Suara Kasih: Mengurangi Emisi Karbon dan Menyebarkan Cinta Kasih


Debu pasir mengakibatkan polusi udara yang serius
Hasil panen yang buruk mengakibatkan bencana kelaparan
Janganlah membakar kertas sembahyang demi terciptanya karma baik kolektif
Menyebarkan cinta kasih dan melenyapkan penyakit batin 

Lihatlah debu dan pasir tebal yang menyelimuti beberapa tempat di Eropa. Ini menunjukkan udara di sana sangat tidak sehat. Contohnya, di Inggris, pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan bagi warga yang menderita gangguan saluran pernapasan, paru-paru, dll. Setiap orang sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menyayangi diri sendiri, menghormati langit, dan mengasihi bumi. Kita jangan menciptakan polusi lagi. Untuk itu, kita harus bertindak secara nyata dan lebih berintrospeksi diri.

Kita juga bisa melihat wilayah barat laut di Haiti. Sudah berbulan-bulan hujan tidak turun di sana. Akibatnya, tanaman pangan tidak bisa bertumbuh. Kini, sekitar 1,5 juta warga di sana menghadapi masalah kekurangan pangan. Kita bisa melihat warga di sana menderita kelaparan dan kekeringan. Mulanya, kehidupan warga di sana sudah sangat kekurangan. Kini ditambah dengan kondisi iklim yang tidak selaras sehingga menyebabkan  tanaman pangan tidak bisa bertumbuh. Warga di sana tidak tahu harus bagaimana.

Sementara itu, selama lebih dari sebulan ini, Malaysia juga dilanda kekeringan. Ini telah menyebabkan kebakaran hutan di beberapa tempat.  Banyak organisasi Buddhis setempat yang mengimbau warga agar mengurangi pembakaran kertas sembahyang di Hari Cengbeng. Sesungguhnya, selama bertahun-tahun ini, Tzu Chi terus mengimbau setiap orang untuk tidak membakar kertas sembahyang. Membakar kertas sembahyang sama sekali tidak bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal, malah bisa menciptakan polusi udara. Dengan memiliki keyakinan yang benar, kita akan tahu bahwa kita sungguh tidak perlu membakar kertas sembahyang. Namun, kita tetap perlu berziarah ke makam untuk mengenang kebajikan leluhur kita.

Kita perlu membersihkan makam agar tidak tumbuh rumput liar dan rumput kering tidak berserakan di tanah karena itu sangatlah berbahaya. Kita juga bisa melihat kebakaran hutan di Meksiko. Sungguh, seberapa besar bumi kita ini? Namun, kita bisa melihat di berbagai tempat di dunia terjadi bencana kebakaran hutan, bencana kekeringan, dan bencana kelaparan.

Lebih dari 2.000 tahun lalu, Buddha telah memprediksi bahwa di masa depan atau tepatnya di zaman kita sekarang ini, dunia akan diliputi oleh Lima Kekeruhan. Kekuatan karma buruk kolektif manusia telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana di dunia. Lihatlah badai pasir di Xinjiang, Tiongkok. Bukankah itu sama seperti kondisi batin manusia pada zaman sekarang? Batin manusia telah tertutup oleh debu yang tebal. Kegelapan batin telah menutupi sifat hakiki setiap orang yang jernih dan murni sehingga menyebabkan pikiran kita tercemar. Selain itu hati manusia dipenuhi noda batin. Saat api noda batin tersulut, maka manusia akan berpandangan keliru serta tidak bisa membedakan yang benar dan salah. Akibatnya, antarsesama manusia tidak bisa hidup berdampingan dengan damai.

Melihat kondisi di Suriah, kita dapat memetik banyak pelajaran. Kita dapat melihat laporan berita bahwa kini pengungsi dari Suriah yang mengungsikan diri ke Lebanon telah mancapai 1 juta orang. Selain itu, konflik di Suriah telah mengakibatkan lebih dari 150.000 orang meninggal dan jutaan orang mengungsi ke negara lain. Jadi, bolehkah kita tidak menyelaraskan pikiran? Melihat kondisi pengungsi Suriah, saya sungguh merasa tak sampai hati. Suriah hanyalah satu satu contoh bagi kita.

Namun, kita juga bisa melihat suasana yang menghangatkan dan kebaikan hati manusia. Di Brisbane, Australia, insan Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan bagi para pengungsi dan tunawisma. Inilah kekuatan cinta kasih. Jika di setiap negara terdapat Bodhisattva dunia yang menebarkan benih cinta kasih, maka ketika benih-benih itu bertumbuh, secara alami di sana akan muncul Bodhisattva dunia. Dengan demikian, orang yang menderita bisa mendapatkan bantuan. Inilah yang harus kita lakukan.

Kita juga bisa melihat penderitaan hidup manusia. Di Quanzhou, Fujian, ada seorang anak muda berumur 23 tahun. Di usia muda, dia telah menderita 4 jenis penyakit, yakni penyakit aritmia jantung, penyakit katup jantung, peradangan sendi kronis, dan peradangan pada tulang belakang. Menderita salah satu penyakit saja sudah membawa derita yang tak terkira. Namun, dia menderita 4 jenis penyakit itu sekaligus. Kini, seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia merasa sangat putus asa dan selalu berkeluh kesah. Setiap hari, dia melampiaskan kekesalan kepada sang ibu. Sang ibu juga harus bersusah payah untuk menjaganya.

Setelah mendapati kasus ini, insan Tzu Chi pergi ke rumahnya untuk memberi bimbingan batin kepadanya serta membantu memasang saluran Da Ai TV untuk ditonton olehnya. Insan Tzu Chi sering berbagi prinsip kebenaran dengannya, mendampingi dia pergi berobat, dll. Anak ini pun mulai mengenal Tzu Chi. Meski insan Tzu Chi tidak dapat mengubah kondisi fisiknya, tetapi mereka dapat mengubah kondisi batin anak itu. Setelah menonton Da Ai TV, anak itu menyadari bahwa bukan hanya dia yang menderita. Di dunia ini, selain ada banyak orang yang menderita penyakit serius, orang yang menderita cacat juga tidak sedikit.

Selain itu, dia juga bisa melihat kondisi masyarakat dan dunia yang kacau.  Jadi, ada banyak penderitaan dalam hidup ini. Kita jangan mengeluh bahwa kita hidup menderita. Kita harus menyadari berkah yang dimiliki setelah melihat penderitaan orang lain. Kita bisa melihat siswa di SD Tzu Chi. Mereka juga mendukung semangat celengan bambu. Mereka juga mementaskan drama singkat untuk menginspirasi cinta kasih orang lain dan menggalang dana untuk membantu orang yang membutuhkan.

Ada pula seorang anak yang duduk di bangku kelas 1 SD. Dia bisa melukis di atas kartu pos dari buku cerita yang dibacanya, lalu menjualnya untuk bazar amal. Semoga anak-anak korban bencana Haiyan dapat tumbuh dengan sehat. Selain di Hualien dan Tainan, anak-anak di berbagai sekolah juga mulai menyumbangkan tenaga mereka untuk membantu anak-anak lain yang membutuhkan. Melihat kontribusi dari anak-anak, sebagai orang dewasa kita harus lebih bisa memahami bahwa masyarakat ini membutuhkan perhatian dari semua orang.

Kita harus bisa menstabilkan pikiran manusia, menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis, dan mengimbau setiap orang agar menjalani hidup dengan lebih hemat. Semua ini bisa kita lakukan dalam keseharian untuk membantu mengurangi dampak buruk akibat perubahan kondisi iklim yang ekstrem serta membantu menstabilkan kondisi iklim agar kembali normal dan bersahabat. Semua ini bergantung pada keselarasan pikiran manusia.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -