Suara Kasih: Mengubah Tabiat Buruk dan Menciptakan Karma Baik Kolektif

 

Judul Asli:

Mengubah Tabiat Buruk dan Menciptakan Karma Baik Kolektif

Melihat berbagai bencana yang terjadi akibat kondisi cuaca yang ekstrem
Mengurangi nafsu keinginan dan senantiasa melindungi bumi
Membantu orang kurang mampu dan menginspirasi orang berada untuk mengembangkan cinta kasih
Membuka hati dan giat mendengar Dharma

Beberapa hari lalu, saya mengulas tentang hujan deras di Amerika Selatan yang mengakibatkan terjadinya tanah longsor di sebuah desa. Hingga sekarang, hujan masih terus turun sehingga di daerah pegunungan masih terus terjadi tanah longsor. Kita juga melihat badai salju yang melanda Jepang dan bencana banjir yang melanda Inggris. Kini beberapa negara bagian di Amerika Serikat juga dilanda badai salju. Ini semua disebabkan oleh ketidakselarasan empat unsur. Baru-baru ini, kita sering mendengar berita tentang terjadinya gempa bumi di berbagai tempat di dunia. Inilah ketidakselarasan unsur tanah. Manusia sungguh harus bertobat karena telah terus mengganggu keselarasan alam. Demi memuaskan nafsu keinginan, manusia terus merusak gunung, sungai, dan tanah. Lihatlah, model terbaru telepon genggam, komputer, dan lain-lain terus diluncurkan. Untuk memproduksi semua itu, manusia merusak bumi dan memboroskan sumber daya alam. Demi meningkatkan perekonomian, manusia terus merusak lingkungan. Demi mengejar tren, mereka terus mengganti barang lama yang masih bisa dipakai, bahkan mengganti barang yang masih baru dengan barang yang modelnya lebih baru.

Orang zaman sekarang terus melakukan tindakan yang dapat menciptakan polusi, merusak lingkungan, dan lain-lain. Sesuangguhnya, untuk bisa hidup aman dan tenteram, lebih baik kita jangan merusak gunung, sungai, dan tanah, juga jangan menciptakan polusi udara. Kita hendaknya menciptakan karma baik kolektif, menghimpun karma baik, jangan karma buruk. Jika semua orang bisa bersama-sama maka dunia akan menjadi indah. Contohnya adalah Indonesia. Tanah longsor yang terjadi akibat hujan deras telah mendatangkan bencana besar bagi Sulawesi Utara. Insan Tzu Chi Indonesia segera terjun ke lokasi bencana untuk membagikan bantuan serta menjalankan program solidaritas dan kerja bakti. Sejak pertengahan hingga akhir Januari, insan Tzu Chi Indonesia berangkat ke sana untuk memberikan bantuan. Mereka baru kembali ke Jakarta pada akhir bulan Januari. Namun, di awal bulan Februari, hujan deras kembali turun. Insan Tzu Chi pun kembali ke lokasi bencana. Mendengar kedatangan insan Tzu Chi, warga setempat sangat berinisiatif untuk mengikuti program kita.

Lihatlah, saat bencana melanda, insan Tzu Chi bukan hanya pergi untuk memberikan bantuan materi. Tidak. Kita selalu sangat bersungguh hati untuk menjalin jodoh baik dengan para korban. Ini yang disebut memperpanjang tali persaudaraan dan memperluas cinta kasih. Melihat mereka begitu teratur, saya sungguh merasa tersentuh. Selain memberikan bantuan, insan Tzu Chi jugamembangkitkan cinta kasih para korban bencana dengan mensosialisasikan semangat celengan bambu serta mengajak mereka untuk berdoa bersama. Selain itu, di Jakarta, Indonesia, hujan yang mengguyur pada awal bulan Februari kembali mengakibatkan banjir.

Insan Tzu Chi Jakarta menyediakan makanan hangat bagi para korban. Mendengar bahwa insan Tzu Chi akan menyediakan makanan hangat, ada warga yang menyumbangkan sayur-sayuran, ada pula warga yang ikut membantu memasak makanan, membungkus bantuan, membagikan bantuan, dan lain-lain.

Lewat misi amal, kita bisa menyebarkan Dharma. Ajaran Buddha mengajarkan tentang sumbangsih penuh cinta kasih. Inilah yang harus kita galakkan. Kita harus saling mengasihi antarsesama. Selama suatu daerah masih bisa dijangkau, kita harus berusaha untuk memberikan bantuan. Kita juga melihat seorang Qingxiushi, Ji Xiu, berkunjung ke Amerika Serikat. Dia memanfaatkan kesempatan pada acara ramah tamah Tahun Baru Imlek untuk berbagi dengan semua orang tentang pengalamannya saat memberikan bantuan di Filipina. Dia berbagi semua yang dia lihat dan dengar di Filipina dengan semua orang. Benar. Kita harus berbagi tentang semua penderitaan dan ketidakkekalan yang kita saksikan. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Buddha telah mengajarkan kepada kita tentang ketidakkekalan, penderitaan, kekosongan, dan lain-lain. Inilah kondisi di dunia ini. Karenanya, kita harus berbagi segala yang kita lihat untuk membangkitkan cinta kasih semua orang serta mendorong mereka untuk mempelajari Dharma.

Kita juga melihatdi Bacang, Melaka, kita mempunyai sebuah tempat pelatihan diri di lantai tiga di sebuah gedung. Sejak bulan Oktober tahun lalu, setiap hari, sebelum matahari terbit, insan Tzu Chi setempat sudah berkumpul untuk mendengar ceramah pagi. Nenek ini menderita sakit tulang, tetapi dia tetap bersikeras untuk mengikuti ceramah pagi. “Sebelumnya, saya pernah terjatuh dan rasanya sakit sekali. Putri saya berkata, “Ibu jangan pergi, istirahat di rumah saja.” Saya bilang, “Saya tetap merasa sakit jika beristirahat di rumah, lebih baik saya pergi mendengar ceramah pagi.” Xie Yue, Relawan Tzu Chi.

Kedua putrinya terus mendampinginya untuk mendengar ceramah pagi setiap hari. Mereka sangat bersemangat untuk mendengar Dharma. Meski usianya telah lanjut, dia tetap bersikeras untuk datang setiap hari. Kita juga telah melihat Nenek Bao-qin di Taiwan yang telah berusia lebih dari 70 tahun. ”Kabarnya beberapa tahun lalu, Anda pernah pulang ke Griya Jing Si untuk menjadi relawan di sana dan berbicara langsung dengan Master,” kata Huang Tian-ming, Pembawa Acara. ”Ya. Master kebetulan keluar mengunjungi proyek pembangunan di sana,” ucap Zhou Feng Bao-qin, Relawan Tzu Chi.

”Apa yang Anda lakukan di sana?” tanya Master ”Saya tengah mengikat baja,” jawab relawan. Master bertanya, “Berapa usia Anda?” ia menjawab, “70 tahun.” Master berkata, “Anda lebih hebat dari saya.” “Anda bisa mengikat baja.” ”Mendengar perkataan itu, saya segera berikrar di dalam hati untuk terus berkontribusi hingga napas terakhir,” kata Zhou feng Bao qin, relawan Tzu Chi.

“Anda lebih hebat dari saya.”Pujian yang saya lontarkan tanpa disadari itu membuatnya merasa sangat senang dan membuatnya terus tekun dan bersemangat. Sekarang, Kakak Bao-qin bisa dibilang telah mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan. Beliau tak hanya menjadi relawan di rumah sakit, dia juga memiliki sebuah ungkapan yang bermakna mendalam. tetapi juga memiliki satu kalimat andalan, Tidur di ruang tidur relawan lebih baik daripada tidur di kamar pasien. Yang dimaksud ruang tidur relawan adalah tempat tidur kita saat menjadi relawan di luar. Itu lebih baik daripada terbaring di ranjang pasien untuk dilayani oleh orang lain. Benar. Melihat para pasien, kita bisa menyadari dan menghargai berkah. Sekarang kita memiliki tubuh yang sehat sehingga bisa menolong orang lain. Beliau mendengar Dharma dengan bersungguh hati. Setiap hari dia mendengar ceramah pagi, ucap Huan Tian-ming, pembawa acara.

Intinya,di samping ikut membantu di Griya Jing Si, dia juga menjadi relawan rumah sakit bersama dengan anggota komite lainnya. Setiap tempat adalah ladang pelatihan baginya. Dia melatih diri setiap hari. Intinya, dalam hidup ini, jika kita bisa melatih diri setiap hari, maka ladang pelatihan batin kita akan semakin agung. Jika kita tidak demikian, maka batin kita akan menjadi kacau. Intinya, kita harus memperhatikan segala peristiwa yang terjadi di dunia. Dengan memperhatikan segala sesuatu di dunia, barulah kita dapat benar-benar memahami kebenaran yang telah Buddha sadari. Oleh karena itu, kita jangan hanya memperhatikan keluarga sendiri dan karier kita sendiri. Kita hendaknya menjaga pelatihan diri dengan baik.

Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus berjalan di jalan hidup yang benar. Dengan berjalan di jalan hidup yang benar, barulah kita bisa terhubung dengan Jalan Bodhisatwa. Jadi, untuk meneladani Buddha, kita harus terlebih dahulu belajar menjadi orang baik. Untuk menjadi orang yang baik, kita harus memahami kebenaran hidup. Baiklah. Melihat begitu banyak bencana yang terjadi di dunia, saya sungguh merasa tidak sampai hati. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan berdoa dengan tulus bagi semua orang. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -