Suara Kasih : Mengintropeksi Diri

 

Judul Asli:

Mengintrospeksi Diri
dan Melenyapkan Kegelapan Batin
 

Berlindung pada Buddha tanpa keraguan
Berhenti menciptakan karma buruk
Mengintrospeksi diri dan melenyapkan kegelapan batin
Memperoleh sukacita melalui sumbangsih di tengah masyarakat

"Apakah mereka semua adalah donatur Anda?" tanya seorang reporter Da Ai TV. "Hampir semua. Dahulu, ini adalah stan saya. Sekitar belasan tahun yang lalu. Di sini. Saat itu dagangan saya sangat laris," jawab relawan Xiu-ying. " Anda berdagang apa saat itu?" tanya reporter itu lagi. "Saya adalah pedagang daging yang profesional," katanya

Lihatlah, Relawan Xiu-ying. Mulanya, ia adalah pedagang daging ayam dan itik/bebek. Suatu hari, ia melihat halaman depan Majalah Tzu Chi yang tertulis, "Mengundang semua insan berhati mulia di dunia untuk bersama-sama menggarap ladang berkah. Dunia Tzu Chi tercipta dari cinta kasih banyak orang." Karena itu, ia mulai membangkitkan cinta kasihnya dan mengumpulkan donasi bagi Tzu Chi.

Karena dagangannya sangat laris, ia enggan menghentikannya. Ia sering bertanya pada diri sendiri apakah perbuatannya itu benar. Namun, ia tetap tak bisa menghentikannya. Suatu hari, saat pedagang di sebelahnya sedang menyembelih ayam, ia mendengar jeritan ayam yang seakan menangis meminta tolong.

"Saat pembeli memintanya untuk menyembelih ayam, saya sungguh mendengar suara ayam yang seakan sedang meminta tolong. Saya pun segera meminta suami saya mendengarnya. Saya berkata, "Cepat dengarkan jeritan ayam itu.' Ia pun mendengarnya. Lalu, saya kembali bertanya, "Apa yang dijeritkan ayam itu?' Ia berkata, "Seperti sedang meminta tolong. Master mengajarkan kita agar tidak membunuh, lebih baik kita ganti pekerjaan', " cerita Xiu-ying.

"Saat baru mulai menjual makanan vegetarian, kami hanya mendapatkan 500 NT dolar (150.000 rupiah) per hari. Saat itu, kehidupan kami sangat minim, tetapi saya sangat bahagia. Mengapa? Karena saya sangat senang mengunjungi penerima bantuan Tzu Chi," Xiu-ying masih terus bercerita. Karena jalinan jodoh ini, mereka tak lagi membunuh hewan dan mulai bergabung dengan Tzu Chi.

Pada saat itu, mereka juga mengalami hal yang memprihatinkan. Karena kondisi kesehatan yang kurang baik, putra dan putri mereka meninggal dalam waktu yang berdekatan. " Tentu saja saya sangat sedih karena kehilangan kedua anak saya. Saya sangat sedih. Meskipun demikian, saya tidak boleh terus menunjukkan kesedihan. Dengan melakukan kegiatan Tzu Chi, saya berharap putra dan putri saya dapat melihat bahwa saya tak lagi bersedih. Saya akan terus menjadi relawan Tzu Chi hingga akhir hayat," katanya. Mereka memahami hukum sebab akibat. Karena menyadari ketidakkekalan hidup, ia harus lebih giat dan bersemangat. Inilah kisah dari Taoyuan.

Di Tainan, ada seorang ibu yang telah berdagang ikan selama 48 tahun. Anak-anaknya yang menganut agama Buddha terus menasihati ibunya agar tak lagi berdagang ikan karena akan menciptakan karma buruk. Namun, karena untungnya sangat banyak, ia enggan menghentikannya. Meski anak-anaknya terus menasihati, ia berkata, "Usaha saya sangat laris. Dari pendapatan inilah saya membesarkan kalian." Karena itu, ia enggan berhenti berdagang. Namun, akibat wabah penyakit SARS tahun 2003 lalu, seorang putrinya terserang demam berkepanjangan. Karena khawatir putrinya dikarantina, mereka membawanya berobat ke klinik kecil dan memohon bantuan dewa. Namun tetap tidak berhasil.

Anak-anaknya memanfaatkan kesempatan ini dan berkata kepada ibunya, "Ibu, jangan berdagang ikan lagi. Berhentilah menciptakan karma buruk demi kebaikan generasi penerus." Ia pun sadar dan berhenti menjual ikan. Kini ia sangat aktif dalam kegiatan daur ulang. "Berdagang ada tekanannya, sedangkan melakukan daur ulang tidak ada. Ketika berdagang, saya khawatir ikannya tidak laku. Sekarang saya tak perlu khawatir lagi. Lakukan saja," kata ibu itu.

Intinya, segala sesuatu dilatarbelakangi oleh jalinan jodoh. Setelah melihat kisah mereka, kita harus lebih bersungguh hati. Untuk menjadi Bodhisatwa, kita harus berikrar luhur. Pada saat upacara pengambilan perlindungan, saya selalu menjelaskan bahwa karena telah berlindung kepada Buddha, kita harus memahami jalan kebenaran dan bertekad mencapai kebuddhaan. Karena telah memutuskan untuk berlindung kepada Buddha, kita harus memiliki keyakinan yang dalam dan tanpa keraguan terhadap Buddha.

Kita sungguh harus bertekad untuk mencapai kebuddhaan dan tidak hanya mencurahkan cinta kasih terhadap keluarga dan teman saja, melainkan terhadap semua orang di dunia. Selain itu, kita harus berikrar luhur. Dengan demikian, barulah kita dapat membimbing orang lain.

Contohnya, Nenek Bi-xia. Karena kondisi kesehatan putranya kurang baik, ia harus sering diantar ke rumah sakit dengan mobil ambulans. Akhirnya, putranya meninggal karena kecelakaan mobil. Meski Nenek Bi-xia sangat sedih, tetapi ia bangkit kembali dengan cepat. Kesedihannya berubah menjadi kekuatan. Ia teringat bahwa putranya telah berulang kali menggunakan mobil ambulans selama masa hidupnya. " Saat penyakit anak saya kambuh, saya harus memanggil mobil ambulans . Dalam waktu 10 tahun ini, ia telah menggunakan mobil ambulans ratusan kali. Jadi, setelah ia meninggal, saya berpikir untuk mendonasikan sebuah ambulans dari uang yang saya dapat," kata Nenek Bi-xia. Selain itu, ia juga turut berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang dengan penuh sukacita.

Nenek Bi-xia telah menjadi teladan bagi cucunya. Tetangga dan orang di sekelilingnya pun sangat mengaguminya. Jadi, ia sungguh telah membimbing orang untuk berjalan bersamanya. Para Bodhisatwa sekalian, kita harus berikrar luhur untuk membimbing orang lain. Bukankah saya sering meminta kalian untuk membantu saya menggalang Bodhisatwa dunia?

Untuk itu, kita harus membuat orang percaya pada kita sebelum kita membimbing mereka menapaki jalan Bodhisatwa. Inilah yang harus kita kerjakan sekarang. Dalam kehidupan di dunia ini, kita harus bekerja keras untuk melindungi bumi dan menjadi penyelamat bagi orang lain. Dalam hidup ini, jika pikiran kita menyimpang sedikit saja, maka kita akan menjadi orang yang egois. Namun, jika berjalan di jalan yang benar, maka kita dapat menapaki jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang.

Kemarin, saya melihat siaran berita bahwa sekitar 100.000 warga Jepang bekerja sama untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Melalui kegiatan tersebut, mereka juga mengintrospeksi diri. Bukankah hal ini sama seperti yang kita lakukan?

Bukankah kita sering berkata agar senantiasa mengintrospeksi diri dan bertobat? Kini mereka tengah mengimbau setiap orang agar bertobat. Bukankah kita juga tengah mengimbau semua orang agar bertobat dan bervegetarian? Kemarin saat menyaksikan berita dari Jepang ini, saya sungguh terkesan dan merasa bahwa saya tidak sendirian.

Bukankah ini yang sering saya katakan kepada kalian bahwa kita harus senantiasa berintrospeksi diri sendiri dan bertobat. Bertobat berarti mengintrospeksi diri. Selain itu, kita juga harus mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bersumbangsih di tengah masyarakat, kita dapat merasakan sukacita. Karena itu, kita harus berusaha melatih diri agar setiap hari diliputi sukacita. Inilah hati yang paling jernih dan murni. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -