Suara Kasih: Menjaga Hati

Judul Asli:

 

Menjaga Hati dan Melindungi Bumi

 

Sungguh banyak penderitaan di dunia
Menghindari Lima Karma Celaka
Bertobat dan mempraktikkan Dharma
Menjaga hati dan melindungi bumi

Penderitaan di dunia sungguh tak terkira. Sebuah panti asuhan di Selangor, Malaysia tertimpa bencana. Anak-anak ini sungguh bernasib malang. Anak-anak yatim piatu ini tinggal di panti asuhan karena kondisi keluarganya yang memprihatinkan. Akibat bencana tanah longsor, anak-anak yang masih kecil ini pun tewas.

Bencana juga menimpa seorang anak dari keluarga berada. Di Vietnam, untuk merayakan ultah putranya yang ke-3, seorang pengusaha mengundang para kerabatnya untuk berpesiar di Sungai Saigon. Tak disangka, musibah terjadi. Kapal yang mereka tumpangi terbalik dan 16 orang tewas akibat kecelakaan ini. Sang ayah sangat bersedih karena seluruh anggota keluarganya juga tewas. Kini, tinggallah ia sendiri. Di dunia ini, orang hidup serba minim karena karma buruk yang mereka perbuat di kehidupan lampau. Orang berada yang tak menghargai berkah juga akan tertimpa bencana. Inilah hukum karma dan semua karma berawal dari sebersit niat.

Beberapa hari ini saya terus berbagi tentang 3 perbuatan salah oleh tubuh, 4 perbuatan salah oleh mulut, dan 3 perbuatan salah oleh pikiran. Inilah yang disebut 10 perbuatan salah. Kesepuluh perbuatan salah ini sering kita temukan di masyarakat. Dari sinilah tercipta karma buruk kolektif. Semuanya bersumber dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Saat niat buruk timbul dalam hati, orang akan menciptakan karma buruk. Sesungguhnya, hati mereka juga tak tenang. Mereka bagaikan hidup di neraka dan merasa tak bahagia. Karena itulah, kita sungguh harus menjaga hati sebaik mungkin. Kita harus segera merefleksi diri dan tak lagi berpikir, berkata, dan bertindak salah. Dengan begitu, karma buruk kita akan berkurang.

 

Belakangan ini kita terus mengulas tentang pertobatan. Kita sungguh harus bertobat atas karma buruk yang kita ciptakan karena ketidaktahuan. Kita harus dengan sukarela menerima konsekuensi dari karma buruk kita serta giat menciptakan karma baik dan menjalin jodoh yang baik. Kita juga harus lebih banyak menciptakan berkah dan mengembangkan kebijaksanaan. Janganlah kita terjerumus lagi dalam kesalahan. Kita harus melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan dengan mendengar dan mempraktikkan Dharma.

Saat ini, semua orang harus bertobat sepenuh hati. Semua orang memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Hanya saja kita berjalan menyimpang karena terjerat nafsu keinginan duniawi sehingga menimbulkan banyak kekotoran batin. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus segera menilik hati sendiri, sadar, dan mengintrospeksi diri. Tanyalah kepada diri sendiri apakah kita pernah berperilaku buruk, melontarkan kata-kata kasar, atau timbul niat jahat terhadap orang lain. Kita harus senantiasa mengintrospeksi diri. Inilah yang disebut mengamati hakikat diri. Jika terdapat noda batin, segeralah lenyapkan dengan air Dharma. Bertobat berarti membersihkan hati dari noda batin.

Beberapa hari lalu, lebih dari 500 relawan berpartisipasi dalam pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi. Mereka hanyalah sebagian kecil dari partisipan yang akan terlibat dalam pementasan di Taipei. Total jumlah partisipan pementasan tahun ini lebih dari 22.000 orang. Seluruh partisipan harus bervegetarian minimal 108 hari. Selain bervegetarian, mereka juga harus merefleksi diri dan bertobat.Bertobat berarti memurnikan hati. Kita harus bertobat atas kesalahan di masa lalu dan mulai menjalin jodoh baik dengan semua orang.

Dengan demikian, bukankah setiap hari semua orang dapat merasakan sukacita dan berinteraksi dengan harmonis? Kita akan hidup dengan damai setiap hari. Saya yakin mereka semua memiliki hati yang tulus. Inilah Dharma. Janganlah berhenti melatih diri. Tetaplah berpegang teguh pada tekad. Setelah bertekad dan yakin bahwa jalan kita adalah benar, giatlah melatih diri. Para partisipan pementasan yang ingin menyelami Dharma sepenuh hati harus bertobat, melakukan kebajikan, dan mempraktikkan Dharma dalam kehidupan keseharian. Selain itu, mereka juga harus menjaga hati sebaik mungkin dan melindungi bumi ini.

Kita dapat melihat bahwa empat unsur alam tengah tak selaras. India dilanda gelombang panas. Badai pasir dan hujan badai juga membuat warganya menderita. Di Tiongkok juga demikian. Kondisi iklim setempat sangat tak stabil. Provinsi Hubei dilanda kekeringan sehingga lebih dari seribu waduk tak dapat berfungsi. Bahkan Danau Dongting pun mengering. Para warga mengalami kesulitan mendapatkan air dan bahan pangan pun tak dapat bertumbuh.

Daerah Guangxi dilanda kemarau panjang. Sekalinya hujan turun, tanah longsor pun terjadi. Lihatlah, saat kemarau melanda, mereka kekurangan air. Saat hujan datang, bencana pun terjadi. Hal ini sungguh menakutkan. Di Mongolia dalam, salju turun pada bulan Mei yang tak pernah terjadi sebelumnya. Tebalnya salju telah mencapai 15 cm. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Kondisi iklim sangat tak stabil dan manusia menderita karenanya. Bencana yang terjadi silih berganti adalah peringatan dari alam kepada manusia. Tidakkah kita sadar akan peringatan ini?

Kita sungguh harus waspada dan sadar. Janganlah demi kesenangan sesaat, timbul niat buruk dalam hati. Tak hanya kita sendiri yang menerima akibatnya. Jika semua orang terbelenggu ketamakan, kebencian, dan kebodohan, maka akan tercipta karma buruk kolektif. Semua orang di dunia ini adalah satu keluarga. Setiap orang harus memulai dari diri sendiri karena setiap individu memiliki kemampuan untuk menyelamatkan bumi. Jika semua orang yang memiliki hati Buddha berhimpun menjadi satu, bukankah dunia ini akan menjadi Tanah Suci (tempat tujuan para bijaksana -red)? Keharmonisan dalam masyarakat hanya dapat diciptakan oleh manusia itu sendiri. Dunia yang tanpa bencana tercipta dari karma baik kolektif semua orang. Singkat kata, lihatlah apa yang tengah terjadi dunia ini dan introspeksilah diri sendiri.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -