Suara kasih: Menggunakan Dharma untuk Memperindah Batin

 

Judul Asli:

Menggunakan Dharma untuk Memperindah Batin

Segala sesuatu di dunia terus berubah-ubah dan tidak pasti
Dunia ini yang diliputi Lima Kekeruhan dan kekotoran batin
Menggunakan Dharma untuk memperindah batin manusia  agar kembali pada sifat hakiki
Membangkitkan hakikat yang cemerlang dan kembali ada hakikat kebuddhaan

 

“Saya datang ke Taiwan sejak berusia 20 tahun. Dimulai dari menjalani kehidupan sebagai tentara, kemudian saya masuk ke dunia hiburan. Saya pernah hidup kehilangan arah. Hingga saat kembali ke kampung halaman dan mendapati bahwa kehidupan orang tua dan keluarga saya mengalami perubahan akibat kepergian saya, baru saya kembali pada kehidupan yang benar dan menyadari bahwa saya telah membuat masalah besar. Saya tahu saya harus menanggung akibat yang sangat besar atas kesalahan saya itu. Ia bahkan mungkin tak habis ditebus hingga beberapa kali kehidupan saya. Beruntung, di masa tua ini, saya masih bisa bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi. Saya akan menghormati semua orang tua bagai orang tua sendiri dan menyayangi semua anak bagai anak sendiri. Saya akan mengikuti kakak-kakak Tzu Chi untuk melakukan hal yang harus dilakukan oleh insan Tzu Chi. Saya akan terus berdedikasi hingga akhir hayat,” tutur relawan Gao.

Kita mendengar Relawan Gao berbagi bahwa saat muda, dia datang ke Taiwan hanya untuk berwisata. Namun, tak disangka, perjalanannya ke Taiwan mengakibatkan keluarganya terpecah belah. Sesungguhnya, itu terjadi akibat perubahan zaman dan ketidakkekalan hidup. Semua ini tak terlepas dari jalinan jodoh. Sungguh, kita semua yang hidup pada masa ini merupakan saksi sejarah zaman sekarang. Kita juga telah menyaksikan ajaran Buddha bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Kehidupan manusia terus mengalami perubahan dan bumi ini sangatlah rentan. Di dunia ini, segala sesuatu tidak ada yang pasti dan bersifat tidak kekal. Segala sesuatu tidak ada yang pasti dan terus berubah-ubah. Inilah ajaran Buddha kepada kita.

Ajaran pertama yang Buddha babarkan di dunia adalah tentang penderitaan. Melihat berbagai ketidakkekalan hidup, kita harus memiliki tekad dan ikrar yang teguh seperti Bodhisatwa. Bodhisatwa sekalian, untuk menumbuhkan keluarga Bodhisatwa di dunia sungguh bukan hal yang mudah. Bagi saya, setiap orang dari kalian adalah benih yang sangat berharga. Saya yakin setiap relawan yang baru dilantik hari ini juga akan sangat menghargai diri sendiri. Setiap orang dari kalian telah mendedikasikan diri selama bertahun-tahun. Terhadap Tzu Chi, kalian pastilah sangat percaya dan yakin. Karena percaya dan yakin, kalian bersedia membangkitkan tekad untuk terus menapaki jalan ini hingga dilantik hari ini.

Acara pelantikan ini adalah langkah awal untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Korsase bunga teratai yang tersemat di dada kalian adalah simbol dari ajaran Buddha. Ketahuilah bahwa bunga teratai bisa memperindah kolam yang berlumpur. Itu sama seperti dunia kita yang diliputi oleh Lima Kekeruhan dan penuh penderitaan. Batin manusia yang kotor hanya bisa diperindah dan dibersihkan dengan ajaran Buddha. Setiap Bodhisatwa di dunia ini bagaikan butir-butir benih bunga teratai yang ditebar di tengah kolam berlumpur.

Setelah menyerap nutrisi dari kolam berlumpur itu, bunga teratai pun mekar dengan indah. Saat bunganya mekar, maka ia pun berbuah. Jadi, bagaikan bunga teratai bisa tumbuh dengan indah di tengah kolam berlumpur, Bodhisatwa dunia juga terjun ke tengah umat manusia yang penuh dengan kekeruhan.

Meski demikian, setiap orang yang kita temui, baik mereka yang menderita secara batin maupun yang mengalami penderitaan hidup, semuanya adalah Sutra hidup bagi kita. Saat melihat kondisi hidup orang lain, kita turut menyayangkannya dan kasihan kepada mereka. Apa yang kita sayangkan? Ada orang yang sangat kaya, tenar, dan punya kekuasaan, tetapi mereka tidak bahagia serta memiliki temperamen yang buruk. Selain itu, mereka juga tidak pandai berinteraksi dengan orang lain. Ini membuat kita merasa sayang sekali. Bagi orang yang memiliki bakat, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan, jika mereka bisa mengubah pola pikir dan mulai berkontribusi bagi umat manusia, maka alangkah baiknya. Jika dibandingkan dengan mereka, kita tidaklah kalah karena kita dapat memanfaatkan setiap waktu untuk membangkitkan kekayaan batin dan mengembangkan tenaga untuk membantu orang lain. Jadi, dibandingkan dengan orang yang kaya secara materi, hati kita jauh lebih luas dan lapang. Jadi, dengan membantu orang lain, kita juga mempelajari Sutra hidup yang ada di tengah masyarakat.

Selain itu, kita juga melihat ketidakkekalan hidup, kemiskinan, penderitaan akibat penyakit, dan lain-lain. Ketika melihat kondisi mereka, kita tidak akan berkeluh kesah lagi. Kita tidak akan mengeluh lagi karena ada banyak orang yang lebih menderita dari kita. Jadi, pada saat menghadapi banyak orang dengan karakter dan kondisi hidup yang berbeda-beda, kita bisa menyerap “nutrisi” untuk membasahi ladang batin kita agar bunga teratai di hati kita dapat bermekaran. Inilah cara agar bunga teratai di dalam hati kita dapat mekar dan berbuah sehingga kita dapat melihat Buddha. Bunga yang mekar memiliki benih. Benih itu melambangkan hakikat kebuddhaan. Itulah mengapa tahun ini, semua relawan yang menjalani pelantikan menyematkan korsase bunga teratai di depan dada mereka.

Saya berharap setiap relawan bisa seperti bunga teratai. Bunga teratai kalian baru hanya berupa tunas. Asalkan lebih berusaha keras, ia akan segera mekar dan kita bisa segera melihat buahnya. Di depan dada kalian juga tersemat tulisan “Hati Buddha dan Tekad Guru”. Setiap orang harus memiliki Buddha di dalam hati karena kita semua berguru pada Buddha.

 

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha datang ke dunia untuk mewariskan Dharma bagi semua makhluk di masa depan, yaitu semua makhluk pada zaman kita hidup sekarang ini agar kita dapat memahami kebenaran di dunia dan bisa kembali pada hakikat kebuddhaan. Karena itu, kita harus mempelajari ajaran Buddha. Kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Tekad Guru adalah meringankan penderitaan semua makhluk di dunia. Kalian harus mengasihi orang yang saya kasihi dan melakukan hal yang ingin saya lakukan.

Kita bisa bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis. Ulurkanlah sepasang tangan kalian dan langkahkan kaki kalian untuk membantu saya berjalan di Jalan Bodhisatwa. Meski sebutannya adalah membantu saya, tetapi sesungguhnya kalian membantu diri sendiri untuk membangkitkan hakikat yang cemerlang dan sungguh-sungguh kembali pada hakikat kebuddhaan.

Saya sungguh berterima kasih kepada kalian yang terus mendedikasikan diri bagi Tzu Chi selama bertahun-tahun ini. Kini tunas bunga teratai sudah ada di dalam diri kalian. Semoga ia bisa segera tumbuh di dalam hati kalian. Kita harus memiliki Buddha di dalam hati dan Dharma di dalam tindakan. Segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai dengan Dharma. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -