Suara Kasih : Menginsipirasi Orang Lain

Judul Asli:
Menginspirasi Orang Lain untuk Turut Menjadi Bodhisatwa

Bodhisatwa dunia bertekad menolong mereka yang menderita
Turut berbahagia melihat orang lain berbuat baik sehingga turut membantu
Membangkitkan cinta kasih dan menciptakan berkah
Saling mendukung dalam melatih diri dengan welas asih
Pekerjaan melindungi insan Tzu Chi berbeda dengan menjadi polisi. Dahulu saya hanya menjalankan tugas dan tidak banyak berpikir. Kini, melihat insan Tzu Chi berbuat kebajikan, pemikiran saya pun banyak berubah. Bekerja bersama para relawan sangatlah menyenangkan. Yang membuat saya tersentuh adalah selain membantu warga Haiti, insan Tzu Chi juga membimbing kami untuk saling membantu. Saya belajar banyak. Demikianlah ungkapan yang diucapkan oleh seorang anggota polisi di Cile.

Dunia Membutuhkan Bodhisatwa
 Inilah praktik para Bodhisatwa dunia. Dunia ini membutuhkan Bodhisatwa. Para Bodhisatwa ini saling mendukung. Dalam kehidupan manusia, dibutuhkan adanya Bodhisatwa. Dengan adanya Bodhisatwa, barulah Dharma dan bumi ini dapat terlindungi. Kita harus melindungi semua makhluk dan menjaga kelestarian bumi. Lihatlah, dunia dipenuhi banyak bencana, manusia yang menderita pun tidak sedikit. Karenanya, Bodhisatwa dunia amat dibutuhkan. Lihatlah di berbagai daerah yang tidak terdapat insan Tzu Chi. Ketika daerah tersebut dilanda bencana, insan Tzu Chi pun harus datang dari jauh. Inilah yang terjadi di Cile.

Ketika suatu daerah dilanda bencana, Bodhisatwa dari segala penjuru datang memberikan perhatian. Insan Tzu Chi dari Argentina langsung menuju Cile. Dengan adanya Bodhisatwa dari jauh ini, warga setempat pun terinspirasi untuk membantu. Berkat bantuan warga setempat, pemerintah Cile pun semakin memahami Tzu Chi sehingga bersedia mendukung, setuju, dan yakin terhadap Tzu Chi. Jadi, pihak yang berwenang di sana berjanji kepada Tzu Chi untuk membebaskan pajak pembelian barang bantuan dan bertanggung jawab dalah hal transportasi. Inilah janji pemerintah setempat. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada kendala. Contohnya, untuk menggunakan pesawat militer, komandan harus lebih dulu menerima instruksi sebelum dapat mengirimkan pesawat. Karenanya, mungkin butuh waktu lebih lama. Namun, tanggal penyaluran bantuan telah ditetapkan dan barang bantuan hampir selesai disiapkan. Dengan kondisi jalan yang ada sekarang, transportasi darat sungguh sulit.
 
Jika pihak militer tak dapat menyediakan pesawat, apa yang harus dilakukan? Dalam waktu yang mendesak, insan Tzu Chi harus berusaha mencari kendaraan. Di saat yang sama, seorang senator mengundang insan Tzu Chi. Setelah mengadakan rapat dan mengetahui kekhawatiran insan Tzu Chi mengenai masalah transportasi, beliau membawa masalah ini kepada Kongres Nasional (Parlemen). Setelah melalui pembahasan, Kongres Nasional menyatakan akan membantu. Tak disangka, beberapa saat kemudian insan Tzu Chi menerima berita bahwa pihak militer telah mempersiapkan pesawat. 

Mendengarnya, semua orang merasa gembira. Kepercayaan diri mereka pun tumbuh kembali. Jalinan jodoh ini sungguh luar biasa. Saya sering mengatakan kepada mereka, “Kalian sangat terberkahi.” “Karena kalian memiliki berkah, Maka banyak Bodhisatwa yang datang untuk memberikan bantuan.” Lihatlah, jalinan jodoh sungguh luar biasa. Berita yang lebih menyentuh adalah pihak militer juga bersedia menjaga lokasi penyimpanan barang bantuan dengan mengutus enam personel yang akan berjaga secara bergantian.

Inilah para Bodhisatwa yang saling mendukung. Baik yang datang dari jauh maupun warga lokal yang turut berbahagia melihat orang lain berbuat kebajikan, mereka semua bertekad untuk bersumbangsih. Sungguh membahagiakan. Jalinan jodoh sungguh tak terbayangkan. Di Filipina pun demikian. Kita tentu masih ingat pada 26 September 2009 Topan Ketsana membuat seluruh Kota Manila tergenang air. Karena besarnya bencana, insan Tzu Chi mengajak warga berpartisipasi dalam program pembersihan dan memberikan upah. Ada lebih dari 80.000 orang berpartisipasi. Dengan demikian, mereka membantu membersihkan kota sekaligus memulihkan kehidupannya sendiri.

Sejak saat itu, insan Tzu Chi terus-menerus bersumbangsih dan membimbing batin warga. Insan Tzu Chi juga mengajak semua orang untuk senantiasa berdoa dengan tulus dan bersumbangsih sedikit demi sedikit guna membantu orang lain. Cinta kasih tak mementingkan besarnya dana. Yang ditakutkan adalah ketidakrelaan bersumbangsih meskipun sedikit. Ketidakrelaan ini berasal dari ketamakan. Sifat kikir adalah salah satu bentuk ketamakan. Jadi, insan Tzu Chi terus menginspirasi warga untuk tidak tamak, melainkan harus rela memberi. Meski sedikit sumbangsih mereka, hal ini dapat terus mengingatkan mereka bahwa bahwa berbuat baik berarti menciptakan berkah.

”Sangat senang, hati merasa bahagia. Dulu saya menjadi penerima bantuan, sekarang saya dapat membantu orang lain,” demikian tutur seorang warga. Jadi, kapan pun dibutuhkan, kami akan segera datang. Saya membantu orang lain menyapu pekarangan rumah sehingga terlihat lebih bersih. Saya merasa bahagia karena meski usia saya masih muda, saya dapat membantu orang lain. Kami akan menjaga kebersihan di sini dan mengajak warga lainnya membiasakan diri berkumpul setiap hari Minggu pagi untuk membersihkan lingkungan.
 
Mereka telah berhasil dibimbing. Sejak bulan November tahun lalu, insan Tzu Chi telah mengadakan lima kali pelatihan bagi relawan setempat. Dalam setiap kali pelatihan, insan Tzu Chi mengajak mereka melakukan daur ulang dan mengajarkan tata krama dalam keseharian. Insan Tzu Chi juga membimbing mereka untuk berhenti merokok, minum minuman keras, berjudi, dan lain-lain. Ini semua tercakup dalam sepuluh sila Tzu Chi. ”Tersentuh oleh Tzu Chi setelah Topan Ketsana, saya pun berhenti merokok. Kakak-kakak, jika kalian masih memiliki kebiasaan buruk, saya mengajak kalian untuk mengubahnya karena kita telah bergabung di Tzu Chi,” kata warga lainnya.

Sejak bulan September tahun lalu hingga kini, 80 orang telah menjadi relawan junior. ”Saya bangga menjadi bagian dari Tzu Chi karena jika teringat seragam Tzu Chi, yang terbayang adalah kerapian dan warna putih yang terlihat bersih,” ujar seorang warga. Karenanya, ketika saya tahu mereka ingin mengukur badan kami dan memberikan kami seragam, saya sangat gembira hingga ingin melompat. Saya takkan berhenti bersumbangsih di Tzu Chi hanya karena telah memperoleh seragam. Saya berharap bisa membantu lebih banyak orang.

Ada seorang insan Tzu Chi yang setelah melihat para relawan lokal merasa gembira dan bertekad untuk menyediakan seragam bagi 80 relawan tersebut. Lihatlah, ia turut berbahagia melihat orang lain berbuat baik. Sungguh luar biasa. Lihatlah, para relawan lokal sangat giat. Mereka membutuhkan sekelompok Bodhisatwa untuk mendampingi dan membimbing. Sampai kapan pun, insan Tzu Chi harus terus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Seiring berjalannya waktu, Bodhisatwa harus terus bertambah. Ini akan membawa manfaat bagi semua makhluk. Selain membantu orang keluar dari kesulitan, kita harus membimbing mereka dengan tindakan nyata. Untuk itu, Bodhisatwa dunia amat dibutuhkan.

Kini sudah ada 80 orang warga setempat menjadi relawan Tzu Chi dan banyak pula yang tengah mengikuti pelatihan. Lihatlah, mereka turut membagikan bantuan. Dahulu mereka adalah penerima bantuan, kini mereka adalah pemberi bantuan. Karenanya, mereka bangga menjadi relawan Tzu Chi. Inilah cara hidup yang harus kita jalani, yakni berjalan di Jalan Bodhisatwa. Bukankah kita sering berbicara tentang mengembangkan cinta kasih lewat tindakan? Jika kita melatih diri dengan welas asih, barulah dapat menginspirasi lebih banyak orang. Ini membutuhkan dukungan para Bodhisatwa yang ada di sekitar kita. Melihat pencapaian insan Tzu Chi di Filipina, saya merasa gembira. Terima kasih.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
 
 
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -