Suara Kasih: Menginspirasi Orang

udul Asli:

 

   Menginspirasi Orang Dengan Penuh Ketulusan

 

Mengikuti pementasan Sutra guna membabarkan Dharma
Semoga orang yang tersesat bisa tersadarkan
Semua orang menyerap Dharma dan memiliki tekad yang kuat
Membimbing semua makhluk tanpa terkecuali
Membimbing semua orang dengan penuh ketulusan

Lihatlah hujan deras yang mengguyur Xian, Provinsi Shaanxi di Tiongkok. Banyak orang terkena dampaknya. Setiap kali melihat bencana terjadi, saya merasa tak tega dan khawatir. Kita juga dapat melihat bencana yang terjadi di Amerika Serikat setengah bulan lalu. Topan Irene mengakibatkan banjir parah di beberapa negara bagian. Daerah yang terkena bagaikan sebuah samudera. Relawan Tzu Chi yang berada di New Jersey segera mempelajari situasi dan setelah genangan air mulai surut, mereka secara bertahap menuju lokasi bencana guna memerhatikan, menyurvei, dan menyalurkan bantuan.

Di antara mereka ada lansia yang hidup sebatang kara juga orang sakit. Kondisi mereka sangat lemah. Insan Tzu Chi pun memberikan perhatian ekstra, dengan membantu membersihkan rumah mereka agar sekelompok lansia yang tak berdaya ini cepat pulih dari trauma akan banjir tersebut dan dapat kembali hidup seperti sedia kala. Selama belasan hari ini, insan Tzu Chi terus menerima permohonan bantuan. Semakin hari semakin banyak permohonan yang masuk. Di sana sungguh banyak lansia yang hidup sebatang kara maupun warga yang menderita penyakit. Melihat apa yang telah mereka lakukan, saya merasa sangat tersentuh dan bersyukur. Saya sangat sedih melihat bencana yang terjadi akibat kondisi iklim yang ekstrem ini. Warga yang tak berdaya dan butuh perhatian ekstra sungguh menderita akibat bencana ini.

Meskipun Amerika Serikat adalah negara maju, namun setelah dilanda berbagai bencana, mereka kini butuh banyak uluran tangan. Ada juga berita yang menghangatkan hati datang dari negara Srilanka. Sejak pascatsunami hingga sekarang, insan Tzu Chi bersumbangsih di negara tersebut dan menginspirasi warganya yang kurang mampu agar mereka saling membantu. Ada sebuah keluarga yang kondisi rumahnya sangat buruk. Seorang ibu harus membesarkan banyak anaknya. Saat hujan turun, mereka sangat kesulitan dan kondisinya sangat tak aman. Sebelumnya, kita berencana membangun rumah kayu untuk mereka. Setelah mengetahui rencana kita, ternyata tetangga, relawan, beserta kerabatnya bersedia membantu keluarga ini. Akhirnya kita pun mengubah rencana awal dan membangunkan rumah bata buat mereka. Semua warga terlibat dalam pembangunan. Hal ini sungguh menghangatkan hati. Inilah yang kita perlukan dalam kehidupan ini.

 

Kemiskinan bukanlah halangan, kita tak takut pada kemiskinan. Yang dikhawatirkan adalah orang-orang tak mau bekerja sama dan saling membantu. Jika semua dapat bersatu hati, saling membantu, dan saling mengasihi, semiskin apa pun, ia pasti punya kekuatan untuk membantu orang lain. Semuanya tergantung hati kita. Kita juga dapat melihat di Taiwan. Taiwan adalah tempat asal Tzu Chi dan ladang pelatihan bagi para Bodhisatwa. Tak peduli di mana pun, kita dapat menemukan insan Tzu Chi.

 

Ada sebuah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang terletak di Chiayi. Karena musim dingin akan segera tiba, Kepala Lapas tersebut pun meminta kepada insan Tzu Chi agar memberikan pakaian hangat agar para napi yang akan segera bebas tidak merasa kedinginan nantinya. Karena itu, insan Tzu Chi pun mengunjungi Lapas tersebut dan membagikan Syair Pertobatan kepada mereka. Bukankah mereka tengah mempraktikkan salah satu dari sepuluh gelar Buddha yang menggambarkan sifat luhur Buddha, yakni “Sugata”. Tak peduli kapan pun dan di mana pun, insan Tzu Chi dapat turut merasakan penderitaan orang lain. Insan Tzu Chi dapat melewati pintu besi Lapas untuk berinteraksi dan berbagi dengan para napi. Setiap orang tak luput dari kesalahan, yang terpenting kita menyadari kesalahan dan mau memperbaikinya.

Karma buruk kita bersumber dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Emosi sesaat membuat kita melukai orang lain. Mereka membagikan ini agar para napi sadar dan lebih berhati-hati lagi dalam bertindak. Semoga setelah bebas nanti, mereka selalu ingat untuk berubah.Inilah harapan kita kepada mereka. Dalam pementasan adaptasi Sutra kali ini, banyak aktor dan aktris yang mengambil bagian. Jalinan jodoh baik telah menginspirasi mereka untuk bergabung dengan Tzu Chi. Selama 6 bulan lamanya mereka bervegetarian dan beberapa di antaranya telah bertekad untuk mengikuti pelatihan relawan. Salah satu dari mereka pernah berperan sebagai seorang dokter. ”Saya berperan sebagai dokter. Peran ini harus dilakoni dengan sungguh-sungguh, namun saya tak merasakan tekanan yang berat karena boleh diulang. Namun dalam melayani pasien yang sesungguhnya, tanggung jawab dan tekanan kami lebih besar,” jawab sang aktor.

 

Kehidupan ini bagaikan panggung sandiwara. Setelah pementasan, para aktor ini sebagian bergabung dengan Tzu Chi dan mendedikasikan dirinya sebagai relawan. Mereka melihat penderitaan di dunia ini dan bersyukur atas berkah yang dimilikinya. Rumah sakit merupakan tempat di mana kita bisa mengetahui tentang Empat Kebenaran Mulia. Mereka jadi lebih memahami kehidupan setelah bersumbangsih di rumah sakit. Kita bisa melihat bocah 5 tahun, Guo Zhanchen, yang begitu montok dan menggemaskan.Ia dibesarkan oleh neneknya.

 

Ia bisa membantu mencuci piring tanpa saya suruh.”Saya ingin membantu nenek,” jawab Guo Zhanchen. “Kenapa ingin membantu nenek?” tanya saya (Master Cheng Yen). “Karena banyak kerjaan dan nenek sangat lelah,” jawabnya. “Apa maksudmu?” tanya saya. “Nenek harus memasak, mencuci sayuran, dan membuat kue dadar telur,” jawab Guo Zhancen. “Ayo ke sini, bilas mangkuk-mangkuk ini, ya,” suruh nenek. “Dulunya, anak saya seumuran ia masih belum bisa membantu. Ia sungguh pengertian,”  jawab nenek.

Neneknya berdagang kecil-kecilan dan keluar dari rumah pukul 4 subuh. Ia bisa bangun dan mengurus dirinya sendiri. Saat neneknya hendak mengantarnya ke sekolah, ia telah siap. Ia sungguh anak yang baik dan penurut. Ketika neneknya juga mengambil bagian dalam pementasan adaptasi Sutra kali ini, ia melihat setiap hari neneknya duduk di depan komputer dan menyanyi sambil memeragakan isyarat tangan. Karena penasaran, ia pun mulai ikut melihat dan memeragakannya. Karena ia belajar dari komputer, gerakannya berbeda dengan gerakan orang dewasa. Meski demikian, ia bisa memperagakan setiap gerakan dengan fasih. Pikirkanlah, jika di kehidupan lampau ia tak menanam benih kebajikan, bagaimana mungkin seorang bocah 5 tahun bisa memiliki kebijaksanaan semacam ini?

”Saya berkata pada ayah bahwa saya ingin ia menjadi insan Tzu Chi,” kata anak itu. “Mengapa?” ”Karena ayah tak bisa berhenti merokok.Saya tak suka ayah merokok,” jawabnya. ”Mengapa? “ “Karena merokok dapat merusak ginjal.” “Apakah relawan Tzu Chi boleh merokok?” “ Tidak boleh,” jawab anak itu tegas. Insan Tzu Chi tak boleh merokok karena bisa membuat napas menjadi bau. Orang berkata, “Belajar dari kehidupan lampau.” Kemungkinan anak ini adalah relawan Tzu Chi yang terlahir kembali. Kita harus meyakini adanya kelahiran kembali. Kelahiran adalah awal dari kematian dan kematian adalah awal dari kelahiran. Siklus kelahiran kembali ini harus kita yakini. Melihat semua itu, saya merasakan adanya sinar harapan. Singkat kata, kita harus lebih bersungguh hati.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -