Suara Kasih : Menginspirasi Bodhisatwa Dunia

 


Judul Asli:
Menginspirasi Orang Lain untuk Melindungi Bumi

Abu vulkanik menyelimuti warisan budaya
Pikiran manusia yang tak terkendali adalah sumber bencana
Senantiasa menjaga kebersihan dan kesucina hati dan pikiran
Menginspirasi orang lain untuk melindungi bumi

Lihatlah, letusan Gunung Merapi di Indonesia telah mendatangkan penderitaan bagi banyak orang. Selain tak dapat kembali ke rumah, para warga juga harus dievakuasi hingga semakin jauh karena abu vulkanik terus menyembur dan menyebar ke wilayah yang luas.

Di sekitar Yogyakarta terdapat banyak candi berusia ratusan tahun. Salah satunya adalah Candi Agung Borobudur. Candi tersebut merupakan salah satu warisan budaya yang dilindungi. Kini abu vulkanik dari Gunung Merapi terus menutupi candi itu dan dikhawatirkan akan mempercepat pengikisan batuan candi. Melihat hal yang menimpa monumen bersejarah tersebut, saya sungguh merasa sedih. Namun, kini hal yang terpenting adalah membantu warga setempat. Semoga letusan Gunung Merapi dapat segera berhenti. Melihat orang-orang yang menderita saya sungguh sedih.

Semua bencana berkaitan erat dengan manusia. Pikiran manusia yang penuh nafsu dan tak terkendali menimbulkan gangguan bagi keseimbangan alam. Inilah karma buruk kolektif semua makhluk. Kalian mungkin telah mendengar saya mengulas hal ini setiap hari. Namun sayang, orang yang sungguh-sungguh mendengarkannya sangatlah sedikit. Meski telah mendengarnya, mereka juga tak memasukkannya ke dalam hati. Karena itu, saya pernah berkata bahwa saya bagaikan seekor semut yang berteriak dan meminta tolong di kaki Gunung Sumeru. Adakah orang yang mendengarnya? Kadang saya harus menyemangati dan mengingatkan diri sendiri bahwa asalkan memiliki lebih banyak pasukan semut, maka kita dapat menginpirasi orang lain dan menggalang Bodhisatwa dunia.

Dunia ini membutuhkan banyak orang yang memiliki talenta dan keahlian untuk berkontribusi bagi dunia. Melihat para Bodhisatwa daur ulang, saya sungguh menghormati dan mengasihi mereka dari lubuk hati yang terdalam. Saya sungguh kagum dan tersentuh. Sekitar dua bulan yang lalu, saya berkunjung ke posko daur ulang dari wilayah utara hingga selatan Taiwan dan melihat para Bodhisatwa daur ulang bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Mereka tak melakukannya dengan asal-asalan. Mereka memahami filosofi di balik daur ulang. Mereka sungguh bijaksana.

Di mana pun, kita dapat melihat para dosen dari perguruan tinggi mengajak para siswanya ke posko daur ulang untuk mempelajari prinsip pelestarian lingkungan. Para guru dari sekolah dasar dan menengah juga mengajak para siswanya untuk belajar tentang kegiatan daur ulang. Berkat kegiatan ini, banyak siswa tersadarkan. Banyak siswa yang tak mengerti pentingnya hidup hemat. Mereka memiliki banyak keinginan. Saat melihat barang baru milik orang lain, mereka pun menginginkannya dan merasa tak mau kalah. Namun, setelah berkunjung ke posko daur ulang, hati mereka mulai terbuka
 
Mereka mengetahui bahan baku yang diperlukan dan cara pengolahan suatu barang sebelum barang tersebut dapat digunakan. Mereka juga memahami bahwa kegiatan daur ulang dapat melindungi bumi. Posko daur ulang edukatif sungguh mengandung banyak pengetahuan.

Posko daur ulang merupakan ladang pelatihan untuk mengembangkan kebijaksanaan. Di sana juga terdapat banyak kisah yang penuh kehangatan. Contohnya, saat berkunjung ke Yanpu, Pingtung, saya melihat sebuah posko daur ulang yang berada di antara pepohonan. Tak ada bangunan di sana. Para relawan melakukan kegiatan daur ulang di bawah pohon. Saya bertanya kepada mereka, “Bagaimana jika turun hujan?” Mereka menjawab, “Kami akan memakai jas hujan.” Saya kembali bertanya,  “Bagaimana jika turun hujan lebat?” Mereka pun menjawab, “Kami akan berhenti sejenak.”

Tanah dari posko daur ulang ini adalah milik Relawan Chen. Saat istrinya mulai melakukan daur ulang, ia mengalami berbagai kesulitan karena pertama, kesehatan istrinya tak begitu baik. Kedua, suaminya tak mengizinkannya melakukan daur ulang. Setelah mengumpulkan barang daur ulang, ia akan menitipkannya di rumah orang lain. Suaminya sangat marah ketika mengetahuinya dan berkata padanya, “Jika kamu terus melakukan daur ulang, saya akan mematahkan kakimu.” Ia menjawab, “Meski kamu mematahkan kakiku, saya tetap akan melakukan daur ulang.” Keteguhan hatinya telah menyentuh hati suaminya. Suaminya pun berkata, “Daripada kamu menitipkan barang daur ulang di rumah orang lain, lebih baik kita melakukannya di lahan kita.”

Suaminya bercerita pada reporter kita, “Tak ada yang dapat melarangnya, jadi saya hanya bisa membiarkannya. Ini sama sulitnya dengan menghentikan pedati yang berjalan di lereng. Saya tak dapat menghentikannya, kecuali saya mematahkan kakinya. Itu pun kalau saya berani.” Istrinya juga melanjutkan, “Saya berkata padanya bahwa tak ada yang bisa menghentikan saya. Sungguh sulit menggambarkan kondisi saat itu.” Sejak saat itu, ia mulai melakukan daur ulang di bawah pepohonan. Setiap orang melakukannya dengan gembira. Suaminya pun tersentuh dan mulai membantu.
  
Saat melihat ibu Chen membawa banyak kertas Koran, reporter kita bertanya, “Apakah barang daur ulang ini untuk suamimu?” Ibu Chen menjawab, “Ya, untuk ia pilah.” Mendengar itu, reporter kita bertanya kembali, “Anda memberikan pekerjaan untuknya?” Dan dengan senyum, ia menjawab, “Ya. Begini agar ia tidak merasa bosan. Biarlah ia bekerja agak banyak.” Bapak Chen melipat kertas koran dengan rapi. Kita tak akan menyadari bahwa itu adalah tumpukan kertas koran. Saya sungguh kagum dengannya. Ia juga menunjukkan kepada saya tempat dan cara melipat kertas koran.

Ketika saya berkunjung ke posko daur ulang itu, ia juga berada di sana. Ketika saya memuji istrinya, ia mulai menceritakan dedikasi dan kesungguhan hati istrinya. Sungguh sulit dibayangkan betapa ia menentang istrinya melakukan kegiatan daur ulang pada saat itu. Saya sungguh sulit membayangkannya. Pikiran adalah pelopor segala sesuatu. Kini, di posko daur ulang itu mereka dapat saling mendukung. Saat sang istri mengumpulkan kertas koran, ia akan meminta suaminya melipatnya. Kerja sama ini sungguh jarang ditemui.

Ada pula posko daur ulang di Xinfeng, Hsinchu. Saat Relawan Xue mulai melakukan daur ulang, ia menyadari bahwa para relawan tak memiliki tempat untuk melakukan daur ulang. Ia meminta izin kepada ayah dan tiga kakaknya untuk menggunakan lahan milik keluarga mereka. Ayahnya langsung setuju dan mendorong para putranya untuk turut berpartisipasi karena kegiatan tersebut dapat memberi manfaat bagi masyarakat di daerahnya. Ayahnya sendiri pun melakukan daur ulang. Keluarga ini sungguh mengagumkan.

Meski ayahnya telah meninggal, namun mereka bertiga masih sangat bersatu hati. Mereka bertiga menolak ketika ada orang yang ingin membeli lahan tersebut dengan harga puluhan juta dolar NT. Salah seorang putranya menjawab, “Yang kami inginkan bukanlah uang. Kami ingin menginspirasi warga setempat untuk turut melakukan daur ulang. Banyak Bodhisatwa lansia di sini yang berkata, ‘Dengan adanya posko daur ulang ini, kini kami memiliki tempat tujuan ketika ada waktu luang,’.” Kemudian ia juga menambahkan, “Jadi, lahan ini tak ternilai karena di sini terhimpun berkah banyak orang yang mewujudkan cinta kasih dalam tindakan mendaur ulang sumber daya alam. Saya akan terus melakukannya hingga napas terakhir dan akan mewariskannya kepada generasi penerus.” Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Intinya, kegiatan pelestarian lingkungan bertujuan untuk melindungi bumi, mendidik, dan menyucikan hati manusia. Para Bodhisatwa sekalian, kita harus ingat untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesucian hati dan pikiran kita sendiri. Dengan demikian barulah kita dapat sungguh-sungguh menginspirasi orang lain. Ingatlah bahwa semut pun dapat mengangkat sepotong biskuit yang besar. Karena itu, kita semua harus lebih percaya diri.

Diterjemahkan oleh: Lena 
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -