Suara Kasih : Menggunakan Dharma untuk Mengobati Batin

 

Judul Asli:

Menggunakan Dharma untuk Mengobati Batin

Mampu merelakan semua hal yang sulit direlakan
Mengobati luka batin dengan Dharma dan membebaskan diri dari penderitaan
Menolong semua makhluk yang menderita dan memberikan penghiburan
Giat membina ajaran baik untuk menghimpun pahala

“Pada pagi hari, putra saya tergelincir dari tangga tempat kerjanya dan dibawa ke UGD. Dia mengalami cedera pada tulang ekor. Siang harinya, dia pulang beristirahat. Hingga pukul 7 malam setelah minum obat, dia mulai mengeluh bahwa dadanya merasa sakit. Kami pun segera memanggil ambulans,” cerita Jiang Xian-zhong, seorang relawan Tzu Chi.

Namun sesampainya di RS, detak jantung putranya itu sudah berhenti. “Saya sangat berterima kasih kepada anggota medis yang telah menyelamatkan putra saya sehingga jantungnya kembali berdetak. Namun, batang otaknya sudah rusak. Seperti yang Master katakan bahwa manusia hanya mempunyai hak pakai atas tubuh ini dan tidak mempunyai hak milik. Setelah berdiskusi dengan istri saya, kami memutuskan untuk mendonorkan organ tubuh putra kami,” cerita Jian Xian-zhong.

“Saat itu kami memberi tahu putra kami, ‘Kamu bisa mendonorkan organ tubuh kamu untuk menyelamatkan dan menolong orang lain agar mereka bisa segera sembuh dan kembali sehat. Dengan demikian, kamu bisa menolong orang lain dan membantu seluruh keluarganya,’” demikian ia bercerita.

Kita bisa melihat kisah Relawan Jiang ini. Relawan Jiang dan istrinya sangat aktif menjalankan misi Tzu Chi dan telah mendengar Dharma dalam jangka waktu yang panjang. Berhubung telah menyerap Dharma ke dalam hati, hati mereka sangat damai. Meski hanya memiliki seorang putra, tetapi dia memahami kebenaran hidup. Dharma bisa mengobati batinnya yang menderita akibat kehilangan putranya. Karena memiliki Dharma di dalam hati, dia bisa memahami bahwa jalinan jodoh di antara dia dan putranya adalah demikian singkat.

Karena memahami semua itu, dia bisa membuka hatinya. Dengan sangat bijaksana, dia segera membuat keputusan. Mengetahui bahwa putranya tak terselamatkan lagi, dia memutuskan untuk membantu putranya mendonorkan organ tubuh. Keputusannya ini sangatlah tepat. Dia memindahkan putranya ke RS Tzu Chi Taipei dan segera menyatakan keinginannya untuk mendonorkan organ tubuh putranya demi menolong lebih banyak orang.

Dia bisa berpikiran terbuka dan mengubah pola pikir untuk menciptakan berkah bagi banyak orang. Itu karena dia memiliki welas asih dan kebijaksanaan. Karena memiliki kebijaksanaan dan menyerap Dharma ke dalam hati, dia bisa membebaskan diri dari penderitaan akibat kehilangan anaknya dan segera mengubah pola pikir. Karena bisa mengubah pola pikir dengan cepat, dia bisa menyelamatkan begitu banyak orang tanpa menunda waktu.

Dunia Tzu Chi adalah dunia yang penuh dengan rasa syukur dan cinta kasih universal. “Putra saya sangat memiliki berkah sehingga bisa mendonorkan organ tubuhnya. Saya ingat di dalam Sutra Makna Tanpa Batas, Bab Sifat Luhur Bodhisatwa terdapat sepenggal kalimat berbunyi, ‘Rela mendonorkan seluruh bagian tubuh untuk menolong orang lain’. Kalimat Sutra itu mengingatkan kita untuk menolong lain. Karena itu, saya berdiskusi dengan keluarga saya. Sungguh, awalnya kami merasa tidak tega. Akan tetapi, kemudian kami merasa bahwa ini merupakan tindakan yang tepat. Saya merasa sangat berterima kasih kepada kakak-kakak Tzu Chi (sesama relawan) yang terus memberikan pendampingan sehingga keluarga saya bisa merasa tenang. Saya juga ingin berterima kasih kepada para dokter,” sharing relawan Jiang Xian-zhong.

Dia sangat bersyukur terhadap segala hal. Kondisi batinnya sungguh luar biasa. Berbicara memang mudah, tetapi untuk melakukannya bukan hal yang mudah. Relawan Jiang bisa merelakan segala yang sulit direlakan dan mengubah pola pikir yang sulit diubah. Intinya, dia memiliki kebijaksanaan yang tajam. Saya sungguh kagum padanya. Dia mampu merelakan segala yang sulit direlakan karena dia selalu giat mendengar Dharma. Karena itulah, dia bisa membimbing orang lain dan membebaskan diri dari penderitaan. Karena memahami Dharma, dia bisa segera mengubah pola pikirnya. Setelah itu semua terjadi, dia tetap kembali menjalani rutinitas dan kembali ke Griya Jing Si untuk menjadi relawan.

Sungguh, bisa memahami sekaligus menerapkan Dharma barulah hal yang luar biasa. Inilah sikap mawas diri dan tulus. Kita harus giat membina ajaran baik untuk menyucikan hati manusia. Kita harus terlebih dahulu menyucikan hati sendiri. Setelah melakukannya sendiri, kita baru bisa membimbing orang lain untuk melakukannya.

Untuk itu, dalam keseharian, kita harus tekun melatih diri. Selain itu, untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Janganlah kita hanya berlatih demi diri sendiri. Dengan terjun ke tengah masyarakat, barulah pandangan kita bisa semakin luas dan jauh. Jika tidak terjun ke Dunia Tzu Chi, maka dunia kita hanya sebatas di rumah dan tempat kerja saja.

 

Dengan terjun ke Dunia Tzu Chi, kita bisa melihat segala hal yang terjadi di dunia sekaligus ikut membantu di tengah umat manusia. Setiap orang bagaikan Sutra hidup. Setiap keluarga memiliki masalah dan kisahnya masing-masing. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh terjun ke tengah masyarakat untuk melihat berbagai pintu Dharma yang terpapar di hadapan kita sehingga kita bisa memahami segala kebenaran, bukankah demikian? Kita juga bisa memperoleh kebijaksanaan agung. Jadi, jiwa kebijaksanaan kita diperoleh lewat sumbangsih di tengah masyarakat. Meski kita telah mempelajari ajaran  Buddha, tetapi ajaran Buddha yang sesungguhnya tidak terlepas dari masalah-masalah duniawi.

Dunia ini penuh dengan masalah yang rumit dan membawa penderitaan. Dengan terjun secara langsung, kita akan bisa lebih memahami kisah setiap orang dan melihat dengan jelas bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan. Dengan menyadari berkah setelah melihat penderitaan, berarti jiwa kebijaksanaan kita telah bertumbuh. Karena itu, kita harus terjun secara langsung. Bodhisatwa dunia selalu muncul di tengah penderitaan untuk menolong orang yang menderita serta menghibur mereka dengan penuh cinta kasih. Bodhisatwa dunia selalu muncul untuk menjangkau semua makhluk yang menderita.

Dalam penyaluran bantuan bencana di Filipina kali ini, semua orang hendaknya menonton berita dan laporan khusus di Da Ai TV. Insan Tzu Chi di Filipina kembali melakukan pembagian bantuan kepada hampir 10.000 keluarga. Setiap keluarga rata-rata memiliki 3 atau 4 anggota. Orang yang mendapatkan bantuan berjumlah sekitar lebih dari 30.000 orang. Pembagian bantuan kita di Filipina masih terus berlanjut.

Saya juga mendengar relawan Mei-zhu yang sekarang berada di Filipina berbagi kisah dengan kita bahwa kini di Tacloban, mereka telah mulai melihat trauma pascabencana. Dia memberikan sebuah contoh. Ada seorang anak muda dari Tacloban yang berkuliah di Manila. Dia memiliki 10 orang anggota keluarga. Saat kembali ke lokasi bencana, dia mendapati bahwa semua anggota keluarganya telah tiada. Rumahnya telah roboh dan semua anggota keluarganya tidak selamat. Kejiwaan anak ini menjadi terganggu. Inilah yang terjadi di sana.

Ada pula seorang gadis kecil yang digigit nyamuk. Luka gigitan nyamuk itu mulai bernanah dan ditumbuhi belatung. Kehidupan gadis itu sungguh menderita. Karena itu, saya ingin mengingatkan semua orang bahwa kita yang berada di Taiwan
sangat memiliki berkah karena bisa menjalani hidup dengan aman dan selamat. Karena itu, kita harus menggunakan hati yang penuh syukur untuk menjalani hidup setiap hari. Kita harus lebih mawas diri dan berhati tulus untuk menyambut masa depan.

Dalam hidup ini, setiap orang hendaknya berbuat baik untuk menghimpun jalinan jodoh yang baik. Tujuan Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia adalah untuk  mengajarkan kepada kita bahwa hidup di dunia ini, kita harus sepenuh hati berkontribusi bagi umat manusia setiap saat. Meski dunia ini penuh derita, tetapi Bodhisatwa dunia selalu datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Karena itu, kita harus memanfaatkan kesempatan untuk berkontribusi. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -