Suara Kasih: Mengembangkan Welas Asih

 

Judul Asli:

 

Mengembangkan Welas Asih dan Kebijaksanaan dalam Mengobati Pasien

 

Para dokter memiliki cinta kasih dan welas asih seperti Buddha
Berusaha keras untuk memeriksa jenis penyakit
Menggalang relawan dengan penuh kebijaksanaan
Cinta kasih adalah obat mujarab untuk mengobati segala jenis penyakit

"Penyakit ini sangat langka. Hingga kini, baru ada dua kasus penyakit seperti ini yang tercatat di seluruh dunia. Qiao Feng adalah orang ketiga yang menderita penyakit ini. Tetapi, Qiao Feng adalah pasien pertama yang mengalami pendarahan retina di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menemukan kasus penyakit pertama di dunia. Karena penyakitnya adalah kasus pertama di dunia, kami akan berusaha mengobatinya dengan berbagai metode pengobatan yang mendukung," tutur tim medis

Lihatlah Qiao Feng. Sejak berusia 11 tahun dan baru kelas 5 SD, daya penglihatannya sudah melemah secara perlahan. Namun, tak ditemukan sebab penyakitnya. Ia juga sudah berobat ke pusat pendidikan medis terkenal dan menjalani berbagai pemeriksaan, namun tak juga ditemukan sebab penyakitnya. Bagaimana bisa menerima pengobatan bila jenis penyakitnya tak diketahui? Ibunya sangat bekerja keras. Ia terus mendampingi Qiao Feng untuk berobat ke beberapa rumah sakit.

Kemudian, pada tahun 2005, tak lama setelah Rumah Sakit Tzu Chi di Taipei dibuka, ia pun berpikir untuk membawa Qiao Feng berobat ke RS Tzu Chi di Taipei. Saya sungguh berterima kasih kepada dr. Hsieh. Meski masih muda, tetapi ia sangat menghormati dokter senior. Ia melihat catatan medis dari para dokter senior untuk memeriksa jenis penyakit Qiao Feng. Akhirnya, ia berhasil mendiagnosis jenis penyakit Qiao Feng. Meski sangat bersungguh hati untuk menemukan cara mengendalikan penyakit Qiao Feng, tetapi hal yang disesalkan adalah ia tak dapat menyembuhkan penyakit Qiao Feng secara total.

 

Setelah menerima pengobatan, daya penglihatan Qiao Feng pun membaik. Ini semua berkat dr. Hsieh yang telah bekerja dengan penuh cinta kasih dan menolong setiap orang layaknya keluarga sendiri. Ia memandang Qiao Feng bagai putrinya sendiri. Ia memerhatikannya bagai orang tua. Saya sungguh berterima kasih kepada dr. Hsieh dan tim medisnya. Saya sungguh berterima kasih.

Kita juga dapat melihat seorang remaja bernama Di Wei yang tahun ini berusia 17 tahun. Ia adalah anak dari orang tua tunggal. Pada saat berusia 10 tahun ia didiagnosis menderita diabetes dan mulai menerima pengobatan. Namun, perlahan-lahan, daya penglihatannya semakin melemah. Pada usia 14 tahun, ia kehilangan penglihatannya. Sejak itu, ia menjadi sangat tertutup dan bertemperamen buruk. Ia tak dapat beradaptasi dengan orang lain dan menjadi cepat marah. Setiap kali membawanya keluar, ia akan marah di depan umum. Ia juga tidak sabar menunggu orang.

Tahun lalu, ia berobat ke RS Tzu Chi di Taipei. Saat baru datang, ia selalu memberontak dan ingin mengakhir hidupnya. Tim medis Tzu Chi terus berusaha berinteraksi dengannya. dr. Liao berkata pada Di Wei, "Saya pasti akan membantu kamu mengendalikan tingkat gula darah. Tetapi, sekarang kamu harus memasang kateter. Kamu harus menurut. Suatu hari nanti saya akan membantu kamu melepaskannya," ucap dr. Liao. Mendengar hal itu, akhirnya Di Wei pun menerimanya. Perlahan-lahan, tingkat gula darahnya pun dapat dikendalikan.

Lihatlah, dr. Liao sangat mengasihinya. Ia bahkan membantu Di Wei saat ke kamar kecil. Selain itu, ia juga mengajar Di Wei untuk menyuntik insulin sendiri di rumah. "Apa janji kamu pada saya setelah keluar dari rumah sakit? Kamu ingin jadi apa?"tanya dr. Liao. "Menjadi relawan. Saya akan melakukan kegiatan daur ulang, " tegas Di Wei.

Karena sangat sibuk, dr. Liao meminta adiknya untuk menjaga Di Wei. Ada pula insan Tzu Chi yang memerhatikannya dengan penuh cinta kasih. Setelah berinteraksi dengan insan Tzu Chi, Di Wei mulai memahami bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Ia juga memahami kerja keras ibunya untuk membesarkan ia dan saudaranya. "Saat kelas 1 SMP, ibu saya mengalami kecelakaan saat mengantar saya ke sekolah. Karena tulang ekornya terluka, ibu tak dapat mengangkat barang-barang berat. Jika ada waktu, saya akan ke sini untuk membantu ibu berjualan," ungkapnya.

Beberapa hari lalu, kateter Di Wei tertarik sehingga berdarah. "Meski memasang kateter, kamu tetap ingin membantu ibu berjualan. Mengapa? Bukankah begini sangat melelahkan," tanya salah satu relawan. "Dahulu, ibu lebih kelelahan saat menjaga kami," jawabnya.

Meski tak dapat melihat, namun Di Wei sangat pintar menulis. Saya mendengar dr. Liao membaca karangannya. Ia menulis tentang penyakit dan kehidupannya untuk mendukung para anak muda. Setiap karangan pendeknya sungguh mampu membuat orang tersentuh. Di Wei sungguh memiliki potensi yang tak terhingga. Ia juga berikrar untuk membantu orang lain seperti insan Tzu Chi. "Di Wei, kamu sangat tegar. Meskipun tak dapat melihat tetapi kamu harus tahu bahwa ibumu selalu mengkhawatirkanmu sejak kecil. Tahukah? Kamu harus senantiasa bersyukur kepada ibumu, mengerti? Kamu masih bisa melakukan banyak hal dengan sepasang tanganmu," tutur relawan Tzu Chi. Perubahan dalam diri Di Wei terjadi dengan tidak mudah. Untuk itu diperlukan cinta kasih dan ketulusan agar dapat mendengar suara hatinya dan mengobati penyakit batinnya.

Para dokter memiliki welas asih yang sama seperti Buddha. Karena itu, mereka disebut sebagai Tabib Agung. Selain memiliki keterampilan, yang terpenting adalah mereka harus memiliki cinta kasih. Cinta kasih adalah obat mujarab yang dapat menyembuhkan segala jenis penyakit yang sulit diobati. Para dokter memiliki cinta kasih yang sama seperti Buddha.

Di dalam Sutra Buddha berbunyi, "Tabib Agung dapat mendiagnosis penyakit dan memahami segala jenis obat untuk mengobati pasien." Inilah yang tertulis dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Setiap orang dapat melihat dan membacanya. Sutra Makna Tanpa Batas adalah sumsum dari Sutra Bunga Teratai untuk membuat kita tahu bahwa Dharma tak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Bila ada penderitaan di dunia, kita dapat menyelesaikannya dengan Dharma. Baik empat unsur alam yang tak selaras atau manusia yang menderita penyakit, semuanya dapat disembuhkan dengan cinta kasih universal yang tanpa pamrih dan kebijaksanaan y ang seluas samudra.

Saya selalu memuji para dokter yang mengembangkan keterampilan dan cinta kasih dalam mengobati pasien. Selain itu, mereka juga mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan. Cinta kasih dan welas asih para dokter adalah obat mujarab. Misi kesehatan Tzu Chi adalah melindungi kehidupan dan menjaga kesehatan semua orang dengan cinta kasih universal. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -