Suara kasih: Menghargai Sumber Daya Air dan Tahu Membalas Budi

 

Judul Asli:

Menghargai Sumber Daya Air dan Tahu Membalas Budi

Suasana Tahun Baru Imlek diwarnai dengan keharmonisan dan doa yang tulus
Pola hidup hemat mewujudkan kehidupan yang bahagia Hemat menggunakan air dan menghargai sumber daya air dan sumber daya alam
Tahu membalas budi dan giat membantu orang yang menderita

“Dewa kekayaan yang kami perankan ini melambangkan kekayaan pahala dan kekayaan Dharma. Saya berharap semua saudara se-Dharma serta para donatur di tahun  yang baru ini, bisa giat menggarap ladang berkah serta menanam kekayaan pahala dan Dharma,” ucap Su Mei-lin, Insan Tzu Chi.
 
“Di tahun yang baru ini, saya mendoakan semua anggota polisi dan tim pemadam kebakaran memperoleh tiga macam berkah, yakni pertama, senantiasa sehat, kedua, senantiasa gembira, dan ketiga, senantiasa bahagia. Kami mendoakan kalian semoga dipenuhi berkah dan kedamaian setiap hari. Terima kasih,” ucap Zeng Xiu-lan, Insan Tzu Chi.

“Dahulu, Saya pernah melihat kata-kata baik ini di beberapa toko. Saat mengikuti kegiatan ini, saya merasakan bahwa jangan hanya hari ini kita melakukan siklus kebajikan. Alangkah baiknya jika siklus kebajikan ini bisa diteruskan selama 365 hari. Kita bisa menjalin jodoh baik dengan lebih banyak orang,” ucap orangtua murid.

Jika semua orang bisa saling mendoakan, maka akan tercipta kerukunan antar sesama. Kita bisa melihat salah seorang komisaris kehormatan di Kaohsiung. Dengan penuh kehangatan, dia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para stafnya atas kerja keras mereka di tahun lalu, serta memberi semangat kepada mereka di tahun yang baru ini dengan menggunakan buku yang mengandung kebijaksanaan. Semua staf sangat gembira. Dengan penuh keharmonisan dan rasa syukur, mereka berterima kasih atas perhatian dan cinta kasih dari pemimpin mereka. Di awal Tahun Baru Imlek ini, sang pemimpin membagikan buku yang berisi kebijaksanaan kepada mereka. Karena itu, semua staf sangat bersedia bekerja sama dengan mengembangkan kebijaksanaan dan tenaga untuk pemimpin mereka. Jadi, banyak pengusaha di Kaohsiung yang memulai tahun baru dengan yang memulai tahun baru dengan sangat harmonis. Inilah keharmonisan yang sesungguhnya di Tahun Baru Imlek. Semua orang saling mendoakan di Tahun Baru Imlek.

Sesungguhnya, kita harus mendoakan orang lain setiap saat. Doa tersebut bukan hanya sekadar ucapan, melainkan harus berasal dari lubuk hati. Ini disebut dengan welas asih agung. Welas asih agung berarti berharap dengan tulus semoga dunia bisa aman dan tenteram serta semua orang memiliki berkah. Inilah hati Buddha. Jadi, setiap saat, kita harus mendoakan orang lain. Meski demikian, kita juga harus senantiasa bersikap Mawas diri dan berhati tulus. Kita harus bersikap mawas diri karena dunia ini sangatlah tidak kekal. Selain itu, karma buruk kolektif semua makhluk telah menyebabkan ketidakselarasan pada makrokosmos dan gangguan pada mikrokosmos. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Selain meningkatkan kewaspdaaan diri, kita juga harus mengimbau semua orang untuk bersikap mawas diri dan berhati tulus.

Selain itu, kita juga harus saling mengimbau agar semua orang dapat menjalani pola hidup hemat. Sungguh, ada pepatah berbunyi, “Kekayaan kecil bergantung pada pola hidup hemat.” Kekayaan kecil berasal dari sikap rajin dan hemat kita dalam keseharian. Jika kita terbiasa hidup hemat, maka tidak akan mengalami kesulitan hidup. Sementara itu, kekayaan besar bergantung pada takdir. Apa yang dimaksud dengan takdir? Artinya, di kehidupan lampau kita telah menjalin jodoh baik dan menciptakan berkah sehingga kini kita berkesempatan untuk terlahir kembali ke alam manusia. Karena itu, saya sering berkata bahwa segala sesuatu tidak dapat dibawa pergi, hanya karma lah yang selalu menyertai. Namun, apakah kita menciptakan karma baik atau karma buruk? Jika adalah karma buruk, meski terlahir di sebuah keluarga yang harmonis dengan masyarakat yang damai, tetapi karma buruk yang kita ciptakan di masa lampau akan tetap menyertai kita ke kehidupan ini. Jadi, meski kita memiliki jodoh untuk terlahir kembali di masyarakat yang damai dan keluarga yang harmonis, tetapi kekuatan karma buruk akan perlahan-lahan memengaruhi pikiran kita sehingga kita menjadi tidak menghargai diri sendiri.

Saat buah dari karma buruk matang, kita menjadi sering dilanda bencana dan mengalami berbagai penderitaan hidup. Jadi, kita harus memercayai hukum sebab akibat. Kita juga harus memiliki keyakinan yang penuh kebijaksanaan dan jangan percaya takhayul. Orang yang memiliki keyakinan penuh kebijaksanaan akan senantiasa meningkatkan sikap mawas diri dan hati yang tulus. Orang yang bijaksana akan cermat dalam memanfaatkan waktu. Mereka akan menjalani hidup dengan baik serta memperhatikan kehidupan orang lain. Jadi, kita harus menjalani hidup dengan bijaksana. Inilah kehidupan yang baik. Di samping itu, setiap orang hendaknya menghargai sumber daya alam.

Satelit Badan Antariksa Amerika Serikat menemukan bahwa cadangan air tanah di California sudah hampir kering. Sungguh, bagaimana manusia bisa hidup tanpa air? Mengetahui hal ini, kita harus sekali lagi mengimbau semua orang untuk hemat menggunakan air. Kita harus menghargai air bagaikan menghargai emas. Selama ini, saya selalu sangat hemat dalam menggunakan air. Saya sudah memulainya sejak puluhan tahun lalu, bukan baru sekarang ini. Kita harus mengimbau semua orang untuk menghargai sumber daya air. Biasanya, saat membutuhkan air, kita hanya perlu membuka keran dan air pun mengalir dengan deras. Untuk mencuci tangan saja, kita sudah menghabiskan banyak air. Meski saya selalu memberi tahu relawan Rumah Sakit bahwa sesampainya di Rumah Sakit, kalian harus memakai masker dan rajin mencuci tangan. Akan tetapi, pikirkan lah bagaimana cara mencuci tangan hingga bersih tetapi bisa menghemat air. Saya harap setiap orang bisa mengembangkan kebijaksanaan. Meski kita harus menjaga kebersihan, tetapi ingat lah bahwa sumber daya air sangat penting.

Saya sungguh berharap setiap orang bisa mengembangkan kebijaksanaan, bersikap mawas diri, dan berhati tulus. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Jika kita bisa hidup hemat, maka hematlah sebisa mungkin. Penghematan barang berwujud bisa kita gunakan untuk membantu orang lain, sedangkan penghematan tak berwujud bisa kita wariskan untuk generasi berikutnya. Kita bisa menimbun bahan pangan dan sumber daya air untuk generasi penerus. Kita juga harus menjaga kelestarian lingkungan.

Bodhisattva sekalian, hari ini adalah perayaan Capgomeh, bulan purnama pertama di musim semi ini. Melalui perayaan ini,saya berharap setiap orang dapat selalu mengingat tentang empat budi luhur dan penderitaan di tiga alam rendah. Empat budi luhur meliputi budi luhur Buddha, budi semua makhluk hidup, budi orang tua, dan budi alam semesta. Inilah empat budi luhur. Kita juga harus membantu orang-orang yang bagai hidup di tiga alam rendah. Lihatlah, banyak orang yang hidup menderita bagai di alam neraka, alam setan kelaparan, bagai di alam neraka, alam setan kelaparan, dan alam hewan. Sesungguhnya, terhadap orang yang mengalami ketidakselarasan batin atau orang-orang yang mengalami penderitaan akibat kekuatan karma buruk, kita seharusnya menghimpun kekuatan cinta kasih untuk membantu mereka. Inilah kehidupan yang sempurna dan bahagia. Inilah yang harus kita pelajari. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -