Suara Kasih: Menghimpun Niat Baik

 

Judul Asli:

Menghimpun Niat Baik dan Mempraktikkannya Lewat Tindakan

Bencana alam terus bertambah setiap tahun
Meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi topan yang saling memengaruhi
Warga Myanmar terinspirasi oleh bantuan Tzu Chi
Menghimpun niat baik dan mempraktikkan Dharma

Setiap hari saya mengulas tentang bencana. Empat unsur alam sungguh tak selaras. Kita dapat melihat badai juga menerjang Haiti. Pascagempa Haiti tahun 2010 lalu, banyak warga Haiti yang tinggal di tenda. Tenda tempat tinggal mereka sudah sangat usang. Setiap kali mendengar ada badai yang menerjang Haiti, saya selalu mengkhawatirkan mereka. Tenda yang tipis dan usang itu bagaimana bisa menahan hantaman badai? Setiap kali mengingat kondisi hidup mereka, saya selalu merasa prihatin dan sedih. Entah bagaimana kita memulihkan kehidupan warga Haiti.

Belakangan ini, kita tengah menjalankan proyek konstruksi untuk membangun sekolah Katolik di Haiti. Akan tetapi, jika melihat kondisi hidup warga setempat, saya merasa sungguh tak berdaya. Ini karena segala sumber daya di Haiti sangat terbatas. Yang menjadi masalah utama adalah tanah. Warga setempat tak memiliki tanah sendiri karena minimnya kebijakan pemerintah tentang masalah tanah. Mereka bagai tinggal di lingkungan tanpa kebijakan dari pemerintah. Masalah yang kedua adalah padatnya populasi warga Haiti. Entah bagaimana memenuhi semua kebutuhan mereka. Melihat kondisi di sana, hati saya sangat sakit.

Marilah kita melihat Taiwan. Beberapa hari ini, kita juga diliputi kekhawatiran. Topan Tembin telah menerjang Taiwan tiga hari lalu. Dua jam kemudian, pusat pusaran topan itu meninggalkan Taiwan. Peringatan tentang Topan Tembin telah resmi dicabut kemarin. Akan tetapi, Topan Bolaven yang mengikuti di belakang secara perlahan-lahan mendekati Topan Tembin. Karena itu, hari ini kita kembali mendengar bahwa kekuatan Topan Tembin yang awalnya sudah melemah menjadi topan berkekuatan ringan, hari ini kembali menguat menjadi topan berkekuatan sedang. Jadi, dengan kekuatan angin yang menguat, ia akan kembali menerjang Taiwan. Hari ini, Badan Meteorologi mungkin akan kembali mengeluarkan peringatan tentang adanya topan di atas permukaan laut. Ini semua akibat kekuatan angin yang saling menarik dan memengaruhi. Karena itu, kita harus tetap mawas diri dan berhati tulus.

Dari tayangan berita Da Ai TV tadi malam, saya melihat beberapa wilayah terjadi pemadaman listrik. Para korban bencana menyalakan lilin untuk membersihkan rumah mereka. Dari hal itu, kita bisa melihat keinginan warga untuk kembali pada kehidupan normal sangatlah kuat. Hidup di tengah lokasi bencana sungguh sulit. Beruntung, pihak kemiliteran mengerahkan lebih dari 2.000 tentara untuk membantu. Berhubung para warga tidak bisa memasak, insan Tzu Chi mempersiapkan makanan bagi mereka. Untuk makan siang kemarin, insan Tzu Chi Donggang yang menyiapkannya dan para tentara yang membantu mengantarnya. Berhubung para warga bersedia mengonsumsi makanan vegetarian pada saat makan malam, insan Tzu Chi Hengchun pun berkata bahwa mereka akan bertanggung jawab mempersiapkan makan malam.Insan Tzu Chi di Hengchun tidaklah banyak. Mereka sendiri telah dilanda bencana. Akan tetapi, mereka mengesampingkan kepentingan pribadi dan turut mengambil bagian dalam tim bantuan Tzu Chi. 

Saya sungguh tersentuh melihatnya. Mereka menyediakan 1.100 kotak makanan hangat. Untungnya, nasi instan Tzu Chi sangat praktis. Kita cukup menuang air mendidih ke dalam nasi instan, lalu mengaduknya, setelah itu nasinya sudah bisa dikonsumsi. Saya sungguh bersyukur. Saat ada orang yang menderita, insan Tzu Chi selalu mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendedikasikan diri mereka untuk bersumbangsih bagi banyak orang. Semua itu sungguh membuat orang tersentuh. Saya juga melihat insan Tzu Chi Taidong yang berangkat ke beberapa desa untuk menyurvei lokasi bencana. Saya juga mendengar bahwa pagi ini, insan Tzu Chi mulai membagikan paket kebutuhan sehari-hari dan bantuan dana tunai kepada korban bencana.

Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu memberikan bantuan. Demikianlah yang terjadi di Taiwan. Kontribusi insan Tzu Chi di Myanmar lebih membuat orang tersentuh. Myanmar cenderung menutup diri dari dunia luar. Berita bencana banjir di sana baru tersebar di surat kabar setelah belasan hari kemudian. Melihat itu, insan Tzu Chi di Myanmar segera berkumpul untuk membantu. Sesungguhnya, benih Tzu Chi di sana baru mulai bertunas. Tahun lalu mereka baru mulai dilantik. Di sana hanya ada 4 anggota Tzu Cheng dan belasan anggota komite. Akan tetapi, berkat mereka, warga setempat mulai melihat dan memahami Tzu Chi serta ikut menjalani pelatihan. Perlahan-lahan, jumlah relawan di Myanmar mulai bertambah.

Melihat terjadinya bencana banjir, mereka segera bergerak untuk menyalurkan bantuan. Selain itu, mereka juga membawa surat penghiburan dari saya dan terjun ke lokasi bencana dengan penuh kehangatan. Setelah terkena bencana selama beberapa hari, Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan pertama yang tiba di sana. Mereka juga memerhatikan korban bencana bagai anggota keluarga sendiri. Kita dapat melihat seorang nenek yang memiliki seorang anak dan 6 orang cucu. Sang nenek harus mencari nafkah. Pendapatannya setiap hari hanya cukup untuk biaya makan satu hari. Dalam penyaluran bantuan kali ini, insan Tzu Chi membagikan beras, minyak goreng, selimut, dan lainnya kepadanya. Sang nenek sangat senang. Sebelumnya dia tidak pernah memiliki persediaan beras lebih dari 1 hari. Beras yang kita bagikan kepadanya kali ini mungkin bisa dikonsumsi olehnya selama 1 bulan. Dia sangat senang.

Di mana pun insan Tzu Chi menginjakkan kaki,tempat itu akan penuh dengan berkah. Ini karena Bodhisatwa selalu muncul untuk menciptakan lingkungan yang penuh berkah. Saat terjadi bencana, Bodhisatwa dunia selalu segera bergerak untuk memberikan bantuan. Jadi, selain memberikan bantuan, insan Tzu Chi juga membimbing setiap orang agar menciptakan berkah, berdana, bersumbangsih,dan memberikan penghiburan kepada sesama. Setelah mendengar itu, banyak warga setempat terinspirasi untuk ikut berdana. Inilah yang dimaksud menyerap Dharma ke dalam hati dan menggalang Bodhisatwa dunia. Saat Bodhisatwa bermunculan, maka tempat itu akan menjadi harmonis. Jadi, kita harus lebih mawas diri dan berhati tulus. Kita dapat melihat warga Myanmar telah mulai mendalami semangat dan filosofi Bodhisatwa sehingga jiwa kebijaksanaan mereka pun semakin berkembang. Jumlah relawan setempat juga terus bertambah. Kita yang berada di Taiwan sungguh harus lebih mawas diri dan berhati tulus. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -