anak. Peralatan sekolah tersebut didonasikan oleh para siswa dari Akademi Tzu Chi Amerika Serikat yang memiliki hati penuh cinta kasih. Kini korban bencana gempa di Haiti masih tetap hidup dalam penderitaan.
Meski penuh dengan tantangan, kita harus mengatasi berbagai kesulitan demi mewujudkan misi. Misi kita adalah membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Karena itu, kita harus bersumbangsih, bertutur kata dengan penuh cinta kasih, bekerja sama, dan berdana. Bodhisatwa dunia harus mempraktikkan keempat hal ini. Kita semua harus mempelajarinya. Bersumbangsih artinya memberi manfaat bagi semua makhluk. Dalam bertindak, kita harus selalu mempertimbangkan apakah tindakan tersebut dapat memberi manfaat bagi semua makhluk. Visi dan misi kita adalah berkontribusi bagi semua makhluk di dunia. Selain bersumbangsih, kita harus bertutur kata dengan penuh cinta kasih dalam membimbing semua orang agar hati mereka menjadi lunak dan dapat dibimbing ke jalan yang benar. Hal ini membutuhkan perkataan yang penuh cinta kasih.
Kita membabarkan Dharma dengan perkataan sehingga ajaran Buddha ini dapat terserap ke dalam hati semua orang. Contohnya seperti di Haiti. Penduduk lokal tak mengerti bahasa Inggris. Kita harus menerjemahkan perkataan ke bahasa prancis kemudian diterjemahkan lagi ke bahasa lokal. Dengan cara penerjemahan seperti ini, entah Dharma dapat disampaikan dengan benar atau tidak. Namun bagaimana pun, yang terpenting adalah hati kita semua dapat saling bertautan. Tak peduli bahasa apa pun yang digunakan, kita akan tetap dapat membimbing orang berjalan ke arah yang benar.
Jadi, perkataan yang penuh cinta kasih sangatlah penting. Antarsesama rekan kerja maupun pelajar haruslah bekerja sama. Baik dengan sesama rekan kerja, rekan bisnis, maupun relawan, kita harus saling bekerja sama. Inilah yang disebut rekan kerja, yakni rekan yang mengerjakan sesuatu hal bersama dengan kita. Begitu pun dengan teman sekolah. Kita semua bekerja sama demi satu tujuan, yakni berdana.
Kita menggalang dana bagi orang-orang yang menderita. Insan Tzu Chi di 33 negara menggalang dana bagi warga Haiti. Hal ini membutuhkan kontribusi, perkataan penuh cinta kasih, kerja sama, dan berdana. Inilah yang dipraktikkan Bodhisatwa, yakni Catur Samgrahavastu. Para Bodhisatwa wajib mempraktikkan Catur Samgrahavastu.
Apakah Dharma lenyap dari kehidupan sehari-hari kita? Tidak. Dharma senantiasa ada dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita dapat melihat anggota Tzu Ching di Kanada juga menggalang dana di berbagai universitas bagi korban gempa di Haiti. Ini bukan hal yang mudah. Mereka terus berkomunikasi dengan pihak sekolah dengan penuh welas asih, bijaksana, sabar, dan gigih. Tekad mereka membuat pihak sekolah tersentuh sehingga mereka diizinkan masuk untuk menggalang dana. Hasil penggalangan dana tidaklah sedikit.
Sedikit demi sedikit dana dihimpun demi menolong orang yang menderita. Sungguh tidaklah mudah. Sementara itu, anggota Tzu Ching di Taiwan mengunjungi sebuah sekolah Katolik di Jiayi untuk mensosialisasikan vegetarian. Para guru dan suster pun turut mendengarkan. Para anggota Tzu Ching mengatakan bahwa mereka tak berani terlalu menonjolkan Buddhisme. Mereka menyampaikan semangat Tzu Chi dengan isyarat tangan dan pertunjukan drama singkat untuk mensosialisasikan vegetarian. Tak sedikit siswa yang bertekad untuk bervegetarian. Singkat kata, sumbangsih Bodhisatwa dunia tak habis saya ceritakan dalam sehari. Para anggota Tzu Ching sangat bersungguh hati.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan