Suara Kasih: Mengatasi Berbagai Rintangan

Judul Asli:

 

Mengatasi Berbagai Rintangan dan Bertekad Luhur

 

Jalinan jodoh bermula dari bencana banjir yang dahsyat
Siswa dari Sekolah Tzu Chi kini telah menjadi seorang guru
Mengatasi berbagai rintangan dan bertekad luhur
Membersihkan batin manusia dengan Dharma

“Saya bertekad mulai hari ini saya akan bervegetarian. Saya juga bertekad mulai sekarang akan lebih banyak memikul tanggung jawab dan lebih banyak bersumbangsih. Meski baru mengenakan Qipao tanpa kartu komite Tzu Chi, namun saya sudah memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Saat bibi memasangkan pita bertuliskan ’hati Buddha dan tekad Guru’, saya terus meneteskan air mata. Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang akan saya ikuti seumur hidup ini, bahkan dari kehidupan ke kehidupan. Selama berada di Tzu Chi, saya bersumbangsih dengan sukacita. Saya juga banyak berkembang dan belajar banyak hal,” ucap seorang relawan.

Selama perjalanan 20 hari itu, setiap hari saya bertemu dengan banyak orang. Yang membuat saya senang adalah melihat setiap orang menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Di antara mereka ada banyak orang yang kembali dari negara yang sangat jauh. Mereka mengatasi berbagai rintangan demi kembali ke Taiwan. Meski tinggal di luar negeri, namun hati mereka sangat dekat dengan saya. Saat datang ke hadapan saya untuk dilantik, banyak dari mereka yang meneteskan air mata. Tangan saya ini entah sudah ditetesi oleh berapa banyak air mata. Tetesan air mata mereka bagaikan mutiara yang membasahi tangan saya. Setiap orang mengungkapkan betapa mereka menghargai kesempatan untuk bertemu dengan saya dan merasa sedih karena akan segera pulang. Karena itu, saat berada di hadapan saya, mereka terus meneteskan air mata. Mereka ingin tinggal lebih lama bersama saya. Tentu saja, saya juga merasakan hal yang sama. Dengan bertambahnya satu orang yang dilantik, maka harapan bagi dunia ini juga bertambah. Semoga setelah kembali ke negara masing-masing, mereka bisa menyebarkan ajaran benar dan benih cinta kasih. Sesungguhnya, yang paling kita butuhkan saat ini adalah ajaran benar. Selain menyebarkan ajaran Buddha, yang terpenting adalah menyebarkan ajaran benar ke seluruh dunia. Janganlah kita meremehkan kekuatan setiap orang.

Tadi kita sudah mendengar kisah seorang relawan. Pada tahun 1991, Tzu Chi mulai menginjakkan kaki di Tiongkok untuk menyalurkan bantuan bencana banjir. Inilah sejarah pada tanggal 5 Desember. Tanggal 5 Desember 1991 merupakan hari peletakan batu pertama untuk proyek pembangunan rumah bagi para korban bencana banjir di Xinghua, Tiongkok. Kita berharap sebelum Tahun Baru Imlek mereka sudah bisa menempati rumah baru. Sumbangsih kita yang penuh cinta kasih kini telah membuahkan hasil. Kita dapat melihat relawan yang kembali untuk dilantik kali ini. Ada seorang anak muda yang berprofesi sebagai guru.

Ia bertekad untuk membantu saya memikul tanggung jawab atas dunia ini. Bukan hanya membantu saya menjinjing keranjang sayur, melainkan memanggul keranjang beras bagi dunia. Ia berkata, ”Saya akan menjaga orang tua saya dengan baik dan mengikuti jejak langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.” Ia adalah anak muda yang bertekad luhur.

Jalinan jodohnya dengan Tzu Chi bermula dari bencana banjir pada tahun 1991. Saat itu, Tzu Chi membantu membangun gedung sekolah di Tiongkok. Ia pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Menegah Tzu Chi. Sang ayah berpesan padanya, “Jangan melupakan Tzu Chi. Saat kampung kita dilanda bencana, Tzu Chi yang berasal dari Taiwan membantu kita dan membangun sekolah untuk anak-anak.” Inilah harapan generasi muda. Ia selalu mengingat perkataan ayahnya di dalam hati. Ia belajar dengan giat untuk masuk ke perguruan tinggi. Setelah lulus kuliah, ia menjadi seorang guru. Setiap hari sebelum kelas dimulai, ia selalu menggunakan waktu 5 menit untuk mengajar Kata Perenungan Jing Si. Ia juga berkata bahwa setiap hari baik menumpang kereta api atau bus, dia selalu berbagi tentang Tzu Chi dengan orang yang dia temui.

Anak muda ini sungguh luar biasa. Akhirnya ia kembali ke Taiwan kali ini. Ia telah menyerap Dharma ke dalam hati sehingga jiwa kebijaksanaannya pun bertumbuh dan berkembang. Saya sungguh tersentuh melihat tekad yang dimilikinya. Usai acara penutupan di Banqiao, ia berkata akan tinggal dan mengikuti jadwal saya. Melihat saya begitu sibuk memerhatikan masalah di tengah masyarakat, masalah Tzu Chi, masalah negara, dan masalah dunia, ia tiba-tiba menghampiri saya,lalu berkata sambil menangis, “Master, saya sungguh tak tega melihat Anda begitu bekerja keras. Saya sungguh merasa tidak tega.” Ia berbicara dari lubuk hatinya.

Dia bertekad untuk membantu saya memikul tanggung jawab yang berat ini. Sesungguhnya, banyak relawan dari luar negeri yang hatinya sangat dekat dengan saya. Saya sungguh merasa Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Selain menyebarkan ajaran Buddha, yang terpenting adalah setiap orang harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian.

Di saat yang penuh bencana seperti ini, kita perlu menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Pada masa penuh bencana ini, kita memerlukan banyak Bodhisatwa, yakni orang-orang yang mengulurkan tangan dari berbagai penjuru. Dengan begini, barulah kita bisa melindungi bumi. Melihat pola pikir orang masa kini, saya sungguh merasa khawatir. Di Jerman, ditemukan banyak bom yang belum meledak peninggalan Perang Dunia ke-2. Demi menjinakkan bom-bom tersebut, lebih dari 45.000 orang dievakuasi dari rumahnya. Dari hal ini, kita dapat melihat perang tak hanya melukai rakyat yang tak berdosa, namun juga meninggalkan bom-bom yang berbahaya. Bagaimana mereka menjinakkan bom sebanyak itu? Bom-bom itu akan merusak bumi, menciptakan banyak polusi, dan membawa ancaman bagi banyak orang. Inilah bencana akibat ulah manusia. Perang Dunia ke-2 telah menelan banyak korban Kini masih terdapat banyak bom yang harus dijinakkan. Hal ini membuat saya berpikir mengapa manusia harus menciptakan begitu banyak senjata berbahaya yang mengancam keselamatan manusia? Karena itu, kita harus menjernihkan batin manusia. ajaran benar dan air Dharma untuk membersihkan noda batin dan mengubah kebiasan buruk setiap orang. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -