Suara Kasih: Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek melalui Telekonferensi

 

Judul Asli:

Mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek melalui Telekonferensi

Tidak ada perbedaan jarak dalam mengucapkan Tahun Baru Imlek melalui telekonferensi
Insan Tzu Chi kembali ke Hualien untuk merayakan Tahun Baru Imlek
Lampion terbang dan kembang api bisa membawa bencana
Memiliki tekad yang sama untuk mengimbau pengurangan emisi karbon

Hari ini adalah hari keenam Tahun Baru Imlek. Beberapa waktu ini, saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi dari seluruh dunia yang kembali ke kampung halaman batin. Saya juga berterima kasih kepada insan Tzu Chi Taiwan yang kembali ke Griya Jing Si lebih awal untuk melakukan persiapan menyambut kedatangan  insan Tzu Chi dari luar negeri. Semua orang merasa sangat bersukacita. Beberapa hari ini, banyak relawan mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada saya melalui telekonferensi. Setelah dijumlahkan, ada sebanyak 10.456 relawan dari 10 negara yang tersebar di 45 titik mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada saya melalui telekonferensi. Jika mereka semua kembali ke Hualien, maka jumlah biaya transportasi yang dibutuhkan mendekati 100 juta dolar NT (Rp 40 miliar). Dari sini terlihat bahwa jika uang tersebut dihemat, maka dapat digunakan untuk melakukan banyak hal bajik. Karena itu, mereka tetap tinggal di negara mereka.

Kita harus berterima kasih kepada teknologi masa kini. Berkat kemajuan teknologi, tanpa perlu berpindah tempat dan tetap berada di Taiwan saya sudah bisa berkeliling ke 10 negara serta melihat insan Tzu Chi yang tersebar di 45 kantor cabang dan perwakilan. Tanpa harus meninggalkan tempat tinggal mereka, mereka juga sudah bisa datang ke Taiwan. Sungguh tidak ada perbedaan waktu sama sekali. Ketika mereka berbicara, saya dapat menjawab mereka. Saya dapat melihat mereka dan mereka juga dapat melihat saya. Sungguh terasa dekat. Saya merasa sangat senang. Meski saya tidak pernah ke luar negeri, tetapi saya dapat berkeliling dunia setiap hari. Saya sangat gembira melihat semua murid saya di luar negeri mengembangkan kekuatan Bodhisatwa dunia.

Lihatlah insan Tzu Chi di Jepang. Bulan depan, Jepang akan memperingati 3 tahun pascagempa yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011. Karena itu, dua minggu lalu insan Tzu Chi kembali mengunjungi para korban bencana gempa. Banyak lansia menganggap insan Tzu Chi  yang bersumbangsih tanpa pamrih sebagai anak sendiri. Ketika melihat kedatangan insan Tzu Chi, mereka sangat tersentuh dan gembira. “Dua jam pascagempa, Tzu Chi memutuskan untuk membantu Jepang dan segera mendirikan pusat koordinasi bantuan bencana. Sejak saat itu, Tzu Chi terus membantu kami hingga kini,” ujar Prefektur Miyagi, warga Jepang. “Tzu Chi sungguh luar biasa.

Insan Tzu Chi sekalian, kalian memberikan bantuan materi dan dukungan batin kepada warga di timur laut Jepang. Saya mewakili Wali Kota mengucapkan terima kasih kepada kalian,” ucap Yukichi Onuma, Wakil wali kota Higashimatsushima.

Semua orang di dunia ini adalah satu keluarga. Insan Tzu Chi mengunjungi warga, berbagi kegembiraan Tahun Baru Imlek dengan mereka, dan mengajak mereka untuk berdoa bersama. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di Jepang dalam rangka merayakan Tahun Baru Imlek. Sementara itu, para anggota Tzu Ching di Australia juga memanfaatkan liburan Tahun Baru Imlek untuk bersama insan Tzu Chi menyosialisasikan daur ulang. Mereka mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk menarik perhatian anak-anak. Terhadap masyarakat umum, mereka mengimbau dengan hati yang tulus. Demi melindungi bumi dan menyosialisasikan prinsip pelestarian lingkungan, para muda-mudi Tzu Chi itu mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Mereka memanfaatkan setiap waktu untuk menyosialisasikan hal yang bermanfaat bagi bumi dan manusia.

Melihat sekelompok Bodhisatwa ini, saya merasa sangat tersentuh. Namun, pikirkanlah kembali bagaimana masyarakat Taiwan merayakan Tahun Baru Imlek ini. Melalui berita, kita bisa melihat banyak orang yang melepaskan lampion terbang. Saya sering mengimbau untuk tidak melepaskan lampion terbang. Melihatnya, saya sungguh merasa tak berdaya.

Mengapa manusia harus bermain api seperti itu? Dalam kehidupan manusia masa kini, bukankah kita sering bermain dengan api? Meski tahu berbahaya, tetapi kita tetap melakukannya demi kesenangan sesaat. Meski lampion terbang hanya melayang selama beberapa detik di langit, tetapi ia dapat membawa bahaya besar. Namun, manusia selalu hidup dalam ketidaktahuan dan terus mengulanginya setiap tahun.

Yang lebih buruk adalah memasang kembang api. Pertunjukan kembang api tidak hanya memboroskan uang, tetapi juga mencemari udara. Menurut laporan berita beberapa hari lalu, asap petasan yang menyelimuti langit Tiongkok telah terbawa angin hingga ke Jepang. Media massa Jepang menyatakan bahwa asap petasan dari Tiongkok yang mencemari langit Jepang ini setidaknya membutuhkan waktu 10 hari untuk menghilang. Meski pemerintah Tiongkok berupaya mengimbau  dan melarang kembang api serta petasan, tetapi warga setempat tidak menggubrisnya. Bukankah begitu pula dengan di Taiwan? Ini sungguh membuat orang merasa tak berdaya.

Manusia hidup dalam ketersesatan dan kegelapan batin. Jika uang yang diboroskan ini dikumpulkan, maka dapat digunakan untuk membantu banyak orang. Seperti yang tadi saya ungkit mengenai ucapan selamat Tahun Baru Imlek. Jika semua insan Tzu Chi dari 10 negara yang tersebar di lebih dari 40 titik kembali ke Taiwan, maka memerlukan biaya transportasi sekitar 100 juta dolar NT. Jadi, mereka sudah menghemat uang ini. Insan Tzu Chi sangat giat mewariskan Dharma. Mereka berkata kepada saya bahwa mereka mendengar ceramah pagi setiap hari. Mereka sangat giat melatih diri, membangun tekad dan membangkitkan ikrar luhur untuk berkontribusi bagi sesama dan masyarakat. Lebih dari 10.000 orang  memiliki hati dan tekad yang sama. Meski tersebar di berbagai tempat yang jauh, tetapi mereka memiliki kesatuan tekad untuk memberi manfaat bagi dunia. Baik Bodhisatwa lansia maupun muda, semuanya memiliki ikrar yang sama. Meski berada jauh dari saya, mereka juga dapat berkumpul dengan saya dan menghemat biaya perjalanan. Selain menghemat uang, mereka juga mencegah bertambahnya emisi karbon. Ini adalah sesuatu yang baik. Saya pun tetap dapat menerima ucapan mereka. Dengan demikian, hati kita semua saling bertautan dan bersama-sama menuju Jalan Bodhi. Kesatuan hati ini sungguh indah. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -