Suara Kasih : Mengatasi Nafsu Keinginan

 

Judul Asli:

Menyeberangi Lautan Nafsu Keinginan
 

Bencana terjadi akibat kemerosotan moralitas manusia
Kesenangan sesaat hanya menyisakan penyesalan
Menyucikan batin dan mengatasi kegelapan batin
Menyeberangi lautan nafsu keinginan dengan praktik Enam Paramita

Mengapa meski sudah larut malam, masih banyak orang tidak pulang ke rumah, malah pergi mencari kesenangan duniawi? Kesenangan tersebut hanya bersifat sementara. Kita harus tahu bahwa bencana kebakaran ini telah membawa penderitaan yang besar bagi keluarga korban. Entah berapa lama mereka akan tersiksa akibat penderitaan ini. Bencana kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 2 dini hari. Sekitar pukul 5 pagi hari, insan Tzu Chi segera bergerak ke lokasi bencana, rumah sakit, dan rumah duka untuk berdoa bagi korban yang meninggal serta menghibur keluarga korban.

Mereka adalah guru yang tak dating tanpa diminta. Di dalam 10 Tingkatan Bodhisatwa, tingkat ke-6 disebut dengan Tingkat Manifestasi. Tingkat Manifestasi berarti di mana pun bencana terjadi, Bodhisatwa akan muncul untuk membantu orang yang membutuhkan. Di mana pun dan kapan pun, Bodhisatwa senantiasa membangkitkan kebijaksanaannya untuk membantu dan membimbing semua makhluk. Orang yang tahu memanfaatkan waktu akan senantiasa giat melatih diri. Orang yang tidak memahami Dharma dan ketidakkekalan hidup akan menghabiskan waktu mereka untuk mengejar kesenangan duniawi sehingga adakalanya akan mendatangkan penyesalan seumur hidup.

Kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan seiring berlalunya setiap detik. Janganlah kita berhenti melatih diri karena waktu tak akan menunggu. Waktu tetap akan terus berlalu meski jiwa kebijaksanaan kita tidak bertumbuh. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Lihatlah, dunia ini sedang meminta pertolongan dari umat manusia. Karena itu, kita harus segera sadar dan bertobat secara mendalam. Kita sungguh harus bertobat. Jika masih hidup dalam ketersesatan, maka kita akan menghadapi segala konsekuensi dari karma buruk yang kita ciptakan.

Saya sungguh berharap setiap orang dapat lebih memahami ajaran pertobatan dan menjadikan Taiwan sebagai ladang pelatihan. Semoga setiap orang dapat giat dalam menciptakan dan menghimpun berkah serta menginspirasi seluruh warga Taiwan agar lebih mawas diri dan berhati tulus. Semoga dengan batin dan jasmani yang suci, doa kita terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Inilah yang harus kita usahakan sekarang.

Semua orang harus menjaga pikiran masing-masing. Setiap hari saya mengingatkan kalian untuk menyucikan hati. Jika hati dalam kondisi jernih, maka lingkungan sekitar kita akan stabil. Dengan demikian, kita dapat mendekatkan diri dengan kebijaksanaan Buddha. Karena itu, kita harus menyelami Dharma agar dapat membangkitkan sifat hakiki yang murni.

Setiap orang memiliki benih kebuddhaan. Buddha adalah yang sadar dan memiliki kebijaksanaan untuk menyelamatkan semua makhluk. Semua makhluk memiliki banyak kekotoran batin. Nafsu keinginan manusia bagaikan lautan luas. Inilah lautan nafsu keinginan. Bagaimana cara kita menyeberangi lautan nafsu keinginan? Untuk itu, kita harus menyelami Dharma.

Dharma adalah cara bagi kita untuk mengatasi noda batin dan nafsu keinginan yang timbul akibat enam indra yang bersentuhan dengan enam objek. Saat indra mata melihat rupa, timbullah nafsu, baik terhadap lawan jenis maupun nafsu keinginan akan materi. Karena indra mata, kita semakin banyak menciptakan karma buruk. Berikutnya adalah indra telinga. Banyak pandangan keliru masuk lewat indra telinga. Indra hidung berfungsi sebagai alat pencium. Saat mencium aroma yang wangi, kita akan sulit mengontrol diri dan nafsu keinginan pun timbul. Karena mendambakan aroma yang wangi dan kenikmatan selama beberapa detik, kita mengonsumsi daging dan menciptakan banyak karma buruk.

Beberapa hari lalu, saya berkata bahwa kita harus menjaga pikiran dengan baik bagaikan komputer yang memiliki anti virus. Untuk itu, kita harus bervegetarian. Jika tidak mengendalikan nafsu keinginan dan enam indra, maka kita akan mudah berbuat salah. Jika berbuat salah, kita akan mulai menciptakan karma buruk.

Beginilah enam indra menyebabkan kita menciptakan banyak karma buruk. Karena itu, kita harus melenyapkan nafsu keinginan. Janganlah membiarkan kondisi luar memengaruhi batin kita sehingga kita menciptakan banyak karma buruk. Jika dapat mengendalikan pikiran untuk tetap tenang dan teguh, maka secara alami kita dapat melihat prinsip kehidupan dengan jelas dan melenyapkan segala kegelapan batin. Karena itu, kita harus menjaga hati agar dapat menyelami lautan kebijaksanaan Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa untuk membimbing diri sendiri dan orang lain. Untuk itu, kita harus menjadi guru dan teman yang datang tanpa diminta bagi semua orang.

Para Bodhisatwa sekalian, setiap hari saya merasa cemas. Namun, saya tetap ingin mengimbau setiap orang agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Saat dalam kondisi aman dan selamat, kita harus bersyukur dan memanfaatkan waktu ini untuk bertobat, bervegetarian, dan mengubah tabiat buruk. Kita harus segera melakukan ini dan terus melangkah maju. Bodhisatwa mendedikasikan diri sepenuh hati, dengan gigih, dan penuh keberanian. Dengan kebijaksanaannya, Bodhisatwa akan muncul setiap saat di mana pun ia dibutuhkan. Kita memiliki kebijaksanaan ini jika Dharma selalu meresap ke dalam hati kita sehingga kapan pun dan di mana pun kita dapat memperbaiki kondisi yang kita hadapi. Ini adalah hasil yang kita capai dari praktik dalam keseharian. Apakah kalian mengerti? Baiklah. Singkat kata, pikiran kita harus senantiasa selaras dengan Dharma. Hati kita harus menyelami Dharma, dan Dharma harus meresap ke dalam hati kita. Dharma harus kita praktikkan dalam keseharian. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -