Suara Kasih: Menjalankan Tekad Luhur

 

Judul Asli:

Memiliki Dharma di Dalam Hati dan Menjalankan Tekad Luhur

Tekun dan bersemangat mendengar Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Baik orang tua maupun anak muda tekun mendengar ceramah pagi
Berkontribusi tanpa pamrih dan menjalankan tekad luhur
Satu benih tumbuh menjadi tak terhingga dan tersebar ke seluruh dunia

Tahun yang baru telah dimulai. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Usia kehidupan kita juga berkurang seiring berlalunya setiap detik. Saya sering berkata bahwa setiap bangun pagi, yang pertama terlintas di pikiran saya adalah saya merasa bersyukur  karena pada hari yang baru ini, tangan dan kaki saya masih bisa bergerak seperti biasa. Setiap hari saya dipenuhi rasa syukur. Setiap hari, saya juga mengingatkan diri bahwa seiringnya berlalunya hari kemarin, usia kehidupan saya juga berkurang satu hari. Di hari yang baru ini, saya masih bisa melakukan aktivitas. Karena itu, saya merasa bersyukur. Inilah yang pertama terlintas di pikiran saya pada setiap pagi.

Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menghargai setiap hari, terutama pada saat memulai hari baru. Kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Saya berharap setiap orang dari kalian bisa mendengar ceramah pagi. Untuk itu, saya harus menjadi teladan dan mendampingi kalian. Saya bukan hanya meminta kalian menyaksikan program “Sanubari Teduh” setiap pukul 05.30 pagi, saya sendiri pun tetap berceramah setiap pagi. Sutra Bunga Teratai berisi tentang tujuan utama Buddha datang ke dunia, yakni untuk membimbing semua makhluk agar menapaki Jalan Bodhisatwa. Sutra ini tidak boleh tidak habis saya babarkan. Karena itu, saya harus selalu menyemangati diri sendiri.

Setiap hari, saat berada di Griya Jing Si, saya selalu membabarkan isi Sutra ini di aula utama. Saya juga berharap semua murid saya, di mana pun kalian berada, dapat memanfaatkan teknologi masa kini untuk mendengarkan ceramah saya. Asalkan kalian berniat untuk mendengar Dharma, maka kalian pasti berkesempatan untuk mendengarnya. Asalkan memiliki niat, maka kita pasti bisa mendengarnya.

Ketika kalian mendengar Dharma, saya sendiri pun tengah berceramah. Kalian semua selalu mendampingi saya. Saya membabarkan Dharma dan kalian mendengarnya. Tidak peduli berapa jauh jarak di antara kita, asalkan memiliki niat, maka kalian pasti dapat mendengarnya. Mendengar kalian semua sangat tekun mendengar Dharma, saya merasa sangat gembira. Di berbagai kantor Tzu Chi, orang-orang sangat giat mendengar Dharma dan mencium harumnya Dharma. Ini membuat saya sangat gembira.

Tadi siang, saya bertemu dengan seorang Bodhisatwa lansia dengan nomor komite sekitar 1.400. Dia sudah sangat senior. Tahun ini dia berusia 81 tahun. Tadi dia berkata kepada saya, “Master, tahun lalu Master mengimbau kami harus menggunakan buku elektronik Jing Si. Pada bulan April, saya mendaftar untuk membelinya. Lalu, pada bulan Mei, saya mulai belajar cara mencatat nama donatur.”

“Sekarang kamu sudah bisa menjadi guru?” tanya saya padanya. ”Master, saya beri tahu Master, daya ingat saya lebih lemah. Jadi, saya membutuhkan catatan. Saya mencatat langkah-langkahnya di sini. Saya mencatatnya seperti ini,” terang relawan itu. “Kamu bahkan menggunakan bahasa Inggris?” kata saya kagum. “Saya tidak bisa bahasa Inggris. Saya membuat catatan cara bacanya dengan bunyi bahasa Jepang yang saya tahu. Saya tidak bersekolah dan tidak mengenal huruf. Saya berusaha keras untuk belajar. Ada orang yang menelepon saya dan berkata bahwa dia ingin menjadi donatur. Dia memberi tahu saya nomor KTP-nya yang diawali dengan huruf abjad. Saya hanya mengenal 9 angka di KTP, tetapi tidak mengenal abjadnya. Jadi, saya meminta cucu saya untuk menyebut abjadnya, lalu saya akan menulis bunyinya dengan bahasa Jepang,” relawan itu menjelaskan pada saya.

“Kamu mendengar ceramah pagi?” saya bertanya padanya. “Ya, saya selalu datang sekitar pukul 4 pagi,” jawabnya. “Kamu menulis dengan sangat rapi. Tulisan kamu lebih bagus dari tulisan saya,” begitu kata saya.

Dia juga bisa menggunakan buku elektronik untuk mengunduh artikel yang berisi ajaran baik, lalu kembali mengirimkannya kepada relawan lain. Lihatlah, asalkan kita memiliki niat, maka tiada hal yang sulit. Kita juga melihat Relawan Chen Cai Chun dan Relawan A Po. Lihatlah Relawan A Po. Dahulu, saat saya melantiknya, rambutnya masih hitam. Kini rambutnya telah beruban. Meski demikian, dia masih mampu membimbing dan menginspirasi banyak orang. Inilah semangat satu benih tumbuh menjadi tak terhingga. Saat anggota komite bertambah satu, maka orang yang terinspirasi juga akan bertambah banyak. Saat bertambahnya satu anggota Tzu Cheng, maka dia juga akan mampu menginspirasi sekelompok orang untuk menjadi relawan. Jadi, sebutir benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih.

Selain itu, juga ada Relawan Tong. Dia menyumbangkan sebidang lahannya yang sangat luas untuk dijadikan sebagai posko daur ulang dan tempat pertemuan relawan. Setiap hari sekitar pukul 4 pagi, semua relawan sudah berkumpul di sana untuk melakukan kebaktian pagi serta mendengar ceramah pagi. Mereka semua sangat tekun dan bersemangat dalam melakukan daur ulang serta mendengar ceramah pagi. Itulah tempat pelatihan diri. Tempat itu berlokasi di pusat kota.

Di tengah keramaian kota, terdapat sebuah lahan pelatihan diri yang tenang dan khidmat. Saya pun bertanya kepadanya, “Apa pekerjaan Anda?” Dengan spontan dia menjawab, “Saya menjadi relawan Tzu Chi.” Dia menghabiskan semua waktunya untuk menjadi relawan Tzu Chi. Dia menyumbangkan lahannya kepada Tzu Chi untuk dijadikan tempat pertemuan dan posko daur ulang. Dia sungguh orang yang kaya secara materi dan batin. Dia memanfaatkan kekayaan materi untuk berkontribusi bagi orang lain. Kontribusinya sungguh membuat orang tersentuh. Inilah kekuatan cinta kasih.  Di Taiwan, ada banyak sekali orang yang membangkitkan tekad dan ikrar luhur serta berkontribusi dengan cinta kasih. Inilah yang terjadi di Taiwan. Taiwan adalah tempat lahirnya Tzu Chi. Tzu Chi sudah berdiri selama 48 tahun. Pada bulan 3 Imlek nanti, Tzu Chi genap berusia 48 tahun. Selanjutnya, kita akan memasuki tahun ke-49. Lihatlah, seiring waktu berlalu, kita telah mewujudkan empat misi kita.

Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus memanfaatkan setiap waktu. Lingkungan Taiwan sangatlah bagus. Di Taiwan, kita bisa menjadi Bodhisatwa dunia. Di Taiwan, kita memiliki banyak mitra yang baik yang selalu mendampingi kita. Saya juga berada di Taiwan bersama kalian. Karenanya, kita harus sangat bersungguh hati. Dunia masa kini telah dipenuhi Lima Kekeruhan, yakni kekeruhan pandangan, kekeruhan noda batin, kekeruhan usia, kekeruhan makhluk hidup, dan kekeruhan kalpa.

Saat berbagai kekeruhan itu terjadi secara bersamaan, manusia akan menderita penyakit fisik dan batin sehingga masyarakat ini akan semakin dipenuhi kekacauan. Karena itu, kini kita membutuhkan ajaran kebenaran untuk terjun ke tengah masyarakat. Namun, pada saat ingin mencurahkan cinta kasih bersama dengan relawan lainnya di organisasi besar seperti Tzu Chi, pasti sulit terhindar dari masalah antarsesama. Karena itulah, kita harus mendengar Dharma agar dapat memahami kebenaran. Dengan demikian, hati kita tidak akan mudah terluka dan pada saat menghadapi rintangan, tekad kita tidak akan mudah goyah.

Jika memiliki Dharma di dalam hati, kita tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai kesulitan di dunia atau berbagai masalah antarsesama yang dapat menghambat tekad pelatihan diri kita. Karena itulah, kita harus mendengar Dharma. Yang terpenting adalah Dharma dapat menjadi bagaikan air yang dapat mendukung pelatihan diri kita.   Tekun dan bersemangat mendengar Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan Baik orang tua maupun anak muda tekun mendengar ceramah pagi. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -