Suara Kasih: Mengenang Mahabhiksu Yin Shun
Judul Asli:
Budi luhur guru terkenang sepanjang masa
| |||
Saya selalu teringat guru saya. Mahabhiksu Yin Shun adalah guru saya dan guru pembimbing bagi praktisi Budhhis. Saya masih ingat hari itu,seusai pertemuan pagi relawan, saya mendapat kabar dari rumah sakit yang meminta saya untuk segera ke sana. Saat tiba di ruang perawatan intensif, saya segera berjalan ke samping guru saya, lalu membungkukkan badan dan berkata pada beliau, “Guru, saya datang.” Itulah yang saya katakan. Saya berkata, “Guru, jangan khawatir. Pesan demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk akan saya emban selamanya.” Setelah saya mengatakan itu, wakil kepala rumah sakit, dr. Wang melihat ke arah mesin elektrokardiogram dan berkata, “Kakek Guru sudah tiada.” Pada saat itu, kami semua berlutut untuk mengantar kepergian beliau. Selama masa itu, kami sungguh melihat banyak orang yang merasa sangat kehilangan. Banyak orang yang turut berduka cita atas kepergian beliau. Akan tetapi, saya yakin semangat dan ajaran beliau akan selamanya ada di dalam hati kita. Kita dapat melihat dokumentasi tentang beliau. Setiap dokumentasi tentang beliau adalah kenangan yang sangat indah. ”Karya Anda menginspirasi banyak praktisi Buddhis” ucap seseorang, Master Yin Shun pun menjawab, ”Baguslah kalau begitu. Bisa menginspirasi orang lain untuk benar-benar mendalami ajaran Buddha sudah cukup bagi saya. Kebanyakan praktisi Buddhis biasanya hanya melafalkan nama Buddha dan berharap terlahir di Tanah Suci Sukhavati, seakan-akan yang penting diri sendiri bisa terbebas dari dunia fana ini sudah cukup. Sesungguhnya, praktisi Buddhis yang sejati hendaknya menyebarkan makna sejati ajaran Buddha. Praktik sesungguhnya adalah di sini, saat ini, dan kehidupan ini.” | |||
| |||
Tadi kita telah mendengar guru saya berkata bahwa bisa menginspirasi orang lain sudah cukup. Bisa menginspirasi orang untuk mendalami ajaran Buddha sudah cukup. Ucapan beliau terdengar sangat sederhana. Apakah kita sungguh bisa menginspirasi orang lain untuk mempelajari ajaran Buddha? Jika dibandingkan dengan populasi manusia, umat Buddha sangatlah sedikit. Terlebih lagi, bagi yang mengaku umat Buddha, apakah dengan membakar dupa dan bersembahyang saja dapat disebut mempraktikkan ajaran Buddha? Tidak. Itu hanyalah kepercayaan tradisional. Ajaran Buddha yang sesungguhnya merupakan pendidikan filosofi hidup bagi kita. Ia berisi air Dharma yang jernih dan murni yang bisa menyucikan batin kita serta membimbing kita berjalan ke arah yang benar. Inilah ajaran Buddha yang sesungguhnya. Apa yang harus kita lakukan setelah mengetahui ajaran Buddha? kita harus mempraktikkannya. Jika hanya mendengar Dharma tanpa mempraktikkannya, kita tidak akan merasakan manfaatnya. Tadi kita telah mendengar guru saya berkata, “Setiap orang bisa mendalami ajaran Buddha, itu sudah cukup.” Beliau sangat penuh welas asih. Beliau tidak meminta banyak. Akan tetapi, saya tetap berharap setiap orang dapat mendedikasikan diri demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus bisa memberi manfaat bagi semua makhluk. | |||
| |||
Selama masa itu,kita sungguh menyaksikan berbagai penderitaan di dunia. Semua itu adalah kenangan yang pahit. Akan tetapi, sejak saat itu, kita mulai menyebarkan benih bodhi di Haiti. Sejak tahun itu, kita mulai membimbing warga setempat untuk memperingati tiga hari besar di bulan Mei.Tiga tahun berturut-turut upacara pemandian rupang Buddha di sana. Kita dapat melihat tahun ini, mereka kembali menggelar upacara pemandian rupang Buddha di sebuah gereja. Pastor setempat juga mewakili kita untuk mensosialisasikan semangat Tzu Chi, ”Tzu Chi mengantarkan cinta kasih ke seluruh dunia. Setelah menerima bantuan, kita juga bertanggung jawab untuk membantu orang lain. Langkah warga Haiti tidak akan terhenti karena hidup dalam kekurangan. Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang bisa menolong sesama,” ucap Pastor tersebut. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh. Kini kita dapat melihat sekelompok relawan setempat yang bersumbangsih dengan sungguh-sungguh dan giat mengikuti pelatihan. Insan Tzu Chi juga pergi ke Haiti untuk menggiatkan penanaman tanaman kelor. Dari daun, ranting, hingga akar tanaman kelor, semuanya mengandung nutrisi. Kabarnya, tanaman ini kaya akan protein. Tanaman ini sangat mudah ditanam dan cocok dengan kondisi cuaca di Haiti. Karena itu, sejak tahun ini, kita menggiatkan penanaman kelor di Haiti. Semoga kehidupan warga Haiti bisa membaik. Jadi, warga Haiti yang tidak pernah mendengar ajaran Buddha dan tidak pernah mengetahui adanya organisasi Buddhis, kini telah memiliki banyak benih Tzu Chi di sana. Selain itu, mereka juga sangat rapi. Jadi, saya hanya berharap mereka bisa mempraktikkan ajaran Buddha dan memberi manfaat bagi warga setempat. Setiap orang telah mulai mengikuti pelatihan untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Dharma yang diwariskan kepada mereka bagaikan benih bodhi yang ditabur. Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi di Argentina, Cile, dan Brasil yang juga mengadakan upacara pemandian rupang Buddha, baksos kesehatan, dan lain-lain. Laporan mereka pada hari itu sangat menarik. Saat baksos kesehatan berlangsung, dr. Gao kelelahan. Beliau sendiri juga menderita sakit pinggang. Seorang relawan lain juga sangat kelelahan. Karena itu, dr. Gao memberikan penanganan medis kepada relawan tersebut. Berhubung dr. Gao sendiri tidak sanggup lagi menahan rasa sakit, salah seorang dokter yang lain memberikan terapi akupunktur di kepala dr. Gao. Saat melihat tayangan itu, saya sungguh merasakan kehangatan dan sangat tersentuh. Singkat kata, saya sangat bersyukur karena ajaran Buddha bisa berkembang ke seluruh dunia. Guru saya berkata,“Asalkan bisa menginspirasi orang lain untuk mendalami ajaran Buddha, itu sudah cukup.” Saya telah melihat setiap orang menjalankan praktik Bodhisatwa. Saya sungguh bersyukur. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou. | |||