Suara Kasih: Meneruskan Jalinan Jodoh

Judul Asli:

 

   Meneruskan Jalinan Jodoh di Puncak Gunung Nasar

 

Suara genderang Dharma bagaikan guntur
Bervegetarian, melindungi makhluk hidup, dan menyelami Dharma
Pementasan Bodhisatwa disiarkan ke seluruh dunia
Meneruskan jalinan jodoh di Puncak Gunung Nasar

Lihatlah pementasan adaptasi Sutra ini. Setiap orang berkontribusi dengan hati yang tulus. Belasan ribu orang membabarkan Dharma untuk menyucikan hati orang lain dan diri sendiri. Selain itu, setiap orang baik di atas maupun di bawah panggung saling membangkitkan hati murni tanpa noda, mawas diri, dan tulus. Pementasan adaptasi Sutra sungguh dapat menyucikan hati manusia di seluruh dunia. Karena itu, kita harus berterima kasih kepada banyak orang.

Kemarin, saya mengikuti rapat seharian sehingga tak dapat fokus untuk mendengar dan menyaksikan pementasan tersebut. Namun, saya sudah menyaksikannya sendiri pada tanggal 20 Mei lalu di Aula Jing Si Hualien. Pada saat itu, saya sungguh merasa suara genta berdentang memenuhi alam semesta dan suara genderang bagaikan guntur yang menyadarkan semua orang. Kemarin, saya menyaksikan persamuhan Dharma di Kaoshiung Arena di televisi. Mereka memulai persamuhan dengan berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Saat melihat setiap gerakan mereka seperti berlutut dan membungkukkan badan, saya tahu bahwa mereka sedang melantunkan Gatha Pendupaan. Harumnya dupa mulai menyelimuti alam semesta dan menjangkau para Buddha di sepuluh penjuru. Harumnya ketulusan ini tercium dan terdengar oleh para Buddha sehingga para Buddha dari segala arah terus datang mendekat dengan diselimuti awan kebahagiaan. Mereka terus mendekat dari berbagai penjuru. Inilah kondisi batin yang kita rasakan saat pelantunan Gatha Pendupaan.

Berkat ketulusan hati setiap orang, dengan sendirinya para Buddha akan muncul dan bermanifestasi. Selain itu, belasan ribu orang membangkitkan ketulusan hati mereka dan menyatakan perlindungan. Hal ini sungguh inspiratif. Saya kembali merasa tersentuh karenanya. Pementasan yang pertama dimulai di Kaohsiung, total pementasan di seluruh Taiwan adalah 24 kali. Di ulang tahun Tzu Chi yang ke-45, jalinan jodoh matang bagi setiap insan Tzu Chi untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Karena itu, kita harus berikrar luhur untuk mempelajari ajaran Buddha.

Kita harus bersungguh hati, giat, dan bersemangat untuk menyerap Dharma ke dalam hati. Kita juga harus menumbuhkan welas asih untuk mengasihi semua makhluk hidup. Kita harus melindungi habitat dan kehidupan mereka. Hal ini karena hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Karena itu, kita harus menyerap Dharma ke hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Setiap tindakan dan ucapan kita harus sesuai dengan ajaran Buddha. Kita harus memperindah ladang pelatihan lewat tubuh dan pikiran kita.

Lihatlah para Bodhisatwa yang menyelami Dharma. Setiap gerakan dan lirik yang mereka nyanyikan sungguh memperindah ladang pelatihan. Pementasan adaptasi Sutra tersebut telah disiarkan ke seluruh dunia. Semoga persamuhan Dharma ini tak lapuk oleh waktu. Bukankah Buddha juga berkata bahwa pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar tak akan pernah berakhir? Buddha berkata tentang hal ini saat pembabaran Sutra Bunga Teratai. Kita semua memiliki jalinan jodoh dengan Buddha dan pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar. Kali ini, kita kembali melihat pembabaran Dharma yang luar biasa. Semoga ladang pelatihan yang khidmat ini akan ada selamanya di dalam batin setiap orang.

Kita dapat melihat belasan ribu orang membabarkan Dharma dan menyucikan batin. Tak hanya satu orang yang membabarkan Dharma. Setiap kali pementasan, terdapat sekitar 15.000 partisipan. Belasan ribu orang berpartisipasi dalam membabarkan Dharma dan menyucikan hati manusia. Kemarin, sekitar 50.000 orang telah menyucikan fisik dan batin serta membabarkan Dharma. Saya sungguh berterima kasih. Saya juga ingin berterima kasih kepada setiap aktor dalam pementasan yang sangat bersungguh hati. Awalnya, kita tidak meminta para aktor profesional untuk memakai seragam.

Kita tidak memintanya. Namun, saat datang, mereka semua memakai seragam berwarna hijau yang diproduksi oleh Da Ai Technology. Hal ini telah menampilkan ketulusan hati mereka. Mereka telah menunjukkan ketulusan dalam mementaskan adapatasi Sutra. Selain itu, mereka yang berpartisipasi dalam pementasan kali ini harus bervegetarian. Hal ini sungguh tidak mudah. Mereka sungguh tulus.

Mereka adalah Bodhisatwa yang membimbing semua makhluk melalui pementasan yang berisi ajaran Buddha lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Syair Pertobatan Air Samadhi yang ditulis oleh Biksu Wu Da lebih dari 1.000 tahun yang lalu, serta kondisi manusia masa kini yang terus menciptakan karma buruk akibat ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Semuanya dipentaskan di atas panggung. Pada saat pementasan hampir selesai, pemeran Bhiksu Wu Da keluar untuk menunjukkan kepada kita bahwa bertobat dapat memurnikan batin. Jadi, persamuhan Dharma tersebut berisi ajaran Buddha 2.000 tahun yang lalu, karya sastra Biksu Wu Da 1.000 tahun lalu, serta kondisi zaman sekarang.

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Para Bodhisatwa sungguh telah menyerap Dharma ke dalam hati dengan sepenuh jiwa raga. Melihat ladang pelatihan yang agung ini, saya sungguh merasa tersentuh. Semoga persamuhan Dharma ini selalu ada di dalam hati setiap orang. Semoga lebih dari 50.000 partisipan kemarin dapat terus bervegetarian, senantiasa bertobat, dan menjaga kemurnian hati. Jika setiap orang dapat senantiasa membabarkan Dharma lewat tubuh dan pikiran, maka pahala yang tercipta sungguh tak terhingga. Dengan demikian, setiap orang di seluruh dunia dapat menerima Dharma dan menyucikan hati. Kita harus berdoa semoga Taiwan dan seluruh dunia dapat selalu tenteram dan bebas dari bencana. Harapan terbesar kita adalah semoga ladang pelatihan selalu ada dalam batin setiap orang. Inilah yang paling saya harapkan. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -