Suara Kasih: Menjalankan Tekad Tanpa Ragu
Judul Asli:
Janganlah meragukan dan menunda tekad luhuryang sudah terbangkitkan | |||
“Karena bersedia memikul tanggung jawab, barulah kita bisa merasa tersentuh dan bisa mengikuti langkah Master dengan rapat. Master telah membuka jalan ini untuk kita. Kita harus menapaki jalan yang lapang ini, jangan menapaki jalan yang berliku-liku. Karena itu, saya berharap kita bisa lebih bersungguh hati menapaki jalan lapang yang sudah dibentangkan oleh Master. Terima kasih,” ucap seorang Bodhisatwa lansia. Bodhisatwa lansia ini sangat pemberani. Meski sudah berusia 84 tahun, dia masih bersedia memikul tanggung jawab sebagai ketua Xie li. Tujuan dia memikul tanggung jawab adalah pertama, dia ingin menyemangati para kaum muda, kedua, dia ingin menjadi teladan bagi orang lain. Kita harus lebih banyak belajar dari teladan yang baik seperti dirinya. Teladannya dalam memikul tanggung jawab sungguh baik. Sesungguhnya, orang-orang yang berusia lanjut memiliki pengalaman hidup yang berlimpah. Berhubung sudah berusia lanjut, kita harus lebih banyak mendedikasikan diri. Kemarin, saya mendengar seorang Bodhisatwa lansia yang sudah berpikir untuk bergabung dengan Tzu Chi pada saat dirinya berusia 82 tahun. Namun, dia kemudian berpikir, “Saya sudah berusia lanjut. Apa yang bisa saya lakukan di Tzu Chi?” Karena keraguan itu, keinginannya tertunda hingga kini dia sudah berusia 90 tahun. Dia baru saja usai mengikuti pelatihan relawan dan akan mulai mengikuti pelatihan calon komite tahun ini. Saya berkata padanya, “Usiamu belum termasuk lanjut. Saya baru saja melantik seorang relawan berusia 94 tahun di Taipei.” Relawan itu masih bisa berdiri dengan tegap. Saya sendiri juga tidak merasa saya sudah tua. Meski demikian, kondisi fisik saya sudah tak seperti dahulu. Saya sering berkata bahwa kaki saya sudah tidak patuh pada saya. Karena itu, kita sungguh harus menggenggam momen ini untuk melakukan hal yang sangat ingin kita lakukan. Janganlah kita membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia. | |||
| |||
Dia terlahir dalam kondisi tanpa lengan. Meski tak memiliki sepasang tangan, tetapi dia sangat pintar. Sejak kecil, dia memiliki prestasi yang baik. Hingga saat duduk di bangku sekolah menengah, orang tua angkatnya tak lagi memiliki banyak uang sehingga dia khawatir tak mampu berkuliah. Saat mengetahui kasus ini, insan Tzu Chi di Penang memberikan bantuan dana sekolah untuknya. Setelah mulai berkuliah, dia pun bergabung menjadi anggota Tzu Ching. Dia adalah orang yang sangat lincah dan aktif. Saat mendekati masa kelulusannya, Ji Hang berkata padanya, “Kamu belajarlah dengan tenang dan giat. Setelah lulus kuliah, kamu datanglah melapor ke kantor Tzu Chi.” Pekerjaan apa yang ditawarkan untuknya? Ahli komputer. Dia bisa mengetik dengan kedua kakinya dan mengedit video dengan kedua kakinya. Bulan Agustus lalu, dia dan relawan lainnya kembali ke Hualien. Saat berbicara tentang ceramah pagi, saya bertanya padanya, “Apakah kamu mengikuti ceramah pagi?” Dia segera berdiri dan berjalan ke sisi saya, lalu berkata, “Master, saya ingin bertobat. Saya tidak mendengar ceramah pagi.” Saya bertanya, “Bagaimana bisa kamu tidak mendengar ceramah pagi?” Dia berkata, “Setelah pulang, saya pasti akan mendengar ceramah pagi setiap hari.” Lalu, lebih kurang sebulan kemudian, saat Ji Hang kembali ke Griya Jing Si, saya pun bertanya padanya tentang berbagai kondisi di sana. Ji Hang kembali untuk melaporkan segala yang mereka lakukan di sana. Saya pun bertanya padanya, “Anak muda itu berkata bahwa dia akan mulai mendengar ceramah pagi. Apakah dia sungguh-sungguh mendengarnya?” Ji Hang menjawab, “Ya, ada. Dia menitipkan ini kepada saya untuk memberikannya pada Master.” Ji Hang pun memperlihatkan buku catatan anak muda itu kepada saya. Meski tak memiliki lengan, tetapi dia bisa menulis dengan kakinya. Dia menulis dengan sangat rapi. Dia sangat bersungguh hati. Sejak bulan Januari tahun lalu, orang-orang yang mengikuti ceramah lagi lewat telekonferensi berjumlah lebih dari 405.800 orang. Ini adalah jumlah pendengar di seluruh dunia. Tentu saja, pendengar yang terbanyak berasal dari Taiwan. Jumlah pendengar di Taiwan adalah lebih dari 357.000 orang. Setiap hari, ada begitu banyak orang yang bersungguh hati dan tekun mendengar Dharma. Ini membuat saya merasa meski harus bekerja keras, meski cuaca sangat dingin, meski tengah tidak enak badan, meski sedang batuk, dan lain-lain, saya tetap merasa gembira bisa berkumpul dengan begitu banyak orang pada satu saat yang sama serta berbagi Dharma dengan insan Tzu Chi di seluruh dunia. Karena itu, bagaimana boleh saya bermalas-malasan? Guru juga membutuhkan dukungan dari para muridnya. Karena itu, saya sangat berterima kasih kepada para murid saya. | |||
| |||
Namun, saya ingin memberi tahu kalian bahwa kita sungguh harus menggunakan buku elektronik Jing Si. Saya sungguh berharap kalian bisa belajar menggunakan buku elektronik Jing Si karena setiap tahun, saat ingin mengganti buku penggalang dana, kita harus menggunakan truk untuk mengangkut buku-buku penggalang dana itu hingga ke tempat tujuan. Tahukah kalian berapa banyak kertas yang habis terpakai untuk buku penggalang dana itu? Ini sungguh tidak ramah lingkungan. Selain itu, kini peraturan tentang perlindungan data pribadi di Taiwan sangat ketat. Kita harus melindungi data pribadi setiap donatur kita dengan baik. Yang terpenting adalah kitab sejarah Tzu Chi dan berbagai ajaran Buddha, baik ceramah saya yang terbaru maupun yang dahulu, semuanya ada di dalam buku elektronik itu. Dengan buku elektronik Jing Si itu, kalian juga bisa mempelajari sejarah perjalanan Tzu Chi. Yang lebih penting adalah kalian bisa mendapat informasi terbaru dengan cepat. Setiap pagi, usai pertemuan pagi relawan, materi pertemuan itu sudah langsung dimuat pada hari yang sama. Selain itu, berita tentang aktivitas insan Tzu Chi di seluruh dunia juga dimuat sehari setelah semua artikel terkumpul. Di buku elektronik Jing Si itu, kita bisa melihat berbagai berita. Selain itu, pada pagi hari, adakalanya saat sedang mempersiapkan bahan untuk ceramah pagi, saya akan menggunakan buku elektronik itu untuk membacakan berita untuk saya. Jadi, saya tidak perlu membacanya lagi. Saya harus mempersiapkan bahan untuk ceramah pagi saya setiap hari. Saya juga harus membuat poin-poin ceramah saya di Powerpoint sendiri. Saya harus menulisnya sendiri. Pada saat mempersiapkan bahan untuk ceramah, saya bisa sambil mendengar laporan berita. Saya merasa ia sangat bermanfaat. Bodhisatwa sekalian, saya sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa lansia yang sangat bersungguh hati mempelajari cara menggunakan buku elektronik itu. Bagaimana dengan kita semua? Jadi, dengan buku elektronik Jing Si itu, kita bisa mengetahui segala hal yang terjadi di dunia. Jiwa kebijaksanaan kita bisa bertumbuh lewat buku elektronik yang kecil dan ringan itu. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV) | |||