Suara Kasih: Menjalin Jodoh Baik
Judul Asli:
Cinta kasih yang penuh ketulusan menciptakan keharmonisan dalam masyarakat
| |||
Buddha berkata bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Hakikat Kebuddhaan sudah ada di dalam hati, hanya saja manusia tidak mengenali hakikat murninya sendiri. Karena itu, kita harus memanfaatkan kondisi luar untuk melatih diri sebaik mungkin. Jika batin kita dapat selaras, masyarakat juga akan harmonis sehingga secara alami bencana di dunia juga akan berkurang, atau bahkan dunia akan bebas dari bencana. Di Paraguay, ada seorang relawan lokal yang merupakan umat Katolik yang sangat taat. Dia sangat berharap masyarakat dapat harmonis dan dunia penuh dengan cinta kasih. Cinta kasih ini harus penuh dan tulus. Melihat kontribusi Tzu Chi, dia merasa sangat tersentuh. Karena itu, dia pun bergabung dengan Tzu Chi. Dia juga sangat giat dan bersemangat. Dia telah mempertahankan ketetapan hatinya selama sepuluh tahun. Sungguh tidak mudah. Tahun ini, dia juga mulai memberi pelatihan kepada relawan lain. | |||
| |||
Demikian pula dengan warga Taiwan yang selalu saling menginspirasi. Di sebuah komunitas di Kaohsiung terdapat banyak lansia yang sering berkumpul untuk makan bersama. Insan Tzu Chi juga terjun ke komunitas itu untuk mensosialisasikan pola makan vegetarian. Saya juga melihat sebuah kisah yang sangat menyentuh di Jiayi. Seorang lansia yang berusia 90 tahun selalu mengantarkan makanan kepada lansia lain tanpa gentar oleh terpaan angin dan hujan. Sesungguhnya, beberapa lansia yang dibantu olehnya bahkan berusia lebih muda. Seorang tetangga yang melihat kontribusi lansia itu juga merasa sangat tersentuh. Sejak saat itu, tetangga itu pun membantu lansia berusia 90 tahun itu mengantarkan makanan. Selain mengantarkan makanan, dia juga membantu memandikan, mengganti popok para lansia, dan lain-lain. Inilah efek cinta kasih yang membawa sinar harapan bagi masyarakat. Yang paling dibutuhkan oleh masyarakat masa sekarang adalah peningkatkan cinta kasih. Setiap orang adalah makhluk awam dan pasti pernah berbuat kesalahan. Setelah menyadari kesalahan, kita harus segera berubah. “Saya belajar cara mengambil tulang dan memotong daging babi. Setelah babi dibunuh, saya harus mengambil tulangnya. Semua itu harus belajar dahulu. Jika tidak belajar, tidak akan tahu bagaimana mengiris daging-daging itu. Karena itu, saya mulai belajar. Saya belajar tidak sampai setahun. Setelah belajar beberapa bulan, saya sudah bisa. Saya pun mengendarai sepeda motor dan membawa daging-daging itu untuk dijual di pasar. Saya pun mulai menjadi pedagang. Babi-babi itu selalu diikat. Mereka selalu menjerit dengan keras dan meratap karena rasa takut dan sakit. Pada saat itu, saya tidak menyadari bahwa suara mereka penuh kepedihan. Saya tidak menyadarinya,” kata relawan bernama Lin mengenang. Sejak berusia 18 tahun, Lin sudah belajar membunuh babi dan telah menggelutinya selama 30 tahun. Dahulu, saat membunuh babi dan mendengar suara jeritan babi, hatinya sama sekali tidak tergerak. Akan tetapi, kini dia telah menumbuhkan cinta kasih di dalam dirinya. Kini jika melihat siput di kebun bambunya, dia akan segera memindahkan siput itu dengan lembut ke tempat yang aman. Cara dia mengasihi kehidupan dengan cara dia membunuh babi dahulu sama sekali berbeda. Kondisi batinnya juga telah berubah. “Kami sudah menikah 30 tahun. Akan tetapi, saya tidak pernah pergi ke stan tempat dia jualan daging babi. Adakalanya, dia pulang pukul dua atau pukul 3 sore. Pola makannya tidak teratur. Jam tidurnya juga tidak cukup. Karena itu, kondisi tubuhnya tidak begitu baik. Emosinya jadi cepat terpancing. Temparamennya menjadi buruk. Dia menjadi sangat mudah marah. Jika ada orang di belakang yang terus membunyikan klakson, dia akan menghentikan kendaraannya untuk bertengkar dengan orang itu, bahkan ingin berkelahi dengannya,” kata istrinya. “Sebelum bergabung di keluarga besar Tzu Chi, saat bepergian dengan istri saya dengan menggunakan sepeda motor, jika ada orang yang mengklakson dari belakang, saya akan bertengkar dengan orang itu,” kata Lin. | |||
| |||
“Kini saya melindungi kebun bambu ini. Kita semua hidup berdampingan dengan bumi. Jika bumi dalam kondisi baik, kehidupan kita juga akan baik. Semua orang akan hidup dengan baik. Saya berharap rebung-rebung ini bisa tumbuh semakin besar dari tahun ke tahun,” ujar Lin. Kita harus meyakini karma kolektif yang diajarkan oleh Buddha. Kita harus menjaga hati dengan baik. Dalam ceramah pagi, saya pernah mengulas pengendalian pikiran. Hati yang lurus adalah ladang pelatihan diri. Kita harus menyelaraskan dan mengendalikan pikiran dengan baik. Dengan mengendalikan pikiran, barulah kita bisa sungguh-sungguh menyelami pengetahuan dan pandangan Buddha. Tadi kita telah melihat relawan Lin yang sangat lemah lembut dan melindungi kehidupan semua makhluk. Hati yang dimilikinya itu adalah hati Buddha. Di manakah kita mencari hati Buddha? Dengan mempraktikkan Dharma, kita akan bisa menyelami pengetahuan dan pandangan Buddha.Pandangan Buddha terhadap semua makhluk adalah setara. Dengan cinta kasih dan welas asih, Buddha memperlakukan dan melihat semua makhluk dengan penuh kesetaraan. Karena itu, Buddha sangat menghormati dan menghargai kehidupan. Inilah pengetahuan Buddha. Asalkan mempraktikkan ajaran Buddha, kita akan bisa memahami dan menyelami pengetahuan Buddha. Jadi, asalkan bisa meluruskan dan mengendalikan pikiran dengan baik, kita sungguh bisa semakin dekat dengan pengetahuan dan pandangan Buddha. Baiklah. Singkat kata, kita harus senantiasa bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lourencia Lou. | |||