Suara Kasih : Menjalin Jodoh Baik
Judul Asli: Menjalin Jodoh Baik dengan Menjaga Perilaku Yakin pada hukum karma dan menjaga perilaku
| |||
Saya sering berkata bahwa tiada orang yang tahu berapa lama ia akan hidup. Saya sering berpikir, meski tubuh ini melekat pada diri kita, namun kita tak dapat mengendalikan kapan kita jatuh sakit. Jadi, pada kehidupan ini, apa lagi yang kita perhitungkan? Hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga hati dengan baik dan memastikan bahwa pandangan serta jalan kita berada pada arah yang benar. Dengan bersumbangsih semaksimal mungkin, kita akan memiliki banyak kisah penuh kehangatan untuk dikenang kembali. Tadi kita telah melihat kisah Relawan Li-zhu. Kehidupannya sungguh penuh kesulitan. Ia menikah bukan atas kemauan sendiri. Saat muda, suaminya terus mengejarnya selama 7 tahun. Akhirnya, karena beberapa alasan, ia terpaksa menikah dengan suaminya. Mendengarnya, orang pasti berpikir seharusnya ia sangat disayang suaminya. Namun, manusia sangat aneh. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, sang suami pun mengesampingkannya dan mulai mencari wanita lain. Kehidupan seorang wanita sungguh menderita. Saya sering mendengar kisah wanita yang penuh penderitaan. Tadi pagi saya mendengar seorang lansia berkata, “Saya berharap dan berdoa untuk tidak menikah pada kehidupan berikutnya.” “Karena jika terjadi sesuatu pada suami dan anak saya, saya akan sangat khawatir, dan saya tidak mau begini lagi pada kehidupan berikutnya.” Jadi, pada kehidupan berikutnya, ia ingin menjadi bhiksuni seperti saya. | |||
| |||
Sejak masa tanpa awal, dari kehidupan ke kehidupan, Buddha terus menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Saya sering berkata bahwa kita harus yakin dengan hukum sebab akibat. Dengan menjalin jodoh baik, berarti kita menabur benih yang baik. Dengan adanya benih karma dan jalinan jodoh yang baik, pada kehidupan mendatang kita akan mendapat bantuan dalam banyak hal. Orang-orang akan membantu kita dan gembira saat melihat kita. Saat kita membutuhkan bantuan, mereka akan membantu dengan sukacita. Namun, jika kita menjalin jodoh buruk pada kehidupan lalu, maka dalam setiap hal yang kita lakukan, meskipun itu adalah hal baik, tetap akan ada kendala yang menghalangi. Jalinan jodoh buruk akan menghalangi kita sehingga tak berhasil melakukan sesuatu. Inilah yang disebut rintangan. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus bertobat atas karma buruk. Karma buruk akan menjadi rintangan. Artinya, pada saat melakukan sesuatu, kita akan menemui halangan sehingga segala hal tak dapat berjalan sesuai harapan kita. Buddha berkata bahwa manusia menderita karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan yang diharapkan. Saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan, kita akan merasa menderita. Harapan kita tidak tercapai karena adanya orang yang menghalangi. Inilah yang disebut rintangan karma. Dari mana karma buruk berasal? Segala sesuatu tak dapat dibawa serta, hanya karma yang terus mengikuti. Jalinan jodoh buruk yang kita ciptakan pada kehidupan lampau, akan kita tuai buahnya di kehidupan mendatang. Demikian pula dengan jalinan jodoh baik. Entah jalinan jodoh baik maupun buruk yang kita tanam pada kehidupan lampau, benih-benih tersebut akan tertanam dalam “kesadaran aktivitas” dan disebut benih karma. Benih-benih karma ini terus mengikuti kita hingga ke kehidupan ini. Karena itu, kita harus ikhlas menerimanya. | |||
| |||
Hal ini dapat kita kendalikan. Kita dapat menentukan apakah kita ingin hidup terombang-ambing tanpa tujuan dan makna atau ingin memiliki makna hidup yang dalam. Kita harus saling mendukung dan bersatu hati menggarap ladang berkah. Jadi, kini kita harus bersumbangsih dengan sukarela bagi semua orang di masyarakat. Kita sungguh harus bersumbangsih dengan sukarela bagi orang-orang yang hidup menderita di seluruh dunia. Inilah “Melakukan dengan sukarela”. Setelah bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus bersyukur dan turut berbahagia. Karena pada saat kita bersumbangsih, orang lain mendapat pertolongan, maka kita akan turut berbahagia. Inilah yang dimaksud “Melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita.” Jika kini kita menemui rintangan, kita harus menerimanya dengan sukarela karena ini adalah buah dari perbuatan kita sendiri di masa lampau. Adakalanya orang mengingatkan kita bahwa kita telah berbuat salah, namun kita menjawab, “Saya suka, memangnya kenapa?” “Apa urusanmu?” Begitulah makhluk awam yang gelap batin, akan melakukan kesalahan tanpa sadar dan terus berjalan ke arah yang salah mengikuti jalinan karma buruknya. Jika ada orang menasihatinya, ia akan menjawab, “Jangan ikut campur, ini yang saya mau.” Meski ada yang memperingatkan, ia tetap melakukan yang ia suka. Hingga akhirnya, ia harus menerima konsekuensinya sendiri. Lihatlah betapa banyak orang yang ditahan akibat mengonsumsi narkoba, berjudi, dan lain-lain. Apakah sebelumnya tidak ada orang yang menasihati mereka? Ada, namun mereka tidak menghiraukannya. Mereka terus melakukan hal-hal yang mereka sukai. Setelah melakukan hal yang mereka inginkan, mereka harus menerima akibatnya. Saat meninggal, hanya karma yang akan terus mengikuti kita. Dalam hidup kita, terdapat jalinan jodoh buruk dan jodoh baik. Saat jalinan jodoh dan karma ini matang, jalinan jodoh buruk akan terus menarik kita untuk berjalan menyimpang, sedangkan jalinan jodoh baik akan segera menarik kita untuk kembali ke jalan yang benar. Jadi, kita sungguh harus meyakini hukum sebab akibat. Saya berharap para insan Tzu Chi dapat senantiasa mengingat hal ini. Ajaran Buddha tidak berbicara tentang hal-hal mistis, melainkan mengingatkan setiap orang untuk mawas diri dalam berperilaku. Diterjemahkan oleh: Lena | |||