Suara Kasih : Menjadi Teladan Nyata

.
 

Judul Asli:

 

 Membimbing Anak-Anak dengan Menjadi Teladan Nyata

      

Membabarkan Dharma dengan suara yang lantang
Cinta kasih tanpa batas terukir di dalam hati
Para guru dan siswa bersama-sama merasakan sukacita dalam Dharma
Membimbing anak-anak dengan menjadi teladan nyata

Kita telah melihat tayangan tentang Cile. Sungguh membuat orang sedih melihatnya. Ini semua akibat ketidakselarasan unsur air. Kita juga dapat melihat Afganistan. Beberapa waktu lalu,  Afganistan dilanda bencana kekeringan dan badai salju. Kini bencana akibat ulah manusia juga mendatangkan tragedi di sana. Entah kapan dunia ini baru dapat damai dan harmonis?

Dalam hubungan antarsesama, kita hendaknya saling mengasihi. Kita harus senantiasa menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Bagaimana caranya kita membimbing orang yang mampu untuk menolong sesama? Kita harus memiliki cara.

Beberapa hari ini, David D’Or kembali menggelar konser di New York sebanyak beberapa kali. Dia mengadakan konser demi menggalang dana bagi Tzu Chi dan menyucikan batin manusia. Dalam acara konser di New York kali ini,  dia juga mensosialisasikan pola makan cukup 80 persen kenyang dan menggunakan 20 persennya untuk membantu orang lain. Kita dapat melihat banyak orang yang terinspirasi. Jadi, kita harus menggunakan cara untuk menginspirasi orang lain. Saat setiap orang terinspirasi, hati mereka juga akan tergerak untuk melakukan kebajikan.

Saya sungguh bersyukur karena David D’Or telah menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi. Dia berkata bahwa asalkan saya meminta, dia akan bersedia melakukannya. “Saya sangat mengasihi Master Cheng Yen dan saya merasa kita harus mewariskan ajaran Beliau kepada semua orang di dunia ini,” ujar David D’Or. David D’Or tak hanya bernyanyi sendiri, namun juga diiringi sekelompok grup musik. Mereka berkolaborasi dengan sangat baik.

Di dunia ini,untuk menginspirasi orang di negara makmur, inilah cara yang harus kita gunakan. Sungguh,misi budaya humanis bertujuan untuk menyucikan batin manusia. Bukankah ini yang kita lakukan selama beberapa hari yang lalu?

Sejak tanggal 8 Maret lalu, Tzu Chi mengadakan pementasan adaptasi Sutra di Hualien. seluruh staf misi kesehatan dan insan Tzu Chi dari Taiwan bagian timur yang telah berpartisipasi  dalam mementaskan dua sesi pertama. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Dua sesi berikutnya dipentaskan pada tanggal 10 dan 11 Maret oleh para staf dari misi pendidikan, para siswa Sekolah Tzu Chi, dan para orang tua murid. Mereka semua berjumlah 1.080 orang. Jumlah partisipan dari misi kesehatan dan misi pendidikan seluruhnya mencapai 2.160 orang.

 

Pementasan yang dibawakan oleh misi pendidikan sungguh menyentuh hati banyak orang. Para guru dan kepala sekolah dari sekolah menengah dan SD Tzu Chi di Tainan, para siswa dan staf dari Universitas dan Institut Teknologi Tzu Chi, serta siswa sekolah menengah dan siswa SD dari Sekolah Tzu Chi di Hualien bekerja sama untuk mengadakan pementasan.

Pementasan yang mereka bawakan sungguh penuh semangat anak muda. Mereka mementaskannya dengan sangat indah. Kita juga dapat melihat siswa SD yang bernyanyi dengan suara lantang. Mereka menyanyikan setiap lirik dengan suara lantang dan jernih. Suasananya sungguh khidmat.

Pada saat penutupan, kita dapat mendengar mereka bernyanyi, “Pendidikan mencerahkan jiwa kebijaksanaan, pendidikan mencerahkan masyarakat, pendidikan mencerahkan dunia.” Inilah pendidikan yang penuh dengan harapan dan cara kita dalam mendidik anak-anak. Saya sunguh berterima kasih. Pada pementasan kali ini, kita sungguh dapat melihat  kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Para guru mendidik dengan kesungguhan hati dan para siswa juga belajar dengan sungguh-sungguh.

Setiap orang memiliki batin yang murni dan tulus. Meski makna Sutra sangat dalam, mereka telah menyerapnya ke dalam hati. “Setelah berpartisipasi dalam pementasan, akhirnya saya memahami hukum karma. akhirnya saya memahami hukum sebab akibat. Jika tidak belajar, prestasi saya juga akan buruk. Setelah memahami ini, saya mulai giat belajar sehingga prestasi saya pun meningkat secara perlahan-lahan. Prestasi saya meningkat dari peringkat 22 hingga menjadi peringkat 7. Akan tetapi, suatu kali saya mendapat nilai 100  dan mulai menjadi sombong. Karenanya, saya tidak lagi giat belajar sehingga prestasi mulai menurun. Jadi, saya harus giat belajar dan tidak membangkitkan kesombongan seperti lirik Sutra yang berbunyi, ’Bertekad mematahkan kesombongan, menaati sila, melatih kesabaran,  dan menjunjung kerendahan hati’,” ujar seorang murid.

Para guru mendidik para siswa lewat tindakan nyata serta memberikan perumpamaan agar anak-anak memahami cara menghormati kehidupan. Para guru menggunakan  anak ayam dan induk ayam sebagai perumpamaan. Jika kita makan daging anak ayam, induk ayam akan merasa sedih. Para guru memberikan perumpamaan seperti ini agar anak-anak dapat memahami pentingnya melindungi kehidupan. Karena itu, banyak siswa yang bersedia mengikuti pementasan adaptasi Sutra dan bervegetarian.

“Setelah mengikuti pementasan adaptasi Sutra, dia banyak berubah dan berinisiatif untuk bervegetarian. Awalnya, saya berpikir bahwa dia tak mungkin bisa bervegetarian. Setiap kali pulang dari sekolah, dia selalu ingin makan paha ayam. Bagaimana mungkin dia bisa bervegetarian? Akan tetapi, kini tekadnya sungguh kokoh. Dia telah bervegetarian selama lebih dari 2 bulan. Tekadnya untuk bervegetarian sangat teguh,” ucap sang nenek.

 

Kini dia sangat menghormati kehidupan dan bersyukur atas budi luhur orang tua. Terlebih lagi, karena tinggal bersama neneknya, dia mengerti untuk berbakti dan tak membantah perkataan neneknya. Setelah bervegetarian, temperamennya pun menjadi lebih baik. Sikapnya terhadap nenek pun berubah baik. Kini dia sangat patuh pada neneknya. Jadi, anak-anak bisa dibimbing dengan sebaik mungkin agar pola pikir mereka selalu berjalan sesuai kebenaran.

Bodhisatwa sekalian, anak kecil saja bisa mempraktikkan hal yang mereka pelajari, bagaimana dengan kita? Jika dibandingkan dengan mereka, kita sungguh harus lebih giat. Anak-anak pada dasarnya memiliki hati yang polos dan bebas dari noda batin.

Selama puluhan tahun,pada kehidupan ini saja, noda batin kita sudah semakin tebal. Batin kita terus terpengaruh kondisi duniawi, entah sudah seberapa parah. Akibatnya, kita diliputi noda batin. Beberapa hari lalu, kepala sekolah dan para guru dari Sekolah Tzu Chi di Tainan yang berjumlah sekitar 50 orang kembali ke Griya Jing Si untuk berbagi rasa sukacita mereka setelah berpartisipasi dalam persamuhan Dharma. Mereka semua merasakan sukacita dalam Dharma. Inilah yang terjadi di Taiwan.

Demikian pula dengan SD Tzu Chi di Chiangmai. Pada tanggal 2 Maret lalu, mereka mengadakan upacara kelulusan. Pada saat upacara kelulusan, mereka juga mengungkapkan rasa syukur para guru dan orang tua. Mereka juga mengadakan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Ini membuat mereka lebih memahami bahwa penderitaan ibu ketika mengandung amat besar, namun setelah tumbuh dewasa, anak-anak malah berjalan menyimpang dan tidak berbakti.

Setelah mementaskan adaptasi Sutra tersebut, mereka sadar bahwa mereka harus bertobat dan bersyukur atas budi luhur orang tua. Mereka memahami bahwa jika berjalan menyimpang,mereka sendirilah yang akan menderita. Mereka telah memahami hal tersebut. Upacara kelulusan tersebut berbeda dengan upacara kelulusan lainnya. Karena itu, saya sangat berterima kasih kepada para staf dari Sekolah Tzu Chi yang telah bersungguh hati dalam membimbing anak-anak. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 
 
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -