Suara Kasih : Menghargai Segala Sesuatu dan Berjalan di Jalan Bodhisatwa

 

Judul Asli:

Menghargai Segala Sesuatu dan Berjalan di Jalan Bodhisatwa

Masyarakat merasa khawatir akan mengalami kesulitan untuk bertahan hidup
Menggunakan satu air yang sama untuk beberapa keperluan yang berbeda
Menerapkan pola makan vegetaris dan menjaga kelestarian lingkungan sekarang juga
Berjalan di Jalan Bodhisatwa dan memperagung ladang pelatihan

Saat ini, kondisi iklim tidak menentu dan sangat ekstrem. Beberapa hari ini, kita telah melihat bahwa badai salju yang terjadi di berbagai tempat telah mendatangkan penderitaan. Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan perlahan-lahan mencair sehingga membuat permukaan air laut naik. Sementara itu, di berbagai tempat di dunia juga terjadi badai salju. Kondisi iklim zaman sekarang sudah berbeda dengan dahulu. Ada tempat yang mengalami banjir akibat hujan deras, ada pula tempat yang mengalami kekeringan sehingga mengakibatkan tanaman tidak dapat bertumbuh dan naiknya harga bahan pangan.

Yang paling dikhawatirkan naiknya harga barang. Namun, orang yang berkecukupan malah menghambur-hamburkan uang mereka. Kesenjangan sosial antara orang miskin dan orang kaya bagaikan kondisi iklim yang tidak selaras. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, semua orang harus membiasakan diri untuk hidup hemat. Kita harus memikirkan bagaimana jika kita kekurangan sumber daya alam. Pastilah hidup kita akan menjadi susah. Saat kita hidup dalam kelimpahan, kita harus ingat bahwa hidup dalam kekurangan sangatlah sulit. Janganlah kita menunggu hingga kita kekurangan sumber daya alam karena semuanya sudah terlambat.

Sejak puluhan tahun lalu, saya terus mengimbau semua orang untuk memperhatikan sumber daya air karena suatu hari nanti, kita akan mengalami krisis air. Sejak puluhan tahun lalu, saya selalu berkata bahwa setiap hari, saya menggunakan satu air yang sama untuk beberapa kepentingan yang berbeda. Air yang saya gunakan untuk membasuh wajah dan tangan di pagi hari, bisa saya gunakan untuk beberapa kepentingan lain sepanjang hari. Sejak puluhan tahun lalu, saya selalu berharap agar insan Tzu Chi bisa menerapkan pola hidup hemat.

“Kami menampung air hujan dan sangat menghargai sumber daya air. Kami menggunakan air bekas mencuci beras dan sayuran untuk menyiram pohon. Air hujan bisa digunakan untuk menyiram tanaman, mengepel lantai, mencuci tangan, dll. Kami bahkan menggunakan air hujan untuk mencuci baju,” ucap relawan.

Lihatlah, pasangan lansia ini juga tahu untuk menghemat air karena mereka dapat memahami bahwa air didapatkan dengan tidak mudah. Karenanya, ada sebuah ungkapan berbunyi, “Jika tidak turun hujan, manusia tidak akan bisa melangkahkan kaki.” Ini adalah ungkapan orang zaman dahulu. Artinya, jika tidak turun hujan, maka manusia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa untuk bertahan hidup. Jadi, kita membutuhkan air. Air merupakan sumber kehidupan kita. Kita tidak boleh menghambur-hamburkannya. Sumber daya air di bumi sangatlah terbatas. Jika kita menghabiskannya, maka bukan hanya generasi penerus kita yang menerima dampaknya, bahkan kita sendiri pun akan kekurangan air suatu hari nanti. Jika demikian, manusia akan menderita dan sulit untuk bertahan hidup.

Banyak orang masa sekarang yang tinggal di gedung yang tinggi. Air yang mereka gunakan setiap hari harus dipompa dari bawah ke atas. Jika suatu hari nanti tidak ada aliran listrik, maka mereka tak bisa memompa air. Bayangkanlah, bagaimana mereka hidup tanpa air? Saat satu keluarga bangun di pagi hari, mereka membutuhkan air untuk mencuci muka, membersihkan badan, membuang kotoran tubuh, dll. Jika tidak ada air untuk menyiram kloset, maka berapa banyak orang yang bisa menggunakan kloset itu? Pada saat itu, bagaimana mereka bisa bertahan hidup di rumah itu? Tanpa aliran listrik dan air, kita sungguh tidak dapat bertahan hidup.

Jika tidak ada aliran listrik, maka kita harus naik tangga. Kini, untuk ke lantai dua saja, orang-orang harus naik lift. Namun, mereka bersedia mendaki gunung di pagi hari. Saat mau pulang ke rumah, mereka menunggu lift. Mereka bersedia mendaki gunung, tetapi enggan naik tangga. Ini semua karena kebodohan batin manusia. Padahal mereka memiliki tenaga untuk menaiki tangga. Setiap kali saya pergi ke RS Tzu Chi Hualien untuk menghadiri rapat, saya selalu bersikeras untuk menaiki tangga meski harus ke lantai 3 atau 4. Menaiki tangga baik bagi kesehatan kita, juga dapat menghemat energi dan mengurangi kadar emisi karbon. Ini semua dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kita malah tidak mau melakukannya.

Lihatlah, krisis air yang tengah terjadi di California. Penduduk setempat sangat gelisah dan tengah mencari cara untuk memasok air. Terlebih lagi, di sana sering terjadi kebakaran hutan. Tanpa air, bagaimana mereka bisa memadamkan api? Jika manusia tidak tahu melindungi bumi dengan baik, maka sumber daya air akan mongering lebih cepat dari perkirakan kita. Oleh karena itu, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Kita harus memberi teladan dengan melakukan tindakan nyata agar orang-orang memahami pentingnya menghemat penggunaan air. Jika semua orang bisa hidup hemat, maka sumber daya alam kita bisa bertahan lebih lama.

Kita juga telah melihat  sebuah festival yang diadakan di Los Angeles. Di sana, insan Tzu Chi mensosialisasikan pola makan vegetaris. Mereka berbagi kepada orang-orang bahwa pola makan vegetaris sangat baik bagi kesehatan fisik dan batin serta bisa menciptakan dunia yang aman dan tenteram.Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di mana pun mereka berada. Mereka memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mensosialisasikan pola makan vegetaris, cara menjaga kebersihan lingkungan, cara melindungi sumber daya alam, dan cara mencegah pencemaran. Inilah yang tengah giat dilakukan oleh insan Tzu Chi di berbagai negara.

Baru-baru ini, di Thailand diadakan acara penghargaan perdana “World Buddhist Outstanding Leader”. Tzu Chi juga diundang  untuk menerima penghargaan. Ini karena saat Thailand beberapa kali dilanda bencana, insan Tzu Chi selalu memberikan kontribusi bagi masyarakat. Baik saat terjadi banjir maupun bencana lainnya, insan Tzu Chi selalu hadir memberikan bantuan.

Intinya, kita harus selalu bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Bodhisatwa bukanlah rupang yang diukir dari tanah liat atau kayu yang diletakkan tinggi-tinggi di atas altar. Sebenarnya, semangat Bodhisatwa ada di dalam hati setiap orang. Di dalam hati setiap orang terdapat ladang pelatihan yang agung. Setiap orang bisa bergerak secara nyata untuk menjadi Bodhisatwa dunia. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -