Suara Kasih: Mengenang Kebajikan Leluhur dan Berkontribusi kepada Masyarakat
Mengembalikan
makna Hari Cengbeng yang sesungguhnya
Mengenang
kembali kebajikan para leluhur
Bersukacita
melihat seorang anak yang tahu membalas budi luhur orang tua
Mengadakan
pelatihan relawan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
Hari ini adalah hari Cengbeng, di mana para etnis Tionghoa berziarah ke makam untuk mengenang kebajikan leluhur. Ini sungguh baik. Membersihkan makam leluhur adalah hal yang baik. Akan tetapi, akan lebih baik lagi jika hal itu tidak hanya dilakukan setahun sekali.Pada hari-hari biasa, kita juga bisa berziarah dan membersihkan makam leluhur kita agar bisa selalu bersih dan tidak ditumbuhi oleh rumput liar. Ini akan lebih baik.
Akan tetapi, kebanyakan orang hanya melakukannya sekali dalam setahun. Ada orang yang mempersiapkan banyak daging hewan sebagai persembahan bagi leluhur dan membakar banyak kertas sembahyang di sana. Ini semua merupakan tindakan yang tidak benar. Mereka sudah meninggal, mengapa kita masih harus membunuh hewan untuk dijadikan persembahan bagi mereka? Manusia masih saja terjerumus dalam ketersesatan dan kemelekatan untuk membunuh hewan sebagai persembahan.
Di samping itu, membakar kertas sembahyang juga sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran. Kita harus berhati-hati denganya. Jika tidak membakar kertas sembahyang, kita tidak perlu merasa khawatir. Oleh karena itu, di Hari Cengbeng,kita hendaknya membersihkan makam untuk mengenang kebajikan para leluhur serta mengungkapkan rasa hormat terhadap langit dan kasih sayang terhadap bumi.
Namun, ada keluarga yang tidak melakukan hal ini. Mereka malah mengajak anak-anak pergi berwisata sehingga mengakibatkan kemacetan di jalan. Akan tetapi, kita jarang melihat orang yang menemani orang tua mereka ke tempat yang ingin dikunjungi oleh orang tua. Anak-anak yang menemani orang tua sangat sedikit, sedangkan orang tua yang menemani anak-anak sangat banyak. Oleh karena itu, kita harus mengubah hal ini sekarang. kita harus mengubah hal ini sekarang. Kita harus lebih banyak meluangkan waktu bagi orang tua selagi mereka masih hidup. Jika memiliki hari libur, kita harus meluangkan waktu untuk orang tua. Menemani mereka sekarang lebih penting daripada memberikan persembahan kepada mereka kelak.
Kita telah melihat seorang anak yang begitu menyayangi diri sendiri. Dia tahu untuk berbakti dan berterima kasih kepada orang tua yang telah membesarkannya. Dia membalas budi luhur orang tua dengan cara giat belajar. Sepulangnya dari sekolah, dia juga membantu ibunya merawat nenek dan adik laki-lakinya,
“Otot kaki Nenek terasa sangat kencang. Bagaimana kalau saya pijat? Jika begini, apakah Nenek merasakannya? Geli tidak?” Tanya Li Jin Mi. “Tidak?” jawab nenek.
“Apakah kamu sering menemani nenek seperti ini? Sejak kecil? Berapa kali dalam sehari kamu harus menyuapi adik?” Tanya relawan. “Sama seperti waktu makan nenek,” jawab Li Jin Mi. “Mengapa harus pakai ini?,” tanya relawan kembali. “Dia menderita pendarahan saluran cerna dan pencernaannya kurang baik. Jadi, dia bergantung pada pipa makanan, tetapi kadang dia juga makan makanan padat.” Jawab Li Jin Mi. “Kamu sungguh telah bekerja keras, melakukan begitu banyak pekerjaan. Apa yang kamu rasakan saat mendengarnya?” Tanya relawan. “Saya akan merasa heran. Saya sudah tebiasa melakukannya. Ini memang kewajiban yang harus saya lakukan.” Jawab Li jin Mi dengan pasti.
Lihat, betapa dewasanya dia. Dalam keluarga kurang mampu seperti ini, kita telah melihat sebuah harapan yang cemerlang dalam keluarga itu. Meski usianya masih muda, tetapi dia sudah berpikiran dewasa. Dia dapat mengemban tanggung jawab yang begitu berat. Di sisi lain, bagi anak-anak dari keluarga berada yang hidup dalam kenyamanan apakah bisa memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan spiritual serta bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan?
Kita sering melihat para anggota Tzu Ching atau muda-mudi lainnya menggunakan waktu libur mereka untuk berkunjung ke panti jompo dan panti asuhan, atau bersama dengan relawan Tzu Chi melakukan kegiatan daur ulang, atau melakukan kunjungan kasih ke keluarga penerima bantuan Tzu Chi untuk mambantu mereka membersihkan rumah, dll. Kita telah melihat kontribusi mereka bagi masyarakat. Sebagai pelajar, mereka tahu untuk berterima kasih kepada masyarakat atas pendidikan yang mereka terima. Sebelum lulus, mereka sudah mulai belajar untuk membantu orang lain di tengah masyarakat. Ini semua merupakan hal yang sangat positif.
Tampaknya, pada masa ini, kekuatan yang baik dan buruk sungguh saling tarik-menarik. Untuk menarik orang menjadi baik, kita harus menciptakan lingkungan yang baik, menjadi teladan bagi masyarakat, dan memasukkan ajaran yang positif ke hati mereka. Jika ada orang yang memberikan panduan, mereka akan dapat melakukannya dengan penuh sukacita.
Untuk itu, diperlukan para pemuda yang baik yang bersedia untuk berkontribusi. Untuk membentuk kelompok pemuda ini, juga dibutuhkan peranan orang dewasa untuk menciptakan keharmonisan dalam masyarakat dan menjadi teladan bagi sesama manusia untuk saling membantu dan mengasihi. Dengan demikian, barulah para pemuda ini bisa memiliki kesehatan fisik dan spiritual serta bisa berkontribusi membantu orang lain. Intinya, untuk mewujudkan ini semua diperlukan adanya keterlibatan semua orang.
Kita juga telah melihat pemandangan yang sangat menghangatkan di Jiangsu, Tiongkok. Sejak bertahun-tahun yang lalu, kita mulai bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk membantu anak-anak setempat. Setiap tahun, kita bekerja sama membagikan beasiswa. Kita terus memberikan perhatian kepada mereka. Untuk membagikan beasiswa, kita terlebih dahulu melakukan survei untuk memahami kesulitan para keluarga kurang mampu serta bagaimana cara untuk membantu mereka. Ini sangat menghagatkan hati.
Kita juga telah melihat di tempat yang lebih jauh, yakni di Eropa. Insan Tzu Chi dari 9 negara di Eropa ditambah insan Tzu Chi Taiwan dan AS, dengan total 70 orang lebih, berkumpul bersama mengikuti pelatihan relawan selama tiga hari di sana. Mereka juga bersama-sama mendengar ceramah pagi. Saya bersyukur atas kemajuan teknologi zaman sekarang sehingga kita dapat menyebarkan Dharma ke seluruh dunia dengan cepat melalui internet.Semua ini bergantung pada niat kita. Asalkan ada niat, melalui internet, kita pun bisa mendengar Dharma dan saling berbagi Dharma, mempelajari satu ajaran yang sama, yakni ajaran Jing Si yang berarti giat mempraktikkan Jalan Kebenaran. Setelah mendengar ajaran ini, mereka menyerapnya ke dalam hati dan giat mempraktikkannya.
Mereka juga meyakini mazhab Tzu Chi yang merupakan Jalan Bodhisatwa di dunia. Ajaran Buddha memang dimaksudkan untuk diterapkan dalam kehidupan. Saya melihat mereka telah menyerap Dharma dan giat melatih diri. Mereka berada jauh dari Taiwan. Akan tetapi, saya bersukacita melihat insan Tzu Chi dari 9 negara di Eropa berkumpul bersama di Perancis untuk mendengar Dharma dan saling menyemangati untuk menyebarkan semangat Tzu Chi dan merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia di Eropa melalui pelatihan relawan. Saya sungguh tersentuh dan berterima kasih.