Suara Kasih: Menjaga Ucapan dan Pikiran
Judul Asli:
Bodhisatwa Dunia Senantiasa Menjaga Tubuh, Ucapan dan Pikiran Bodhisatwa dunia senantiasa menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran | |||
"Saya tak berani mengenangnya karena terlalu menakutkan. Tiada gunanya mengenang masa lalu. Kami harus berjalan dan melihat ke depan. Banyak bangunan yang runtuh. Korban jiwa juga sangat banyak. Namun, saya tidak takut karena ada bantuan yang tulus dari kalian. Diperkirakan akan ada 3.000 keluarga yang datang mengambil bantuan dana tunai. Karena itu, kami datang kemari untuk membantu mengatur lalu lintas. Meski tidak bisa berkomunikasi dengan relawan Tzu Chi dari Taiwan, namun karena dapat turut berkontribusi dan mengerahkan kekuatan, saya merasa sangat senang. Kalian telah menempuh perjalanan yang jauh dari Taiwan ke Jepang untuk membantu. Terima kasih," tutur salah satu korban bencana. Beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi berkunjung ke Kesennuma untuk menyalurkan bantuan selama 3 hari. Mereka sungguh menyaksikan dan memahami penderitaan para korban bencana. Sebelum bencana terjadi, Kesennuma adalah obyek pariwisata dan penghasil sirip ikan. Setiap hari banyak ikan dibunuh untuk diambil siripnya. Sirip ikan diperoleh dengan cara yang kejam. Selain membuat daerah setempat penuh dengan darah, air laut juga telah menjadi warna merah. Demi mengejar keuntungan, manusia tak memerhatikan penderitaan makhluk hidup. Kali ini, Jepang dilanda bencana yang besar. Jepang diguncang gempa bumi yang disusul dengan bencana kebakaran, tsunami, dan krisis nuklir. Bencana alam sungguh menakutkan. Tiada orang yang dapat melukiskan kerusakan pada saat itu. Para korban bencana berkata bahwa kondisinya sangat menakutkan dan mereka tak dapat melukiskannya. Bencana yang terjadi dalam waktu singkat itu sangat menakutkan. Namun, selama jangka panjang, entah berapa makhluk hidup yang menderita akibat perbuatan manusia. Selama jangka panjang, hewan laut mengalami penderitaan. Ikan tak dapat mengungkapkan penderitaan mereka, namun manusia masih dapat melukiskan kepanikan yang mereka alami. Intinya, kita sungguh harus bertobat atas segala perlakuan kita kepada semua makhluk. | |||
| |||
Inilah kondisi di Jepang dari pascabencana tanggal 11 Maret lalu hingga kini. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Setelah melihat berbagai bencana di Jepang, marilah kita mengenang sejarah pada hari ini. Topan Herb melanda Taiwan pada tanggal 31 Juli 1996 pukul 8.44 malam. Malam itu, saya tidak dapat tidur. Saya terus mendengar siaran radio. Saya mendengar bahwa seluruh Taiwan tertutup oleh kekuatan topan. Saya sungguh khawatir. Saya yakin kalian pasti ingat dengan jelas mengenai Topan Herb ini karena ia telah mengukir sejarah bagi Tzu Chi. Saya masih ingat pascabencana dan setelah air surut, seluruh jalan penuh dengan lumpur dan barang-barang kotor. Setelah air surut, sampah berserakan di mana-mana. Pemerintah kesulitan untuk membersihkannya. Insan Tzu Chi yang mengendarai truk untuk membantu membersihkan jalan pun terhalang. Pada saat itu, para Tzu Cheng mengendarai truk untuk turut membersihkan jalan. Jadi, siapa yang membantu mengatur alur keluar-masuk truk? Anggota komite Tzu Chi. Mereka semua adalah wanita. Mereka berdiri di persimpangan jalan untuk mengatur lalu lintas. Namun, kita dapat melihat banyak warga yang tinggal di gedung hanya melihat dari jendela. Sejak saat itu, kita pun terus mengajak warga untuk menjadi relawan komunitas. | |||
| |||
Salah satu dari Delapan Jejak Dharma Tzu Chi adalah misi relawan komunitas. Kita terus mensosialisasikan filosofi ini. Topan Herb telah menginspirasi kita. Pada saat itu, insan Tzu Chi juga menyalurkan bantuan di wilayah selatan Taiwan. Karena jalan di pegunungan terputus, mereka membuat jalan darurat dengan bambu. Lihatlah tebing itu. Tidak hanya berjalan dengan tangan kosong, mereka juga harus mengangkat barang bantuan. Melihat begitu banyak relawan melintasi jalan darurat itu, darah saya hampir membeku karena khawatir. Cara mereka menyalurkan bantuan sungguh mengkhawatirkan. Karena itu, di mana pun bencana terjadi, saya selalu berkata kepada para relawan agar menunggu jalan bisa dilewati dan saya mohon kalian menjaga keselamatan diri sendiri. Lihatlah, jika terjadi sesuatu dengan relawan, apakah saya sanggup menanggungnya? Hal ini sungguh menyiksa saya. Sungguh, Topan Herb yang terjadi pada tanggal 1 Agustus 1996 mengakibatkan kerusakan yang parah bagi Taiwan. Kita harus senantiasa mengenang peristiwa yang bermakna. Kita harus lebih mawas diri, berhati tulus, dan mengintrospeksi diri. Terlebih lagi, kini di permukaan laut telah terbentuk sebuah topan. Kita sungguh harus bertobat atas kesalahan masa lalu, bervegetarian pada masa sekarang, dan berdoa dengan tulus untuk masa depan. Bodhisatwa sekalian, setiap detik memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Jadi, daripada merisaukan masa lalu maupun masa depan, yang terpenting adalah kita harus memanfaatkan saat sekarang ini. Meski waktu terus berlalu, namun kita harus senantiasa menjaga hati dengan baik pada setiap detik. Kita harus mawas diri dan berhati tulus. Bodhisatwa sekalian, kita harus mawas diri dan berdoa dengan tulus untuk masa depan. Semoga kalian dapat senantiasa bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. | |||