Suara Kasih: Meneruskan Pembabaran Dharma

Judul Asli:

 

  Meneruskan Pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar

 

Mewariskan Dharma kepada keluarga
Melatih diri dan menumbuhkan kebijaksanaan
Giat mempraktikkan Jalan Mulia Beruas Delapan
Meneruskan pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar

Saat masuk ke sini, saya melihat sekelompok Bodhisatwa cilik dari TK Tzu Chi. Setiap anak berlutut dengan penuh ketulusan untuk memberi hormat pada saya. Kondisi batin yang polos itu sungguh indah. Meski terdapat banyak orang di sana, namun dalam hati saya merasakan ladang pelatihan yang hening dan jernih. Saat saya mulai berbicara dan memberi salam kepada semua orang, tiba-tiba muncul seorang anak kecil yang berbicara dengan suara keras. Saya tidak tahu apa yang ia katakan. Jadi, sang nenek yang ada disamping pun menjelaskannya. Ia sedang menyanyikan: "Berusaha menyelamatkan dan melindungi semua makhluk."

Lihatlah, seluruh keluarganya telah menyelami Dharma. Bahkan anak sekecil itu pun menyerap Dharma ke dalam hati. Bodhisatwa sekalian, pementasan kali ini sungguh telah melibatkan seluruh warga Taiwan. Saya ingat di Taipei, ada sebuah keluarga yang anaknya sangat berbakti. Ia meminta Anidah, seorang PRT dari Indonesia untuk merawat ibunya. Sang ibu sangat ingin berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra, namun ia menderita nyeri sendi. Karena itu, ia pun meminta Anidah untuk mewakilinya. Saat Anidah menjalani latihan, nenek akan pergi bersamanya. Mereka bersama-sama mengikuti kegiatan bedah buku, latihan isyarat tangan, dan lain-lain. Anidah berkata kepada nenek bahwa setiap orang yang mengikuti pementasan harus bervegetarian. Seluruh keluarga nenek sangat mendukung dan turut bervegetarian bersamanya. Lihatlah, saat Anidah menyelami Dharma, seluruh keluarga nenek bervegetarian bersama dengannya. Kisah ini sungguh indah. Saya sungguh bersyukur. Inilah cara untuk membimbing orang lain.

Tahun ini adalah ulang tahun Tzu Chi yang ke-45. Selama 40-an tahun ini, tak peduli kapan kalian bergabung dengan Tzu Chi, saya selalu sangat berterima kasih. Tanpa insan Tzu Chi, maka tidak ada Tzu Chi yang seperti hari ini. Kalian senantiasa bersumbangsih tanpa pamrih dan penuh rasa syukur. Kalian telah bersumbangsih tanpa pamrih. Namun, sebagai manusia awam, ada kalanya saat ditabrak oleh orang, ada kalanya saat merasa disinggung orang lain, kita mungkin tidak senang dan membalas sehingga saling melukai perasaan. Jika demikian, bagaimana kita bisa melatih diri?

Saya selalu berkata bahwa dengan berlalunya waktu satu hari, usia kehidupan saya pun berkurang satu hari. Setiap hari saya berkata bahwa tiada waktu lagi karena waktu saya semakin berkurang. Waktu semakin lama semakin berkurang, namun masih banyak yang harus saya lakukan, masih banyak Dharma yang harus saya babarkan. Namun, saya sungguh tidak berdaya untuk menghentikan waktu. Bagaimana saya membalas kontribusi kalian? Saya melihat waktu kalian juga terus berlalu tanpa henti. Bila kalian tidak menyerap Dharma ke dalam hati, bila jiwa kebijaksanaan kalian tidak bertumbuh, saya akan merasa bersalah kepada semua orang yang telah bersumbangsih. Saat bersumbangsih tanpa pamrih, kalian hanya menciptakan berkah, namun apakah kebijaksanaan kalian bertumbuh? Bila tidak menyerap Dharma ke dalam hati, bagaimana kita bisa membimbing diri sendiri? Bila tidak membimbing diri sendiri, bagaimana kita bisa membimbing orang lain?

Tidaklah mudah bagi kita untuk berkumpul bersama. Bila hanya menciptakan berkah tanpa menumbuhkan kebijaksanaan, maka sungguh amat disayangkan. Saya tidak tahu bagaimana membalas kontribusi kalian. Saya terus memikirkannya. Semoga pada ulang tahun Tzu Chi yang ke-45 ini setiap orang menyerap Dharma ke dalam hati dan sungguh-sungguh mempraktikkannya. Setiap gerakan dan ucapan kita harus mengandung Dharma. Karena itu, kita mengadakan pementasan adaptasi Sutra. Saya ingin memberi tahu kalian bahwa acara ini bukan pertunjukan, juga bukan semata-mata untuk ditonton. Ini adalah penghayatan Dharma. Kita harus sungguh-sungguh menyelami Dharma.

Bodhisatwa sekalian, meski persamuhan Dharma kali ini sudah berakhir, namun pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar tak akan pernah berakhir. Ketahuilah bahwa pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar sangat agung. Di Puncak Burung Nasar, Buddha mengajarkan para muridnya Jalan Bodhisatwa. Kita harus senantiasa berjalan di jalan yang benar tanpa menyimpang. Kita juga harus membimbing semua makhluk agar giat menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa menyimpang sedikit pun.

Persamuhan Dharma kali ini hanyalah sebuah permulaan. Pada dasarnya, kita semua memiliki Buddha, Dharma, dan Sangha yang hakiki di dalam batin masing-masing. Meski persamuhan Dharma kali ini telah berakhir, namun sesungguhnya ia hanyalah permulaan bagi kita. Dengan adanya Buddha, Dharma, dan Sangha di dalam batin, kita membimbing semua makhluk untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Pada awal persamuhan Dharma, kita melantunkan Gatha Pendupaan. Bagaimana agar para Buddha menampakkan diri? para Buddha menampakkan diri-Nya. Ya, Ketulusan ini adalah rasa syukur, rasa syukur adalah ketulusan. Kita bersumbangsih tanpa pamrih dan berterima kasih kepada orang lain. Inilah ketulusan dari lubuk hati terdalam. Kita harus memperlakukan setiap orang dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh.

Sebagai insan Tzu Chi, kita harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Kita harus melatih dan mempraktikkan 8 hal itu. Semuanya ini terkandung dalam Jalan Mulia Beruas Delapan. Saya sering berkata bahwa Jalan Bodhisatwa sangat lurus dan lapang. Semoga setiap orang dapat menumbuhkan kebijaksanaan. Persamuhan Dharma yang agung ini baru saja dimulai. Pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar selalu ada di dalam hati kita, karena ladang pelatihan batin kita masih kosong, kita harus segera menggalang Bodhisatwa agar berpartipasi dalam persamuhan ini. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -