Suara Kasih: Menjalin Jodoh Baik

 

Judul Asli:

 

   Menjalin Jodoh Baik dari Kehidupan ke Kehidupan

 

Karma terus mengikuti bagai bayangan
Membersihkan noda batin dengan Syair Pertobatan Air Samadhi
Saling bersyukur dan menghormati dalam berbuat baik
Menjalin jodoh baik dari kehidupan ke kehidupan

Apa kabar, semuanya? (Master Cheng Yen) Baik. (relawan)
Apakah kalian berpartisipasi dalam pementasan? (Master Cheng Yen) Ya. (relawan)
Apakah kalian dipenuhi sukacita? (Master Cheng Yen) Ya. (relawan)
Apakah kalian sangat giat dan bersemangat? (Master Cheng Yen) Ya. (relawan)
Apakah kalian akan terus giat dan bersemangat? (Master Cheng Yen) Ya. (relawan)
Baiklah. (Master Cheng Yen)

Melihat para relawan Tzu Chi di Kaohsiung bekerja sama dengan harmonis, saya sungguh merasa bersyukur. Sesungguhnya, pementasan adaptasi Sutra berskala besar diadakan pertama kali di Kaohsiung karena kalian memiliki tempat latihan yang paling baik. Kita harus bersyukur karena adanya Aula Jing Si sebagai tempat untuk menjalani latihan. Selain itu, kalian juga sangat giat dan bersemangat. Dulu,sebelum Aula Jing Si dibangun, di sini terdapat bangunan yang dibangun dengan lembaran besi. Saat itu, kalian sudah membangun kerja sama secara perlahan-lahan.

Saya masih ingat saat merebaknya wabah penyakit SARS, kalian segera bergerak untuk membuat baju pelindung bagi tim medis di rumah sakit. Ini meninggalkan kesan yang dalam bagi saya. Saya pun berpikir dalam hati, "Bila relawan Kaohsiung dapat bersungguh hati, mereka pasti bisa melakukannya dengan baik." Terlebih lagi, saat bencana Topan Morakot kalian juga menghimpun kekuatan untuk menyalurkan bantuan. Karena itu, saya selalu percaya dengan insan Tzu Chi di Kaohsiung.

Pada Ulang Tahun Tzu Chi yang ke-45 ini, kita mengajak banyak orang untuk menyelami Dharma. Selama 40-an tahun ini, tak peduli sudah berapa lama kalian bergabung dengan Tzu Chi, bagi saya, kalian sudah berkontribusi selama 45 tahun. kalian memiliki kesatuan hati dan tekad untuk mengikuti langkah saya tanpa ada keluhan dan penyesalan.

 

Inilah Empat Pikiran Tanpa Batas, yakni cinta kasih tanpa penyesalan, welas asih tanpa keluh kesah, sukacita tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin tanpa pamrih. Kalian berkontribusi tanpa keluh kesah, penyesalan, kerisauan, maupun pamrih. Kalian sungguh berlapang dada. Kalian percaya pada saya. Ke mana pun saya melangkah, kalian akan mengikuti. Apapun yang saya katakan, kalian selalu berusaha untuk melakukannya. Saya sungguh merasa tersentuh. Hal ini karena akar kebajikan kalian telah mulai bertumbuh.

 

Sutra Bunga Teratai mengulas tentang membimbing setiap orang untuk menanam akar kebajikan. Selain membantu orang kurang mampu, kita juga mendidik semua orang agar menyadari bahwa kita semua adalah setara. Janganlah kita bersikap sombong, terlalu melekat pada pandangan pribadi, atau mudah marah sehingga merintangi pelatihan diri kita.

Namun, karena masih memiliki ego, kita tidak merasa bahagia. Kita menganggap diri telah berbuat banyak, namun merasa orang lain tidak menghargai kita, tidak menganggap kita lebih senior, atau tidak memperlakukan kita secara khusus. Ini berarti kita tidak cukup memiliki pandangan kesetaraan yang penuh welas asih. Karena itu, kita menjadi tidak bahagia.

Sesungguhnya, kalian telah bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan welas asih. Namun, sukacita dan keseimbangan batin kalian masih belum cukup. Dengan adanya sukacita dan keseimbangan batin, hati kita akan jauh dari kerisauan. Artinya, hati kita akan menjadi lapang, tak peduli apa kata orang lain, kita tetap senantiasa bersumbangsih tanpa penyesalan dan keluh kesah.

Contohnya, Relawan Wei. Saat menjalankan misi Tzu Chi, ia sangat rendah hati sehingga orang lain tidak sadar akan keberadaannya. Namun, saat ada sesuatu yang perlu dilakukan, ia akan segera memikul tanggung jawab. Ia sungguh rendah hati. Demi membantu Jing Si Publications, setiap bulan ia mengajak seluruh kepala divisi di perusahaannya ke Griya Jing Si untuk mengadakan rapat guna membantu Jing Si Publications. Ia amat bersungguh hati. Ia merasa bahwa ia harus berusaha keras untuk membantu Jing Si Publications karena Jing Si Publications memiliki misi menyebarkan ajaran Jing Si.

Tanpa ajaran Jing Si, kita tak dapat membuka pintu mazhab Tzu Chi. Ia berkata bahwa semangat dan filosofi Jing Si sangatlah penting bagi Tzu Chi. Karena itu, ia sangat bersungguh hati, senantiasa dipenuhi sukacita, dan bebas dari kerisauan. Berikutnya, keseimbangan batin tanpa pamrih. Karena telah ikhlas bersumbangsih dengan penuh sukacita, janganlah kita mengharapkan pamrih seperti nama dan keuntungan. Sukacita dan keseimbangan batin yang tanpa kerisauan dan tanpa pamrih ini adalah kebijaksanaan.

Bagaimana agar kita bebas dari keluh kesah dan tanpa pamrih? Kita harus lebih mendalami Dharma. Kehidupan manusia adalah panggung sandiwara. Judul sandiwara ini adalah ketamakan. Saat ketamakan bangkit, kita akan menciptakan banyak karma buruk. Kali ini, Ci Yue beserta timnya telah merencanakan pementasan dengan sangat baik. Mereka sungguh luar biasa. Saya sangat mengagumi mereka.

Lihatlah, lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha berkata kepada kita bahwa pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Kekuatan karma yang bersumber dari pikiran ini pada hakikatnya adalah kosong, namun kekuatan karma ini juga bisa berwujud. Jadi, di balik hakikat yang kosong, berbagai fenomena juga bisa tercipta. Dan fenomena ini tak lepas dari hukum sebab akibat.

Seribu tahun kemudian, Biksu Wu Da menyadari kebenaran dari hukum sebab akibat. Ia mampu menyadari ajaran Buddha yang telah lama ia pelajari lewat penyakit dan buah karma yang diterimanya. Ia pun membangun sebuah pondok di kaki gunung dan berkonsentrasi menulis Syair Pertobatan Air Samadhi. Samadhi berarti konsentrasi benar. Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan kotoran batin akibat pikiran yang menyimpang di masa lalu. Karena tabiat buruk yang terus dipelihara, kegelapan dan noda batin kita menjadi semakin tebal. Karena itu, Bhiksu Wu Da menulis Syair Pertobatan Air Samadhi untuk membimbing semua makhluk kembali ke jalan yang benar.

Kini jalinan jodoh telah matang. Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma telah dijalankan dengan baik dan saatnya mendalami Dharma. Saya khawatir tidak bisa menunggu hingga Ultah Tzu Chi ke-50. Saya harus memanfaatkan saat sekarang ini, agar setiap dapat menyelami Dharma. Bila tidak menyelami Dharma, maka jiwa kebijaksanaan kita tidak akan bertumbuh. Bila demikian, maka saya akan merasa bersalah dari kehidupan ke kehidupan.

Banyak sekali hal yang harus saya syukuri. Karena berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra, kalian pasti tahu jelas semua adegan. Kalian pasti tidak akan lupa dengan tiga adegan, yakni adegan pertama adalah Biksu Wu Da, adegan kedua adalah kesadaran seorang wanita yang mengembara di enam alam dan terus diikuti kekuatan karma, adegan ketiga adalah seorang peri kecil yang selalu memancing orang lain untuk berkata-kata tidak benar.

Sebelum berbicara, hendaknya kita mengingatkan diri sendiri. Janganlah membiarkan peri kecil itu masuk ke dalam hati kita. Jadi, kita harus memiliki cinta kasih tanpa penyesalan, welas asih tanpa keluh kesah, sukacita tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin tanpa pamrih. Kita harus senantiasa mengingatkan diri dengan Empat Pikiran Tanpa Batas. Singkat kata, dengan adanya jalinan jodoh ini - harapan saya agar kalian menyelami Dharma, perencanaan dan kerja keras kalian yang membuat semua orang bersatu hati - kita harus senantiasa bersyukur dan saling menghormati.

Selain itu, kita juga harus membangkitkan cinta kasih tanpa pamrih. Pementasan kali ini adalah hadiah saya untuk kalian. Bila tidak, apa lagi yang bisa saya berikan kepada kalian? Kalian telah banyak berkontribusi. Karena itu, saya ingin berterima kasih kepada kalian. Kita harus terus menjalin jodoh dari kehidupan ke kehidupan. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.

 
 
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -