Suara Kasih: Mengembangkan Kebijaksanaan

 

Judul Asli:

 

Mengembangkan Berkah dan Kebijaksanaan Bersamaan

 

Mengadakan baksos kesehatan untuk meringankan penderitaan sesama
Merayakan Hari Ibu dengan para ibu tunawisma
Menyalurkan bantuan dengan penuh rasa hormat
Mengembangkan berkah dan kebijaksanaan bersamaan

"Mulanya, saya tidak mengenal Tzu Chi. Saya hanya pernah mendengar dari dr. Yang bahwa pascabencana, ada sebuah tim bantuan dari Taiwan datang menyalurkan bantuan. Kebetulan saya memiliki sebuah kebun di sini. Saya melihat banyak tetangga di sekitar yang memerlukan pengobatan medis. Saya pun bertanya pada dr. Yang apakah memungkinkan untuk mengadakan baksos kesehatan di sini. Setelah berkomunikasi dengan pemerintah daerah, kami pun mengadakan baksos kesehatan. Saya merasa insan Tzu Chi sangat terorganisir, memiliki keyakinan yang dalam, sangat optimis, dan mudah bekerja sama. Mereka menampilkan keindahan dalam agama. Semoga kelak ada lebih banyak kesempatan bagi saya untuk bekerja sama dengan Tzu Chi," kata salah satu warga Cile.

Pada bulan Februari tahun 2010 lalu, Cile diguncang gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter. Pada saat itulah jodoh insan Tzu Chi dengan warga Cile terjalin. Hingga kini, mereka telah mengadakan 4 kali baksos kesehatan berskala besar. Pascabencana tahun lalu, banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi ke tempat penampungan. Contohnya, penduduk di sebuah desa yang berjumlah lebih dari 20.000 orang hidup dalam kondisi sulit dan pernah mengalami penderitaan akibat bencana gempa bumi. Selain mengadakan baksos kesehatan, kita juga membagikan bantuan materi kepada warga setempat. Kegiatan ini membuat walikota dan banyak warga lokal merasa sangat tersentuh. Terutama salah seorang dokter yang sangat tersentuh melihat cinta kasih insan Tzu Chi yang penuh ketulusan. Ia pun berkata bahwa ia berpikir untuk bergabung dengan tim medis TIMA. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Dengan berpartisipasi, barulah kita dapat merasakan kebahagiaan dari pengalaman membantu orang lain. Sungguh, dapat membantu orang lain merupakan kebahagiaan terbesar. Apakah kalian masih ingat dengan Haiti? Pada bulan Januari lalu, gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter mengguncang Haiti dan mengakibatkan kerusakan yang parah. Selain itu, penyakit kolera mulai mewabah sejak bulan Oktober lalu. Korban jiwa telah mencapai lebih dari 5.000 orang. Selama lebih dari seminggu ini, Haiti diguyur hujan deras sehingga mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor. Karena itu, mereka sangat khawatir. Kondisi iklim yang tidak stabil ini mendatangkan bencana dan wabah penyakit kolera di Haiti.

Sejak tahun lalu, kita telah menebarkan benih cinta kasih di Haiti. Kini, benih-benih tersebut telah tumbuh dan bertunas. Mereka telah mulai menjalankan misi Tzu Chi di sana. Bulan Mei lalu, relawan di Haiti merayakan Hari Ibu dengan cara yang unik. Para relawan di Haiti meminjam sebuah ruang sekolah dan mengundang para wanita tunawisma. Mereka mempersiapkan air, peralatan mandi, serta baju bekas yang bersih agar sekelompok wanita tunawisma itu dapat mandi dan berganti baju. Selain itu, ada pula relawan yang membantu merapikan dan mencuci rambut mereka. Sekelompok ibu tersebut sangat terkesan karena seumur hidup mereka tidak pernah menerima perlakuan penuh hormat seperti itu. Anak-anak tunawisma juga mendapat perhatian dari para relawan.

Inilah yang terjadi di Haiti. Lihatlah, kini cinta kasih warga Haiti telah terbangkitkan. Ada orang bertanya-tanya mengapa relawan Haiti yang hidup dalam kondisi sulit dan membutuhkan bantuan, namun mereka masih membantu orang lain? Relawan di Haiti menjawab, "Meski tidak ada uang, namun saya memiliki kekuatan untuk berkontribusi. Meski tidak memiliki banyak uang, namun saya memiliki sebuah koin yang dapat didonasikan." Untuk berbuat baik, setiap orang harus saling mendukung dan menginspirasi. Mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita dan orang yang menderita pun dapat tertolong.

Meski relawan Haiti hidup dalam kondisi sulit, namun mereka kaya secara spiritual karena hati mereka penuh dengan cinta kasih. Dahulu, mereka tidak menyadari bahwa cinta kasih dan kekuatan dalam diri mereka dapat mengubah kehidupan sendiri. Mereka tidak tahu. Namun, kini mereka berkata bahwa mereka akan mengikuti jejak langkah Tzu Chi dan kekuatan spiritual mereka dan memanfaatkan kekuatan spiritual itu untuk bersumbangsih. Mereka mampu melakukannya.

Tanggal 6 Juni lalu, insan Tzu Chi dari Amerika Serikat kembali berangkat ke Haiti untuk membantu pembangunan rumah bagi warga setempat. Mereka saling bekerja sama dan memberi semangat kepada insan Tzu Chi di Haiti. Inilah jalinan jodoh. Di Jepang, bencana gempa bumi dan tsunami telah berlalu sekitar 3 bulan. Pascabencana, insan Tzu Chi dari 39 negara bergerak untuk menggalang dana dan doa bagi warga Jepang. Tanggal 8 Juni pada pukul 5 subuh, saat hari masih gelap, tim bantuan Tzu Chi telah berangkat menuju lokasi bencana. Agar lebih dari 100 relawan ini memiliki makanan yang cukup, beberapa relawan membuat sushi hingga tengah malam.

Tim bantuan Tzu Chi menempuh perjalanan sekitar 9 jam untuk tiba di lokasi pendistribusian guna mengoordinasi dan membuat perencanaan mengenai proses penyaluran bantuan. Mereka juga melakukan pendataan dan latihan cara membimbing serta cara menyatakan rasa hormat dan perhatian kepada korban bencana. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Kali ini kita akan membagikan bantuan dana tunai. Untuk itu, kita harus sangat berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan. Pertama, tidak ada yang boleh menerima 2 kali. Kedua, tidak boleh ada yang terlewatkan. Saya terus mengingatkan mereka agar lebih berhati-hati dan teliti. Mereka juga harus meminta data yang jelas mengenai korban bencana dari pejabat pemerintah setempat. Jadi, kegiatan penyaluran bantuan kali ini sungguh penuh kesulitan. Kegiatan Tzu Chi kali ini telah menginspirasi pejabat pemerintah setempat untuk mempercepat setiap langkah, giat, dan bersemangat dalam bersumbangsih bagi korban bencana. Dengan demikian, kekuatan kita akan bertambah. Saya yakin inilah yang membuat kekuatan kita bertambah.

Intinya, kini telah ada insan Tzu Chi di Cile maupun Haiti. Kesenjangan sosial di Cile sangatlah besar. Namun, kita dapat melihat insan Tzu Chi di Cile sangat giat dan bersemangat. Meski warga Haiti hidup dalam kondisi sulit, namun pada penyaluran bantuan ke Jepang kali ini, mereka juga turut menggalang dana dengan turun ke jalan-jalan. Inilah cara mereka menciptakan berkah. Kini mereka dapat berdiri sendiri dan mencurahkan cinta kasih untuk membantu orang lain. Semoga kelak Haiti menjadi tempat yang selalu dapat menyalurkan bantuan kepada orang lain. Baiklah. Singkat kata, kita harus mendoakan mereka. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -