Suara Kasih : Menerapkan Prinsip Kebenaran
Judul Asli:
Menerapkan Prinsip Kebenaran dalam Keseharian
Membimbing generasi muda menerapkan kebiasaan hidup yang baik
Membiasakan anak-anak hidup hemat dan rajin Belajar dari kegiatan daur ulang
Mensyukuri berkah dan menghargai sumber alam adalah prinsip kebenaran
“Selamat pagi, Paman. Hari ini kami akan mensosialisasikan manfaat dari kegiatan daur ulang,” sapa murid-murid TK kepada seorang paman yang mereka temui di rumahnya. Melakukan daur ulang bagai mengumpulkan harta. Kualitas selimut hasil daur ulang botol plastik sangatlah bagus. Memipihkan kaleng aluminium baik untuk kesehatan. Semua sampah adalah harta yang berharga. Koran yang dilipat rapi dapat dijual dengan harga tinggi.
Senantiasa membawa peralatan makan ramah lingkungan. Mengendarai sepeda hingga usia senja. Kegiatan daur ulang membuat tubuh sehat dan jauh dari kekotoran batin. Lihatlah anak-anak TK Tzu Chi di Tainan. Anak-anak kecil tersebut mengunjungi setiap rumah untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang kepada orang dewasa.
Sungguh tak mudah mengimbau orang-orang memilah sampah kertas. Setelah mengumpulkan sampah seharian, mereka pun menjualnya. Karena mengumpulkan sampah dengan susah payah, mereka sangat antusias untuk mengetahui harga jual sampah-sampah tersebut. Hal ini sungguh tidak mudah. Setelah dihitung-hitung, total semuanya adalah sekitar 300 ribu rupiah.
Lihatlah, anak-anak kecil yang berusia 4 hingga 5 tahun pun dapat turut melindungi bumi. Apa bunyi Kata Perenungan Jing-Si? Sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih yang mengalirkan aliran jernih ke seluruh dunia. “Jadi, uang ini akan didonasikan ke mana?” tanya seorang paman. “Donasikan kepada Da Ai TV,” jawab anak-anak. “Saya juga mau berdana kepada Da Ai TV. Saya juga mau,” kata paman itu lagi. Benar. Kita akan donasikan kepada Da Ai TV. Da Ai TV adalah aliran jernih yang mendidik dan mensosialisasikan pelestarian lingkungan ke berbagai penjuru dunia.
Semua orang yang menyaksikannya. Hendaknya memahami bahwa melindungi bumi adalah tanggung jawab semua orang. Karena itulah, mereka ingin berdana kepada Da Ai TV. Lihatlah Sekolah Tzu Chi di Malaysia yang membimbing para siswa menerapkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya kegiatan daur ulang, para guru juga mendidik anak-anak untuk menghemat air dan mengajarkan mereka tentang akibat yang akan terjadi jika tidak ada air.
“Rusak?” tanya seorang guru. “Ya, rusak,” kata murid-muridnya. “Ada air di sini. Lihat, ada seember air di sini. Kita bawa air ini pulang ya?” ajak guru itu lagi. “Tidak mau. Airnya keruh dan kotor. Tidak mau. Tidak, saya tidak mau. Saya tidak mau,” kata beberapa anak. Beberapa anak terus menolak dan ada yang ketakutan hingga menangis karena mereka tidak mau memakai air kotor. Dengan cara demikian, mereka pun menyadari betapa sulitnya hidup tanpa air. Sungguh tak mudah mendapatkan air bersih. Melalui metode pendidikan ini, anak-anak dapat memahami penderitaan hidup tanpa air.
Saat tiba di rumah, mereka pun mengajarkan hal yang sama kepada orang tua mereka. ”Ketika saya sedang mencuci piring, tiba-tiba ia menangis dan berkata, “Ibu memboroskan air, sekarang kita kehabisan air.” “Dulu ketika mencuci piring, saya selalu membuka kran air dengan besar, namun kini saya merasa memiliki satu keharusan. Setiap kali melihatnya, saya selalu berpikir untuk menjadi teladan baginya,” pungkas seorang ibu.
Dahulu setelah menggosok gigi, saya selalu membuang sisa air. Kini jika ada sisa air di gelas, ia meminta saya tidak membuangnya, kemudian ia akan menggunakan air tersebut untuk membersihkan sikat giginya. Jadi, ia telah mengajari saya dalam hal ini. Lihatlah, anak-anak pulang ke rumah dan menginspirasi orang tuanya. Para guru telah membimbing anak-anak dengan penuh kesungguhan hati. Terlebih lagi, dalam kehidupan sehari-hari anak-anak suka pilih-pilih makanan. Para guru mengajarkan mereka bahwa orang tua mendapatkan uang dengan tidak mudah.
Anak-anak menjual sampah daur ulang dan menyimpan uangnya sedikit demi sedikit, kemudian para guru akan mengajak mereka berbelanja ke pasar. Anak-anak merasa lelah sepulang dari pasar. Tiba di sekolah, mereka harus memasak. Apakah memasak adalah hal yang mudah? Tidak. Tidak mudah kan? ”Anak-anak, apakah makanannya enak?” tanya seorang guru. ”Enak,” jawab mereka. ”Apakah kalian akan pilih-pilih makanan lagi?” tanya guru itu lagi. ”Tidak,” seru mereka. ”Apakah kamu akan pilih-pilih makanan lagi?” guru itu kembali bertanya. ”Tidak,” kata mereka kompak. Mengapa? Karena sifat boros akan menghilangkan berkah. Inilah bimbingan dalam kehidupan sehari-hari. Lewat pengalaman dalam kehidupan nyata, akan-anak akan dapat menerima bimbingan para guru dan senantiasa mengingatnya. Untuk membimbing anak-anak, diperlukan peran orang tua dan guru.
Meski bimbingan dari sekolah sangat baik, kerja sama dari orang tua tetap diperlukan. Peran guru sungguh tidak mudah. Pendidikan saat ini selain untuk mendidik anak-anak, juga untuk membimbing orang tua. Membimbing orang tua melalui anak-anak mereka akan lebih efisien. Jadi, para guru mengajak anak-anak mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ini sungguh hal yang tidak mudah. Para guru harus memiliki cinta kasih dan kesabaran dalam mendidik anak-anak agar mereka dapat mensyukuri berkah dan memahami pentingnya hidup berdisiplin, bersikap rajin, dan hemat. Dengan demikian, mereka akan benar-benar menyayangi bumi ini dengan memulainya dari kehidupan sehari-hari. Jadi, kita harus membimbing anak-anak dengan penuh kesungguhan hati. Dahulu, kita dididik dalam masyarakat yang selalu menanamkan sikap rajin dan hemat.
Namun, masyarakat zaman kini tidaklah sama. Sejak anak-anak dilahirkan, para orang tua pun mulai konsumtif. Mereka memberikan susu formula kepada bayi dan menggunakan popok sekali pakai. Semua itu harus dibeli dengan uang. Orang zaman dulu sangat menghemat air karena untuk mendapatkannya, mereka harus menimba. Kini kita memiliki supply air. Dengan memutar kran air, maka air akan segera mengalir keluar. Karena itu, orang-orang tak menghemat air.
Dalam lingkungan seperti ini, anak-anak belajar hidup boros dan tak mengerti bagaimana hidup hemat. Pengaruh lingkungan sangatlah besar karena dapat mengajarkan hal baik maupun hal buruk. Kita harus dapat membedakan hal baik dan hal buruk serta membimbing generasi muda dengan penuh kesungguhan hati karena lingkungan masyakarat masa kini cenderung menyimpang. Karena itu, kita harus membimbing masyarakat untuk kembali ke jalan yang benar dan berperilaku baik.
Terlebih lagi, dunia pendidikan harus kita maksimalkan fungsinya. Lihatlah di Provinsi Sichuan, Tiongkok. Insan Tzu Chi sedang merenovasi sekolah bagi siswa setempat. Kita dapat melihat para siswa mengantarkan minuman kepada para seniman bangunan sebagai tanda terima kasih. Dengan penuh rasa hormat, mereka berterima kasih kepada seniman bangunan. Budaya humanis Tzu Chi telah tersebar ke Tiongkok sehingga anak-anak mengerti untuk bersyukur. Dengan demikian, mereka akan dapat menghargai segala sesuatu. Pendidikan yang paling dasar ini harus kita terapkan bersama-sama. Untuk mewujudkan semua ini, kita harus bersungguh hati menciptakan lingkungan yang baik untuk anak-anak.
Saya sungguh berterima kasih atas kesungguhan hati seluruh insan Tzu Chi yang menjalankan misi pendidikan Tzu Chi. Sesungguhnya, pendidikan bukan hanya tugas sekolah dan para guru, namun juga tugas kita semua. Jika kita tak membimbing anak-anak, kelak jika penderitaan menimpanya, kita tidak akan dapat membantu mereka. Jika mereka tak dibimbing dari sekarang, kelak mereka akan mengalami banyak penderitaan. Segala yang mereka lakukan kini mungkin terlihat seperti sebuah permainan, namun sesungguhnya inilah prinsip kebenaran.
Buddha datang ke dunia untuk membimbing manusia agar semua orang dapat kembali kepada hakikat yang murni. Dengan begitu, mereka akan dapat mensyukuri dan menghargai berkah serta mengasihi orang lain. Mengasihi diri sendiri dan orang lain adalah prinsip kebenaran.
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan