Suara Kasih: Menghargai Air dan Menyelaraskan Hati

 

 

Judul Asli:

Menghargai Air dan Menyelaraskan Hati

Menghargai sumber daya airbagai menghargai kehidupan
Insan Tzu Chi menyalurkan bantuanbagi korban bencana kebakaran
Menyelaraskan hati dan menghentikan segala pertikaian di dunia
Turut berbuat baik agar keharmonisan di dunia bertambah

“Kami selalu menaruh ember di sini. Jika hujan, kami bisa menggunakannya untuk menadah air. Kita harus mengubah sesuatu yang repot menjadi sebagai kebiasaan. Dengan demikian, lambat laun akan terbiasa. Rasa repot itu bergantung pada pola pikir orang. Tergantung anda mau menghemat air atau tidak. Jika Anda tak mau melakukannya, tentu saja Anda akan merasa repot.” Saat ini, sumber mata air di Taiwan terus berkurang hingga ke tahap yang serius. Kita dapat melihat insan Tzu Chi untuk beberapa kepentingan yang berbeda. Mereka juga memasang pipa di berbagai penjuru atap rumah mereka agar saat hujan turun, air hujan bisa ditampung ke dalam ember. Dengan sebuah tindakan kecil, mereka bisa menghargai setiap tetes air.

“Saya pernah mendengar Master berkata bahwa manusia tak bisa hidup tanpa air. Anda tidak makan tiga kali selama sehari mungkin akibatnya tidak begitu parah, namun jika tidak ada air, akibatnya akan sangat fatal. Karena itu, saya sangat menghargai air. Sungguh, kita tak bisa hidup tanpa air. Tanpa air, bagaimana kita bisa bertahan hidup? Jadi, air adalah sumber kehidupan di dunia. Jika biasanya kita tak begitu menghargai dan tak memadang penting peranan air, mulai saat ini, kita harus sangat menghargai air.”

Hari ini adalah tanggal 23 Maret. Pada tanggal 23 Maret tahun 2006 silam, sebuah kebakaran terjadi di Zamboanga, Filipina dan menghancurkan lebih dari 2.000 rumah. Sebagian besar korban berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Bencana kebakaran itu mengakibatkan mereka kehilangan segalanya. Selama empat hari berturut-turut, insan Tzu Chi menyediakan makanan hangat serta menyalurkan bantuan bagi para korban. Untuk menghibur lebih dari 2.000 keluarga korban kebakaran, sungguh bukan hal yang mudah. Belakangan ini, tepatnya tanggal 7 Maret kemarin, kebakaran kembali terjadi di Manila, Filipina. Insan Tzu Chi juga segera terjun ke lokasi bencana untuk menyalurkan bantuan.

Selama tahun 2012, dalam waktu 1 tahun itu, tercatat lebih dari 3.000 insiden kebakaran terjadi di Filipina. Inilah data menurut Dinas Penanggulangan Kebakaran selama 1 tahun. Setiap insiden kebakaran yang terjadi rata-rata melahap ratusan rumah warga. Meski demikian, pasca kebakaran, warga yang pernah menerima bantuan dari Tzu Chi, kini sudah mulai bergabung dengan Tzu Chi. Meski penghasilan saya sangat minim, saya tetap berdana untuk membantu sesama. Saya merasa sangat senang. Saya juga pernah menjadi korban kebakaran. Saya mengimbau semua warga agar jangan terlalu khawatir, melainkan harus memetik pelajaran dari bencana yang terjadi. Kita pasti bisa bangkit perlahan-lahan. Setelah menerima curahan perhatian dan cinta kasih dari Tzu Chi, rasa syukurnya pun terbangkitkan untuk bergabung dengan Tzu Chi. Inilah sirkulasi cinta kasih. Ini semua bergantung pada hati manusia.

Kita harus menyucikan hati manusia agar bisa menciptakan keamanan dan ketenteraman bagi masyarakat. Jika batin manusia tidak tersucikan, maka akan mendatangkan banyak ancaman. Kita melihat konflik antar agama di Myanmar. Konflik itu membuat saya bertanya, “Mengapa manusia bertindak seperti itu?” Sesungguhnya, jual beli tidak ada hubungannya dengan agama. Akan tetapi, entah mengapa perbedaan pendapat antar umat beragama malah menjadi pemicu konflik itu. Akibatnya, lebih dari 200 orang pun bertengkar di jalan. Konflik itu mengakibatkan lebih dari 20 orang meninggal dunia. Batin manusia yang kompleks dan sebersit pikiran yang menyimpang telah menewaskan dan melukai banyak orang. Karena itu, hal terpenting yang harus kita lakukan adalah menyelaraskan hati manusia. Jika demikian, tak akan ada konflik yang terjadi. Dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa ada banyak cara yang bisa kita gunakan untuk mendukung pencapaian orang lain. Itu bisa mendatangkan sukacita bagi diri sendiri dan orang lain. Contohnya, suatu kali Buddha berkata bahwa saat melihat orang lain berdana dan bersumbangsih, kita harus ikut bersukacita dan memujinya. Meski kita tak memiliki kemampuan untuk menolong orang lain, tetapi saat melihat ada orang yang membantu sesama, kita harus segera memuji mereka. Perbuatan baik haruslah kita puji.

Turut bersukacita atas perbuatan baik orang lain juga merupakan pahala. Seorang bhiksu bertanya, “Jika saya memuji mereka, apakah pahala mereka akan berkurang?” Buddha memberikan sebuah perumpamaan mengenai sebatang lilin yang sudah menyala. Jika ada banyak orang yang datang dengan membawa lilin dan menyalakan lilin mereka dengan lilin yang sudah menyala tadi, apakah cahaya dari lilin pertama itu akan berkurang? Bisakah? (Tidak) Tidak. Apakah cahaya dari lilin yang banyak membuat ruangan menjadi semakin terang? (Ya) Karena itu, saat sebatang lilin menyala, kita harus mengajak lebih banyak orang untuk ikut menyalakan lilin. Dengan demikian, ruangan yang gelap akan menjadi ruangan yang terang dan indah.

“Saya belajar satu pelajaran dari Tzu Chi, yaitu kita tak boleh mengulur-ngulur waktu untuk menolong orang lain. Bila sesuatu itu benar, kita harus melakukannya. Kita hendaknya lebih giat membantu sesama setelah menerima doa dari orang lain. Meski Dunia Saha ini penuh dengan Lima Kekeruhan, kita hendaknya tetap saling mendukung. Saat melihat orang lain berbuat baik, kita harus membangkitkan hati yang paling tulus untuk memuji dan membantu mereka. Orang yang menerima pujian dan bantuan akan semakin senang dalam bersumbangsih.” Setiap orang di dunia harus saling mendukung dan membantu. Saat ini, dunia kita sungguh membutuhkan orang yang bersumbangsih sendiri, orang yang membantu orang lain bersumbangsih, dan orang yang bisa turut bersukacita melihat perbuatan baik orang lain. Ini merupakan tiga bentuk dana.

Kita bisa bersumbangsih sendiri, bisa mengajak orang lain untuk bersumbangsih, serta memuji perbuatan baik yang dilakukan orang lain. Jika demikian, dalam satu waktu yang sama, kita telah melakukan 3 bentuk dana. Jadi, berbuat baik tidaklah sulit. Jika kita bisa melakukannya, bukankah dunia akan menjadi harmonis? Kita juga melihat di Vatikan, Paus baru terpilih juga mengimbau orang-orang untuk hidup rukun antar umat beragama. Jika setiap orang bisa saling mendukung dan mendoakan, maka kehidupan yang indah akan tercipta. Untuk mewujudkan Tanah Suci di dunia atau surga di dunia, sungguh bukanlah hal yang sulit. Intinya, semua konflik yang terjadi di dunia berawal dari pikiran manusia awam.

Ketidakselarasan empat unsur alam terjadi akibat akumulasi karma kolektif manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, kondisi iklim sekarang sungguh tidak selaras. Jadi, untuk menyelaraskan kondisi iklim, kita harus memulainya dari hati dan kehidupan sehari-hari kita. Janganlah kita saling bertikai. Kita harus menyucikan hati manusia, melapangkan dada, serta berpikiran murni. Dengan demikian, setiap orang di dunia ini akan saling menghormati, saling berterima kasih, dan membangkitkan cinta kasih universal tanpa pamrih. Jika demikian, bukankah dunia ini akan menjadi harmonis? Ini bukan hal yang tidak mungkin. Asalkan setiap orang senantiasa membangkitkan hati yang polos dalam menghadapi semua orang dan menangani setiap masalah di dunia, maka segala sesuatu akan dipenuhi keharmonisan. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -