Suara Kasih: Menginspirasi Semua Orang

Judul Asli:

 

  Menginspirasi Semua Orang Untuk Berbuat Baik

 

Lima Kekeruhan mengakibatkan bencana datang silih berganti
Mendorong orang lain untuk tetap tegar menghadapi cobaan
Menyemangati orang lain agar tidak putus asa
Menghimpun niat baik melalui celengan bambu

Tanggal 15 bulan 10 Imlek lalu adalah bulan purnama. Dalam sebulan ada 2 kali masa pasang air laut. Di Thailand ataupun di beberapa tempat yang dilanda banjir, hal yang paling dikhawatirkan adalah masa pasang air laut. Masa pasang air laut mengakibatkan air banjir surut semakin lambat. Orang yang hidup di lingkungan seperti itu sungguh menderita. Kita juga dapat melihat Pakistan. Warga Pakistan juga mengalami penderitaan yang tak terkira. Saya melihat siaran berita melaporkan bahwa menghadapi kekurangan pangan. Kondisi di sana sungguh tak beda jauh dengan kondisi di Thailand. Saya sungguh tak sampai hati melihat penderitaan mereka.

Selain itu, saya juga melihat siaran berita tentang Turki yang kembali diguncang gempa. Gempa kali ini juga terjadi di Provinsi Van. Korban jiwa akibat gempa bumi tersebut masih belum diketahui. Pikirkanlah, bumi tengah mengirim sinyal darurat sehingga bencana datang silih berganti. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Karena itu, saya terus mengimbau kalian untuk mawas diri dan berhati tulus. Kita sungguh harus berhati tulus. Ketulusan dari sedikit orang saja tidak cukup, kita membutuhkan ketulusan dari semua orang. di berbagai wilayah untuk bersama-sama membangkitkan ketulusan. Dengan demikian, ketulusan hati setiap orang akan dapat menjangkau para Buddha, Delapan Kelompok Makhluk Pelindung Dharma.

Sesungguhnya, para Buddha dan Bodhisatwa sangat tak tega melihat penderitaan umat manusia. Saya sering berbagi tentang kisah masa kecil saya. Saat Perang Dunia ke-2, suatu hari saat dalam perjalanan pulang sekolah, tiba-tiba terdengar suara peringatan. Ini berarti kita harus segera berlindung ke dalam gua dan setiap orang segera berlari ke dalam gua.  

 

Peristiwa itu masih sangat lekat dalam ingatan saya. Saat itu terjadi guncangan yang dahsyat akibat bom yang jatuh. Kejadian itu sungguh menakutkan. Beberapa waktu kemudian, setelah tak ada lagi suara peringatan, orang-orang pun bisa keluar. Ada orang yang berkata, “Mengapa Bodhisatwa Avalokitesvara tak menolong kita? Mengapa tidak mengarahkan bom itu ke laut?” Ada orang yang mengeluh seperti itu.

 

Mendengar hal itu, seorang kakek menatap setiap orang dengan pandangan sedih, lalu berkata, “Kalian jangan berkata tak menolong kita. Apakah kalian tahu Bodhisatwa Avalokitesavara sudah menangis hingga air mata-Nya kering dan meneteskan air mata darah karena kita tak mendengar perkataan-Nya, maka terjadilah bencana seperti ini.” Perkataan kakek itu meninggalkan kesan yang dalam bagi saya. Jadi, kita harus memiliki hati yang tulus.

Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia demi membimbing semua makhluk agar berjalan di arah yang benar. Namun, kita malah berjalan menyimpang. Kemerosotan moralitas mengakibatkan manusia menciptakan karma buruk kolektif. Kini satu-satunya cara kita adalah berdoa dengan hati yang paling tulus. Semoga ketulusan hati kita bisa terdengar para Buddha dan Bodhisatwa. Kita harus mempraktikkan prinsip moralitas dalam kehidupan sehari-hari agar dapat membawa manfaat bagi dunia.

Lihatlah, Sumatera Barat di Indonesia juga dilanda bencana banjir. Banyak rumah yang tergenang air. Setelah mendengar kabar tersebut, insan Tzu Chi segera bergerak membagikan beras, dan minyak goreng. Di mana pun ada insan Tzu Chi, kesempatan orang yang hidup menderita memperoleh pertolongan akan lebih besar. Sesungguhnya, insan Tzu Chi di Indonesia juga telah menggalang Bodhisatwa dunia dan memperluas jaring Bodhisatwa. Dengan demikian, saat terjadi bencana, pembagian bantuan akan lebih cepat tersalurkan. Untuk itu, saya terus mengimbau kita semua untuk memperluas jaringan Bodhisatwa di dunia.  

 

Melihat pola hidup orang masa kini, untuk mengurangi bencana sungguh hal tidak mungkin. Ini karena karma kolektif semua makhluk telah tercipta. Yang bisa kita lakukan adalah meringankan penderitaan semua orang. Untuk itu, kita memerlukan Bodhisatwa dunia. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi Indonesia dan Filipina yang telah membimbing orang berada, dan membantu kaum papa. Selain itu, saat menyalurkan bantuan, insan Tzu Chi juga membimbing orang kurang mampu untuk membantu sesama.

 

Saat pembagian bantuan, insan Tzu Chi juga berbagi tentang kisah celengan bambu agar setiap orang mengetahui bahwa cinta kasih yang mereka terima bermula dari Taiwan. Semangat Tzu Chi berawal dari celengan bambu dan himpunan tetes demi tetes cinta kasih. Insan Tzu Chi juga menyemangati setiap orang agar tidak putus asa dan harus berusaha bangkit kembali.

Setiap orang memiliki kekuatan untuk membantu orang lain. Insan Tzu Chi berbagi dengan mereka untuk membangkitkan cinta kasih. Dengan membantu orang lain berarti kita menanam sebutir benih. Butir-butir benih tersebut dapat tumbuh menjadi tak terhingga. Inilah yang disosialisasikan oleh insan Tzu Chi. Saat menyalurkan bantuan, insan Tzu Chi juga membabarkan Dharma demi membangkitkan cinta kasih setiap orang.

Saudara sekalian, melihat para Bodhisatwa dunia, saya sungguh merasakan kehangatan. Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia untuk membimbing kita agar memahami kebenaran. Kini adalah saatnya bagi kita untuk sadar. Karena itu, setiap orang hendaknya memahami pentingnya menciptakan lingkaran bajik. Untuk itu, kita bisa menggunakan Dharma bagaikan air untuk menjernihkan hati manusia dan menyelaraskan 4 unsur alam. Saat pikiran manusia tersucikan dan harmonis, dunia ini akan damai sentosa maka dunia akan tenteram, dan bencana di dunia juga akan berkurang. empat unsur alam akan selaras, dan bencana di dunia ini akan berkurang. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -