Suara Kasih: Menjalankan Misi Tzu Chi

Judul Asli:

 

  Menjalankan Misi Tzu Chi Secara Berkesinambungan

 

Acara untuk berterima kasih atas pembagian bantuan dana pendidikan diadakan
Membangun rumah gubuk di atas panggung
Membangkitkan niat baik agar dapat kaya secara spiritual
Memanfaatkan waktu untuk membantu sesama

Di Tiongkok, Tzu Chi telah menjalankan misi amal dan membagikan bantuan dana pendidikan selama 20 tahun. Bila mengenang masa-masa itu, sungguh penuh dengan sejarah. Program bantuan dana pendidikan Tzu Chi sudah kita jalankan selama 14 tahun. Selama 14 tahun ini, lebih dari 10.000 siswa di Tiongkok baik di Gansu, Guizhou, Zhejiang, Jiangxi, dan banyak provinsi lainnya menerima bantuan dana pendidikan untuk masuk perguruan tinggi. Kita sungguh melihat harapan masa depan. Selain membagikan bantuan dana pendidikan untuk masuk ke perguruan tinggi, yang lebih membuat orang tersentuh adalah melihat para siswa yang telah tumbuh menjadi orang yang optimis.

Pada tanggal 22 hingga 24 Juli, hampir 300 siswa penerima bantuan dana pendidikan untuk masuk ke perguruan tinggi, berkumpul di Kunshan untuk mengikuti kamp muda-mudi Tzu Chi guna mempelajari prinsip dan semangat budaya humanis Tzu Chi serta saling mengungkapkan rasa syukur. Insan Tzu Chi sungguh memerhatikan mereka bagai orang tua kandung. Meski cuaca sangat panas, namun hati setiap orang sangat sejuk dan penuh dengan cinta kasih.

Pada saat yang bersamaan, sekelompok relawan di Suzhou mempersiapkan acara penutupan kamp. Pementasan drama musikal pada hari penutupan dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dengan bantuan para relawan. Acara itu bertujuan untuk berterima kasih kepada banyak orang yang telah mendukung program bantuan dana pendidikan Tzu Chi sekaligus menginspirasi lebih banyak orang untuk memerhatikan siswa kurang mampu. Karena itu, mereka ingin mementaskan sebuah drama musikal. Drama musikal tersebut merupakan kisah nyata setiap siswa yang diperankan oleh tokoh asli.

 

Drama itu dipentaskan di sebuah teater di Suzhou. Mereka juga membangun sebuah rumah gubuk di atas panggung. Relawan yang membangun rumah gubuk tersebut adalah orang yang pernah melewati masa kecil dalam kondisi serba minim di desa. "Saya mengingatnya dengan jelas bahwa saat hujan turun, rumah akan bocor. Kami sangat khawatir rumah akan runtuh. Bila ada angin ribut, rumah akan bergoyang," tutur relawan tersebut. Ia pernah melewati kehidupan serba sulit seperti sekelompok siswa itu. Ia pernah tinggal di gubuk.

 

Karena itu, ia mengandalkan ingatannya untuk membangun rumah gubuk di atas panggung demi membantu pementasan para siswa dari keluarga minim. Di atas panggung yang kecil, kita dapat melihat penderitaan yang dialami oleh berbagai keluarga. Kehidupan manusia bagaikan panggung sandiwara.

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Selain Tiongkok, kita juga dapat melihat Vietnam. Tidaklah mudah bagi insan Tzu Chi di Vietnam untuk menjalankan misi Tzu Chi karena mereka terus diawasi oleh pemerintah setempat. Tidaklah mudah untuk berbuat bajik. Beberapa tahun kemudian, barulah pemerintah Vietnam memahami bahwa saat insan Tzu Chi memberi bantuan dana pendidikan kepada seorang anak, sesungguhnya mereka juga memerhatikan seluruh anggota keluarga anak tersebut. Karenanya, pemerintah sangat tersentuh.

Untuk menjalankan misi Tzu Chi di Vietnam bukanlah hal yang mudah. Para relawan harus mengatasi berbagai kesulitan dan berpegang teguh pada tekad dengan hati yang tulus. Kini kita telah menjalankan misi amal, kesehatan, dan pendidikan di sana. Kini pemerintah setempat mulai meyakini Tzu Chi secara perlahan-lahan. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Bagaimana kita menjangkau semua orang yang membutuhkan? Kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk membantu orang yang membutuhkan. Inilah yang harus kita lakukan.

Dalam kehidupan di dunia ini kita harus memanfaatkan setiap waktu, ruang, dan hubungan antar manusia untuk membantu orang yang membutuhkan. Contohnya Somalia. Pertikaian dalam masyarakat telah menghalangi organisasi kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan ke Somalia. Kini Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mulai mengerahkan personel untuk melindungi organisasi kemanusiaan yang menyalurkan bantuan ke sana. Penderitaan warga Somalia bagaikan orang yang digantung terbalik. Buddha dan Bodhisatwa datang ke dunia untuk menolong orang yang "digantung terbalik". Penderitaan manusia bagai orang yang digantung terbalik.

Buddha terus mengingatkan kita bahwa lautan penderitaan tak bertepi. Setiap orang harus memiliki hati Buddha. Para negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa telah bergerak untuk menggalang dana. Awalnya, perkiraan dana yang diperlukan adalah 190 juta dolar AS, namun kini, dana yang dibutuhkan telah mencapai 300 juta dolar AS. Entah apakah dana sebesar itu dapat tergalang. Apakah barang bantuan bisa tiba di tangan para warga yang kelaparan? Apakah mereka bisa menerimanya tepat waktu? Ini semua harus dipertimbangkan. Kita dapat melihat baik orang dewasa maupun anak-anak semuanya menghadapi risiko meninggal akibat kelaparan. Saya sungguh tidak tega melihatnya.

Namun, kita juga dapat melihat tayangan yang menghangatkan hati. Tzu Chi telah mengirimkan beras dari Taiwan ke Afrika Selatan dan Lesotho untuk membantu warga kurang mampu. Kini insan Tzu Chi setempat tengah menyalurkan bantuan musim dingin. Biasanya, relawan Afrika Selatan akan membantu warga kurang mampu di Lesotho. Namun kini, warga Lesotho telah terinspirasi untuk menjadi relawan. Kini kita dapat melihat sekelompok relawan Tzu Chi yang secara rutin memerhatikan saudara sebangsanya. Adakalanya, insan Tzu Chi di Afrika Selatan akan berkunjung untuk membimbing dan mendukung mereka agar berpegang teguh pada tekad dan sebersit niat baik mereka.

Inilah sifat hakiki manusia. Kita dapat melihat kondisi Lesotho yang berbeda dengan Somalia. Jadi, saat pikiran manusia menyimpang, maka akan mendatangkan kekacauan. Bila manusia dapat menjaga hati dan berjalan di arah yang benar, maka akan mendatangkan keharmonisan. Meski hidup dalam kondisi minim, namun mereka diliputi sukacita. Mereka kaya secara spiritual dan mampu membantu orang lain. Saat orang kurang mampu membantu sesama, maka berarti sifat hakiki mereka telah terbangkitkan. Semua ini sungguh indah. Dengan adanya bimbingan insan Tzu Chi, sifat hakiki setiap orang akan terbangkitkan. Meski mereka hidup dalam kondisi minim, namun kita dapat melihat harapan yang besar. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu untuk segera berbuat baik dan lakukan saja!.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -