Suara Kasih: Menolong Diri dan Orang Lain
Judul Asli:
Menginspirasi Lebih Banyak Orang demi Mengurangi Bencana
Segala sesuatu di dunia ini memiliki hakikat yang sama dengan Buddha
Bertemu dengan sang penolong saat tengah terjerumus kesenangan duniawi
Menyebarkan ajaran baik dan saling mendukung
Menolong diri sendiri dan orang lain
“Saya sangat gembira jika menang. Namun, jika kalah saya akan sangat marah dan tak bisa menerimanya. Karena itu, saya terus berjudi untuk memenangkannya kembali,” kata Tuan Bai.
“Bila bermain lotere, ia tak akan pulang pada malam hari. Saya tidak suka jika ia tak berada di rumah karena saya merasa ia tak bertanggung jawab dan tak memerhatikan keluarga ini,” kata istri Tuan Bai.
Itu adalah ungkapan dari Relawan Bai dari Taichung. Ia terjerumus dalam kebiasaan berjudi dan telah menghabiskan banyak uang. Meski demikian, ia tetap berjudi. Ibunya sangat khawatir dan terus berdoa agar anaknya dapat berhenti berjudi. Namun, ia tetap tak dapat berhenti berjudi. Kemudian Relawan Zhang, salah satu anggota Tzu Cheng, melihat Tuan Bai yang terjerumus dalam perjudian dan menghabiskan banyak uang. Karena itu, ia bertekad untuk menolong Tuan Bai agar berhenti berjudi. Ia membimbing dan mendampinginya dengan sabar.
Pada suatu hari, Tuan Bai mengunjungi kantor Tzu Chi di Taichung. Ia bercerita, “Ketika mengunjungi kantor Tzu Chi, saya melihat sebuah Kata Perenungan Master yang berbunyi, ‘Karma yang diciptakan pada kehidupan lalu menentukan kehidupan kita yang sekarang. Karma yang kita ciptakan sekarang akan menentukan kehidupan kita yang akan datang.’ Saya pun merenungkan mengapa saya menghabiskan begitu banyak uang dan menyadari bahwa itu adalah buah dari karma saya pada kehidupan sebelumnya. Saat itu saya pun tersadar dan memutuskan untuk berhenti berjudi.”
Ia tiba-tiba tersadar. Ia meneruskan ceritanya, “Saya ingin mengatakan kepada ibu saya, ‘Ibu, saya telah berhenti berjudi.’ Saya selalu ingin mengatakan hal ini kepadanya, namun ia tak akan pernah berkesempatan untuk mendengarnya.”
Sejak saat itu, ia mendedikasikan dirinya untuk melakukan kegiatan daur ulang. Ia bertemu dengan Tuan Lin yang telah berusia lebih dari 70 tahun. Sebelumnya, Tuan Lin adalah seorang supir truk yang terjerumus dalam kebiasaan mengonsumsi alkohol sehingga kehidupan keluarganya menjadi berantakan. Dengan sepenuh hati, Tuan Bai membimbing Tuan Lin.
Sungguh tidak mudah. Ia menghabiskan waktu hampir 3 tahun untuk mengubah Tuan Lin. “Setiap kali ia berkata ingin berhenti melakukan kegiatan daur ulang, saya akan membawa buah-buahan dan mengunjunginya untuk membujuknya,” Tuan Bai bercerita. Hal ini terjadi berulang kali. Setelah itu, perlahan-lahan, Tuan Lin pun mengubah kebiasaan buruknya. Berkat nasihat dan pendampingan Tuan Bai, akhirnya Tuan Lin bertekad untuk berubah. Kini, mereka berdua bekerja sama dengan baik dalam melakukan kegiatan daur ulang.
Dalam kegiatan daur ulang, Tuan Lin bertemu dengan seorang pendaur ulang yang sangat mengkhawatirkan putranya. Mengapa? Putra orang itu menjelaskan, “Saya tak menghargai keluarga ini. Saya terlibat pergaulan yang salah dan memakai obat-obat terlarang. Begitulah kehidupan saya dahulu.” Pikirkanlah, betapa khawatirnya kedua orang tuanya. Mereka sangat menderita. Kemudian, Tuan Lin pun membimbing putra Tuan Liu ini dengan menasihati dan memerhatikannya. “Pada masa-masa tersulit dalam kehidupan saya, Tuan Lin senantiasa mendampingi dan mendukung sehingga saya mampu melewati masa tersebut,” kata anak dari Tuan Liu tersebut.
Coba pikirkanlah, asalkan kita dapat mengubah kebiasaan buruk, maka banyak keluarga juga dapat hidup bahagia. Sutra Buddha sering mengingatkan kita bahwa manusia memiliki hakikat yang murni dan suci seperti Buddha. Namun, ketika pikiran menyimpang timbul, kita menjadi “buta” dan prinsip kebenaran yang sesungguhnya menjadi tak terlihat sehingga kita tersesat. Meski kita semua memiliki hakikat yang murni seperti Buddha, namun pikiran kita mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Ketika mendapat pengaruh yang baik, kita melakukan berbagai kebajikan. Namun, ketika mendapat pengaruh yang buruk, kita pun menjadi tersesat dan berjalan menuju arah yang salah.
Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu di bumi ini memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Tak hanya manusia, melainkan segala sesuatu di bumi memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Di sebuah vihara di Korea Selatan, terdapat seekor kucing. Sekitar 6 tahun lalu, kucing tersebut menderita luka bakar yang sangat parah. Kepala vihara tak sampai hati melihatnya dan membawanya pulang untuk dirawat. Setelah sembuh, karena kucing tersebut tak memiliki tujuan, maka kepala vihara pun memeliharanya, namun dengan 3 syarat. Kepala vihara meminta kucing tersebut menaati sila.
Pertama, tidak membuat keributan di vihara. Kedua, tidak membunuh makhluk hidup. Ketiga, harus bervegetarian. Inilah ketiga syarat tersebut. Sungguh di luar dugaan, kucing tersebut tak membuat keributan, tak membunuh hewan lain, dan bervegetarian. Pola hidup vegetarian yang tengah kita sosialisasikan terasa sangat sulit. Namun, kucing tersebut hanya dengan mendengarnya sekali, ia mulai mengerti dan berhenti makan daging. Beberapa pengunjung tak memercayainya dan sengaja membawa daging untuk menggoda kucing tersebut. Namun, kucing itu tak tergoda untuk memakannya. Mereka mencobanya berkali-kali. Kucing tersebut merasa sangat terganggu dan berjalan menjauh tanpa memedulikan mereka lagi. Selain itu, ia juga sangat giat melatih diri. Bila waktunya tiba, ia akan pergi ke ruang kebaktian dan mengambil tempatnya sendiri. Ia senantiasa mengikuti kebaktian dengan sungguh-sungguh. Lihatlah tatapan matanya yang terus tertuju pada rupang Buddha. Pandangannya tak beralih sama sekali. Posisi tangannya bagaikan sedang beranjali.
Inilah kebiasaan hidupnya selama beberapa tahun ini. Pertama, ia menjalani kebaktian dengan penuh ketulusan. Kedua, ia menaati sila, tidak membunuh hewan lain, bervegetarian, dan tidak membuat keributan. Lihatlah, segala sesuatu di dunia ini baik tumbuhan maupun hewan memiliki potensi spiritual. Kita harus menjaga hati dengan baik sehingga tak terpengaruh oleh godaan apa pun. Jika kita dapat terpengaruh oleh hal yang buruk, tentu kita juga akan dapat terpengaruh oleh hal yang baik. Semua itu tergantung pada kita apakah ingin berjalan ke jalan yang baik atau ke jalan yang buruk. Inilah kebiasaan hidup. Kita bukan tak dapat mengubahnya, namun hati manusia sangatlah rentan. Pikiran dan kebiasaan kita sangat mudah terpengaruh.
Jika kita dapat sungguh-sungguh berjalan di jalan Bodhisattva yang luas dan lurus ini, mengetahui tujuan kehidupan dengan jelas, serta hidup dalam lingkungan seperti Tzu Chi di mana orang saling memerhatikan dan mendukung, maka saya yakin kita akan dapat berjalan dengan mantap. Kita harus saling mendoakan agar semua orang memiliki tekad yang tak tergoyahkan. Kita juga harus saling mendampingi dan menjaga hati semua orang. Dengan demikian, keluarga akan hidup harmonis dan masyarakat akan hidup damai. Bukankah ini merupakan berkah bagi dunia? Ini semua memerlukan waktu. Marilah kita menciptakan berkah bersama-sama.
Diterjemahkan oleh: Lena