Suara Kasih: Menjaga Kemurnian Pikiran di Dunia yang Penuh Lima Kekeruhan

 

Judul Asli:

Menjaga Kemurnian Pikiran di Dunia yang Penuh Lima Kekeruhan

Menggenggam dan mempertahankan niat baik yang muncul pada detik ini
Berbagi ajaran baik dan pandangan benar
Memberikan bantuan kepada para pengungsi tanpa bermalas-malasan
Menjaga kemurnian pikiran di tengah dunia yang penuh Lima Kekeruhan

 

Satu niat yang muncul pada satu detik ini bisa menentukan seluruh hidup kita. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah terulang kembali. Sepanjang hidup ini, sesungguhnya detik keberapakah yang membuat hidup kita berubah? Pada detik keberapa kita membangun ikrar dan tekad luhur? Saya selalu bersyukur atas detik yang memengaruhi seumur hidup saya ini. Jika bukan karena tekad yang saya bangkitkan pada detik itu, saya rasa hari ini tidak akan ada begitu banyak orang duduk di hadapan saya, hari ini saya tidak akan dapat mendengar berbagai hal yang terjadi di dunia. Jadi, satu niat yang muncul pada satu detik ini bisa menentukan arah seumur hidup kita.

Kita dapat mendengar Kakak Yang Qian-lun berbagi bahwa dia juga memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi saat sebersit niat muncul di dalam pikirannya. Dia menjadi guru yang mengajarkan Kata Renungan Jing Si di sekolah. “Saya berusaha berbagi ajaran Master agar ia bisa mengakar di dalam diri anak-anak sedari kecil. Meski sudah pensiun, saya tetap harus memikul lebih banyak tanggung jawab. Saya berharap bisa mensosialisasikan Kata Renungan Jing Si ke lebih banyak sekolah,”ucapnya.

Kata Renungan Jing Si adalah ajaran baik. Jika anak-anak bisa menerapkan ajaran baik, maka mereka akan memiliki arah hidup yang baik. Ini juga merupakan bentuk pendidikan. Intinya, saat niat baik terbangkitkan pada satu detik ini, maka kita tergerak untuk berbuat baik. Kita harus mempertahankan niat baik yang muncul pada detik ini hingga selamanya. Karena itu, saya sering berkata, “Genggamlah saat ini dan pertahankanlah hingga selamanya.” Kita harus menggenggam niat baik yang muncul pada detik ini, lalu mempertahankannya seumur hidup.

Saya melihat setiap orang yang menjalani pelantikan begitu dipenuhi ketulusan. Pada saat ini setiap tahunnya, saya sangat gembira melihat begitu banyak relawan yang dilantik. Harapan saya adalah bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Saya berharap setiap orang bisa mendalami ajaran Buddha dan membangun ikrar luhur. Untuk meneladani Buddha, kita harus mendalami ajaran Buddha. Buddha telah mengembangkan berbagai metode terampil untuk membimbing sesuai dengan kemampuan masing-masing pendengar.

Pada masa itu, Buddha telah menggambarkan kondisi dunia pada zaman sekarang. Dunia pada masa sekarang ini telah dipenuhi oleh Lima Kekeruhan karena orang-orang memiliki pandangan keliru. Setiap orang memiliki pandangan masing-masing. Kita sering mendengar orang berkata, “Orang itu sangat memiliki pandangan. Orang itu memiliki pemikiran tersendiri.” Inilah yang disebut kekeruhan pandangan. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Semakin lama semakin banyak orang yang berbeda pendapat sehingga konflik pun semakin bertambah.

Orang-orang menjadi tak bisa membedakan yang benar dan salah. Mereka menjadi bertindak sesuka hati demi mengejar keinginan dan kenikmatan masing-masing. Karenanya adanya nafsu keinginan, ketamakan, kebencian, dan kebodohan pun terus bertambah sehingga antarsesama manusia menjadi saling bertikai dan saling bersaing. Inilah kekeruhan makhluk hidup. Semua itu berawal dari noda dan kegelapan batin manusia hingga memicu terjadinya kekeruhan usia.

Contohnya Suriah. Akibat perang saudara di Suriah, banyak warga yang terpaksa mengungsi ke negara tetangga mereka seperti Yordania. Sekelompok warga Suriah susah payah menyelamatkan diri ke Yordania. Namun, setelah tiba di Yordania, mereka tak memiliki apa pun. Apa yang harus dilakukan? Meski nyawa mereka telah selamat, tetapi banyak pengungsi yang menderita luka-luka, menderita penyakit, tidak memiliki tempat tinggal, dan lain-lain. Karena itulah, insan Tzu Chi di Yordania terus-menerus mencurahkan perhatian dan membagikan bantuan materi. Tahun ini, di sana juga terjadi badai salju.

Pagi ini, sebelum keluar, staf Da Ai TV yang baru pulang dari Yordania datang berbagi dengan saya. Dari tayangan mereka, saya melihat kondisi setempat yang berselimut salju. Beberapa tenda pengungsi juga ambruk akibat timbunan salju. Selain itu, seluruh kawasan itu juga penuh dengan lumpur. Sandal yang dipakai oleh anak-anak di sana juga terbalut oleh lumpur. Penderitaan mereka sungguh tidak terkira. Mereka harus hidup di tengah cuaca yang demikian dingin.

Kita juga bisa melihat berhubung tidak bisa memasak di dalam tenda, para pengungsi harus mengantri untuk menggunakan kompor umum. Untuk memasak makanan, mereka harus mengantri selama dua hingga tiga jam baru mendapat giliran untuk menggunakan kompor gas. Demikian pula dengan tempat belajar anak-anak. Melihat itu semua, Ji Hui mengantarkan tabung gas dan pemanas ruangan ke sana. Melihat anak-anak bisa merasakan kehangatan, hati saua pun terasa hangat. Kita juga melihat warga suku Badui yang menerima bantuan dari insan Tzu Chi di Yordania secara rutin. Untuk menyalurkan bantuan ke wilayah padang pasir yang luas dan terdapat banyak pengungsi, para insan Tzu Chi di Yordania sungguh harus bekerja keras.

Di Taiwan, relawan Tzu Chi sangatlah banyak. Meski sangat ingin memberikan bantuan, tetapi itu sangatlah sulit karena di sana tengah terjadi bencana akibat ulah manusia. Tidak semua orang bisa masuk ke sana dengan mudah. Di Filipina, pascatopan Haiyan, perwakilan insan Tzu Chi dari 11 negara terjun ke sana untuk memberikan bantuan. Para anggota TIMA dan relawan Tzu Chi dari Taiwan berangkat secara bergilir untuk memberikan bantuan. Itu adalah bencana alam. Bencana yang terjadi di Suriah adalah bencana akibat ulah manusia, kita sama sekali tidak bisa masuk ke sana. Penderitaan para pengungsi sungguh tidak terkira.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, sebersit niat menentukan arah seumur hidup. Kita harus membangkitkan niat baik untuk menciptakan berkah bagi dunia. Dengan lebih banyak menciptakan berkah, maka dunia tempat tinggal kita ini akan lebih aman dan tenteram.

Bodhisatwa sekalian, pada upacara pelantikan hari ini, di dada kalian tersemat korsase bunga teratai. Bunga teratai tetap mekar tak ternoda meski ada di tengah lumpur. Lima Kekeruhan di dunia terdiri atas kekeruhan pandangan, kekeruhan makhluk hidup, kekeruhan usia, kekeruhan noda batin, dan kekeruhan kalpa. Di dunia yang penuh kekeruhan ini, hati kita harus bagaikan bunga teratai yang tidak ternoda meski tumbuh di tengah lumpur.

Dengan terjun ke tengah umat manusia, Dengan terjun ke tengah umat manusia, barulah pandangan kita bisa menjadi luas. Dengan melihat penderitaan di dunia, barulah kita bisa menyadari dan memahami bahwa ternyata kita adalah orang yang memiliki berkah. Setiap orang hendaknya menyadari berkah, menghargai berkah, dan lebih banyak menciptakan berkah. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -